Dengan menikah, berarti kita akan hidup bersama dengan orang yang bisa jadi sangat berbeda dengan kita. Mulai dari latar belakang keluarga yang berbeda, pola asuh yang berbeda, hingga pola pikir yang bisa jadi berbeda pula. Maka, tak heran jika suami memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dengan kita.
Rasanya hampir setiap wanita yang sudah menikah pernah merasakan lelah harus berulang-ulang menggerutu sepanjang waktu karena ingin suami melakukan hal yang kita inginkan. Nah, inilah beberapa cara yang bisa kita lakukan agar suami mengerti apa yang kita inginkan dia lakukan.
1. Nggak perlu gengsi
Kita dan suami adalah tim seumur hidup, jadi tidak ada gunanya lagi merasa gengsi untuk minta bantuan atau menyampaikan keluhan kita.
Ingat, kita wanita yang punya kemampuan terbatas, semandiri apa pun kita. Mungkin tanpa kamu sadari, sikap diamnya dia bisa jadi karena dia merasa kamu mampu dan mau melakukan semuanya sendiri tanpa bantuannya.
2. Jangan berasumsi
Asumsi adalah sebuah anggapan yang belum terbukti kebenarannya. Jadi sadarilah, asumsi tidak sama dengan fakta. Jika diteruskan, asumsi kita bisa merepotkan diri kita sendiri. Maka, daripada berasumsi terhadap pikiran pasangan kita, lebih baik tanyakan langsung padanya.
3. Komunikasikan
Kita belum tentu benar, dan pasangan kita juga belum tentu salah. Suami dan istri perlu menentukan mana yang dirasa sama-sama benar. Komunikasi dan diskusi yang terjalin jangan hanya sekadar menyampaikan kemauanmu, atau bahkan memaksakan apa yang benar menurutmu.
Maka pastikan lagi, apakah benar kalian berdua sudah saling sepakat ataukah hanya kamu yang bilang maumu apa, kemudian suami tinggal iya iya saja tanpa mengutarakan maunya suami bagaimana?.
Kalau suami peka ya bagus, kalau tidak peka ya wajar saja. Karena manusia tidak bisa saling membaca isi pikiran, maka segala sesuatu harus dikomunikasikan dengan baik. Pernikahan adalah tentang membangun komunikasi, kita tidak bisa tidak berkomunikasi.
4. Kelola ekspektasi
Jika kamu berharap semua berjalan seperti yang kamu inginkan, seperti yang selama ini kamu anggap benar. Maka bisa jadi, ekspektasimu yang perlu diatur ulang lagi. Misal, bagi kamu penting sekali untuk menjaga agar rumah selalu bersih dah rapih setiap hari.
Jadi kamu punya ekspektasi terhadap suami, bahwa dia akan membantu dalam pekerjaan rumah tangga. Setelah kamu tanyakan, ternyata bagi suami tidak masalah rumah tidak selalu rapih. Nah, apakah kamu masih mau berharap suami membantu merapikan rumah?
Rumah tangga tidak selalu berjalan dengan cara kita. Cara yang menurut kita sudah paling benar, belum tentu bukan jalan tengah terbaik untuk rumah tangga kita.