4 Pola Pikir yang Keliru tentang Pencapaian Hidup

Hayuning Ratri Hapsari | Sapta Stori
4 Pola Pikir yang Keliru tentang Pencapaian Hidup
Ilustrasi pencapaian (Brett Jordan/unsplash.com)

Dalam hidup, kita tentu menginginkan pencapaian hidup yang terbaik. Adalah sesuatu yang wajar jika kita mendambakan kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup kita, terlebih jika kita telah membuat rencana yang matang, berusaha dengan maksimal, juga berdoa dengan sungguh-sungguh.

Namun, jika kita tidak bijak memaknai pencapaian hidup, kita hanya akan terjebak pada pola pikir yang keliru. Akibatnya, kita akan lebih mudah merasa stres dan merasa diri gagal menjalani kehidupan. Karenanya, mari kita luruskan kembali pemahaman kita mengenai pencapaian dalam kehidupan.

1. “Pencapaian hidup adalah segalanya tentang materi.”

Dewasa ini, terlalu banyak hal yang memperlihatkan bahwa kita dirasa dan dinilai berhasil ketika kita bisa mencapai taraf hidup tertentu, seolah kita belum pantas dikatakan meraih pencapaian hidup jika belum bisa mendapatkan penghasilan dengan nilai tertentu yang menjadi standar sukses di mata orang lain.

Berhentilah untuk menilai segalanya dari sisi duniawi. Kesuksesan finansial hanyalah salah satu dari begitu banyak pencapaian hidup yang bisa kita raih. Kita memiliki pilihan tidak terbatas untuk menentukan pencapaian hidup yang hendak kita raih dan apa yang disebut sukses bukanlah semata-mata menjadi seseorang yang memiliki kelimpahan materi.

2. “Pencapaian hidup haruslah sesuatu yang besar.”

Bisa menjadi seseorang yang sukses dalam finansial, berpendidikan tinggi dan pencapaian karier yang luar biasa. Siapa yang tidak menginginkan hal itu?

Yang seringkali kita lupakan adalah bahwa pencapaian hidup tidaklah perlu berupa sesuatu yang besar semacam itu. Kita bisa meraih pencapaian-pencapaian sederhana dalam hidup, agar kita bisa lebih menghargai diri kita sendiri.

Kamu yang berhasil menghentikan kebiasaan buang sampah sembarangan, kamu yang kini lebih banyak meluangkan waktu untuk membantu pekerjaan ibumu di rumah, kamu yang mampu mengubah dirimu menjadi lebih baik dari hari ke hari, semua itu juga merupakan pencapaian, yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan pencapaian materi sekalipun.

3. “Suatu pencapaian harus saya raih di usia tertentu.”

Kita berulang kali disuguhkan konten media sosial yang menunjukkan pencapaian-pencapaian seseorang di usia tertentu. Konten-konten serupa seringkali membuat orang-orang yang belum mencapai hal yang sama di usia sebaya, merasa kehidupan mereka tidak berhasil.

Punya target untuk meraih sesuatu di usia tertentu, apakah itu hal buruk? Tidak juga. Target seperti itu bisa motivasi atau sumber semangat kita untuk tetap fokus meraih pencapaian yang kita idamkan.

Tapi, percayalah, kehidupan tidak akan menarik jika setiap hal berjalan sesuai dengan apa yang kita tulis dalam alur rencana pencapaian hidup yang kita buat. Ingatlah pula bahwa apa yang telah Tuhan takdirkan dan apa yang akan Tuhan takdirkan tidaklah sama bagi setiap orang. Kita tidak mesti berpatokan pada usia tertentu untuk meraih sesuatu.

Bukankah kita justru mendapatkan pembelajaran hidup karena manusia memiliki cerita pencapaian yang berbeda-beda? Bayangkan jika semua orang di dunia ini mencapai hal yang sama di usia yang sama (bisa lulus kuliah di usia 22, bisa beli mobil di usia 28, menikah dan hidup bahagia di usia 30, misalnya), rasanya tidak akan ada cerita-cerita menarik tentang kehidupan manusia yang beragam dan berbagai pelajaran hidup di dalamnya.

4. “Saya harus meraih pencapaian hidup yang sama dengan orang lain.”

Terpaku pada pencapaian orang lain hanya akan membuat kita lelah. Nyatanya, kita bisa berhasil dengan cara kita sendiri, tanpa harus menilai kesuksesan diri dari seberapa mampu kita ikut meraih apa yang telah orang lain capai. Meneladani kesuksesan seseorang tentunya merupakan hal yang baik, tapi pencapaian hidup bagi setiap orang tentunya berbeda.

Di saat banyak orang merasa bahwa mereka baru bisa dikatakan meraih pencapaian diri mereka saat mereka bisa lulus kuliah, ada orang-orang yang merasa bahwa masuk kuliah bagi dirinya adalah suatu pencapaian hidup. Di saat banyak orang merasa bahwa mereka telah menjadi orang yang sukses saat mampu membeli rumah dan mobil pribadi, ada orang-orang yang merasa mereka telah mencapai kesuksesan di saat mereka mampu menyekolahkan adik-adik mereka.

Tak masalah jika kita memiliki ambisi untuk mencapai sesuatu. Memiliki target tertentu akan baik untuk kita demi kemajuan hidup kita di masa mendatang. Tapi, renungkanlah kembali apa yang kita sebut dengan pencapaian hidup. Jangan sampai kita menilai diri kita sendiri sebagai orang yang gagal hanya karena kita keliru dalam memahami makna pencapaian hidup. Nikmatilah kehidupan kita beserta hal-hal yang tidak terduga di dalamnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak