Mendisiplinkan anak adalah suatu keharusan bagi orangtua supaya anak bersikap lebih tertib dan teratur. Memerintah atau menyuruh anak melakukan sesuatu sesuai kehendak orang tua memang tak selamanya lancar. Umumnya, anak-anak akan memberi respons negatif atas perintah orang tua. Membantah, menolak, pura-pura tak mendengar atau bahkan mencari alasan agar terhindar dari perintah orang tua merupakan respons umum anak-anak.
Namun, tahukah orang tua, memerintah atau menyuruh anak melakukan sesuatu dan tanpa penolakan ada trik khususnya. Dengan trik khusus ini, anak melakukan perintah tanpa merasa diperintah. Selain itu, trik khusus ini baik buat pembentukkan karakter anak, sebab ia melakukannya atas kesadaran.
Ah, tidak penasaran dengan trik khusus ini? Cek yuk trik khususnya!
1. Berikan pilihan yang membuat anak tidak merasa diperintah
Misalnya, ketika orang tua hendak menyuruh anaknya merapikan bekas main, orang tua dapat mengatakan:
"Nak, mainannya mau dirapikan sekarang atau nanti setelah makan ?"
Kalimat ini mengandung pilihan membereskan mainan sekarang atau nanti dan kapanpun waktunya, pilihannya tetap "merapikan mainan".
Jangan memberikan perintah "Rapikan mainannya sekarang!" Kalimat ini tidak akan memberikan dampak apapun. Barangkali anak merapikannya tapi dengan hati tidak senang dan yang paling buruk, dampak jangka panjangnya anak akan merapikan mainan ketika ada perintah saja.
2. Memerintah anak dengan penekanan kalimat sebelum atau sesudah
Jika orang tua hendak memerintah anak sesuatu, misalnya merapikan lemari, hendaklah memberi penekanan pada kalimat sebelum atau sesudah. Apalagi jika ini direalisasikan pada anak usia SD yang sudah paham konsep sesudah dan sebelum.
Teknik ini efektif membuat anak nurut pada perintah orang tua karena tidak ada pilihan lain selain melakukan perintah orang tua. Contoh, "Nak, sebelum berangkat rapikan lemari ya." Atau "Sesudah sampai di rumah, rapikan lemari ya."
Teknik seperti ini, membuat anak terjebak dalam pilihan sesudah melakukan sesuatu atau sebelum melakukan sesuatu. Tidak ada pilihan mau dilakukan atau tidak dilakukan. Secara tidak sadar anak akan memilih satu diantara sesudah atau sebelum.
3. Memerintah anak dengan penekanan pada kata tunggu
Ini merupakan teknik ketiga yang juga lumayan efektif dilakukan untuk memerintah anak. Misal, orang tua hendak mengingatkan anak pembagian tugas mencuci piring bekas makan. Namun, ingatlah jangan menggunakan kalimat perintah seperti "Cuci piring setelah makan." Memang anak akan menurut tapi dengan perasaan terpaksa.
Kemungkinan lainnya anak malah memberontak dengan kalimat perintah seperti ini. Sebagai alternatif gunakan kata tunggu. Misalnya, "Ayah tunggu kakak di tempat cuci piring." Tanpa menggunakan kalimat perintah, anak yang sudah paham tugasnya, mengerti arti terselubung kalimat tersebut.
Ia akan teringatkan tugasnya mencuci piring setelah makan dan biasanya anak akan melakukannya tanpa pemberontakkan.
4. Teknik pembagian tugas untuk memerintah anak tanpa merasa diperintah
Pada teknik pembagian tugas, hal yang perlu ditekankan adalah semua anggota keluarga bekerja. Teknik ini efektif karena anak merasa sedang bekerja sama bukan sedang diperintah.
Contoh kasusnya, orang tua yang hendak memerintahkan anaknya menyapu dapat mengatakan "Anak-anak, kita bagi-bagi tugas ya. Ibu cuci piring, kakak menyapu, adik membersihkan meja makan dan ayah mengepel lantai."
5. Teknik perbandingan untuk memerintah anak melakukan sesuatu
Contoh kasusnya ketika salah satu anak susah menurut saat diperintah orang tua merapikan kamar, maka orang tua jangan memaksa dan jangan menggunakan kalimat perintah lagi. Sebagai penggantinya, gunakanlah kalimat perbandingan.
Misalnya, "Ibu sudah merapikan kamar tidur, kakak juga sudah merapikan kamar tidur, tinggal adik yang belum merapikan kamar tidur." Pada anak usia SD yang sudah paham tanggung jawab akan langsung memahami maksud kalimat seperti ini.
Karena kalimat seperti ini terdengar ramah di telinga, anak biasanya akan merespon dengan positif. Tanpa penolakan, tanpa pemberontakkan anak akan sukarela merapikan kamar tidurnya.
Jadi, daripada memaksa anak melakukan sesuatu dengan marah-marah dan kalimat perintah, bukankah lebih meringankan jika menggunakan 5 teknik kalimat tak langsung di atas?
Selain lebih ramah di telinga anak, juga membantu anak menyadarkan akan tugas-tugasnya. Anak yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya akan sukarela melakukannya tanpa perintah. Sebaliknya, anak yang terbiasa mendengar kalimat perintah umumnya akan melakukan tugas dan kewajibannya jika ada perintah saja sebab kesadarannya belum terbangun.