Menilik Bahayanya Sexual Harassment Akibat Gender Inequality

Hernawan | Imro'ah Qurotul Aini
Menilik Bahayanya Sexual Harassment Akibat Gender Inequality
Ilustrasi Perbedaan Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual (Unplash)

Sebenarnya apa sih sexual harassment itu? Seberbahaya apa jika mengabaikannya? Sexual harrasment atau pelecehan seksual yakni merupakan segala tindakan seksual yang tidak diinginkan. Tindakan seksual tersebut dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Hal tersebut juga dapat sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental maupun fisik korbannya loh.

Pelecehan seksual bisa terjadi pada semua orang, korbannya bukan hanya perempuan saja, tetapi laki-laki pun juga bisa menjadi korban. Sementara pelaku pelecehan seksual tidak melulu laki-laki. Tidak menutup kemungkinan perempuan bisa menjadi pelaku. Jadi jangan pernah membebani laki-laki atau pun perempuan, agar mereka tidak dilecehkan. Ajari mereka untuk tidak melecehkan dalam bentuk apa pun.

Sebenarnya apa aja sih perilaku yang bisa digolongkan pelecehan seksual? Yappp, boleh dibaca dan dipahami ya biar kalau terjadi di sekitar kalian, kalian bisa bantu penyintas atau korban untuk speak up. Berikut beberapa perilaku yang bisa digolongkan sebagai pelecehan seksual.

1. Catcalling

Peristiwa saat kalian mencoba buat bersiul atau mengatakan sesuatu yang berbau seksual kepada orang asing, yang biasanya sedang lewat. Contoh gampangnya tuh kalau kalian lagi di jalan terus di-suit-suitin sama orang atau disapa "Hai cewek mau ke mana?", "kamu cantik banget sih.", dan lain-lain. Tolong buat kalian kawan-kawanku, yang masih suka dipuji di jalanan, sadar dong itu bukan pujian! Tanpa kalian sadari itu sudah termasuk pelecehan seksual yaa!

2. Touching Without Consent atau Menyentuh Tanpa Persetujuan

Korban yang menjadi objek pelecehan dengan disentuh tanpa persetujuan (touching without consent). Ini bisa terjadi di tempat sepi maupun di tempat umum. Si pelaku kadang memanfaatkan situasi dan langsung melakukan aksinya tanpa persetujuan korban. Emang bener-bener ya, yang namanya pelaku pelecehan seksual gak ada akhlak sama sekali!

3. Sexual Favors atau Bantuan Sexual

Pelaku kadang menjanjikan bantuannya. tapi dengan imbalan sex favor dari korbannya tersebut. Ngerti kan ya? hehe. Kasus seperti itu bisa saja terjadi di lingkungan manapun. Ini juga nih, pelaku parah banget. Menolong kok dengan pamrih. Heran sama jalan pikirannya.

4. Candaan atau Lelucon Tentang Sex

Jangan bersembunyi di balik kata "bercanda" kalau soal pelecehan sexual. Kadang ada pelaku pelecehan yang berdalih "ah, cuman canda doang kok gausah diseriusin", helloww!! Pelecehan seksual itu bukan tempat untuk bercanda, dan sebenernya kalau mau bercanda liat situasi kondisi dan tata krama ya. Candaan bukan jadi candaan kalau kamu sendiri yang merasa terhibur, sedang korban merasa tersinggung atau terganggu

5. Pemerkosaan

Dari sekian banyak kasus, korban pemerkorsaan banyak yang kehormatannya ikut melayang bersama nyawanya. Jadi sampai sini sudah sadar kan gimana bahayanya sexual harrasment.

Kalian pernah tidak berpikir, kenapa korban pelecehan seksual enggan untuk memberitahukan kepada publik atas kejadian yang menimpanya? 

Karena, saat berani untuk speak up, belum tentu yang mendengar akan percaya apa yang diucapkan oleh penyintas. Terlebih, kalau sang pelaku adalah seseorang yang terpandang atau memiliki jabatan tinggi dan adanya orang-orang berkuasa dalam inner circle sang pelaku, malah dapat menjatuhkan korban. Hal itu membuat para korban mundur dari keberaniannya untuk melanjutkan kasus tersebut. Tidak sedikit mereka berpendapat sang korban mengada-ada, mencari ketenaran, atau memiliki dendam pribadi kepada si pelaku.

Ahhhh, susah memang ya jika dihadapkan dengan situasi seperti ini, apalagi setelah kejadian kelam dialami, menjalani hari-hari berikutnya pun terasa sulit. Belum lagi masa depan mereka yang terancam kalau berani berbicara ke publik.

Mengalami kejadian kelam seperti pelecehan seksual tentu nggak mudah bagi korban di hari berikutnya. Adanya trauma, ancaman dari pelaku, dan rasa malu yang dimiliki saat kembali beraktivitas di lingkungan menjadi beban berat bagi korban.

Mengungkap kebenaran memang tak mudah, karena banyak krikil tajam yang harus dilewati. Setidaknya dengan diri kita yang menjadi pendengar, cobalah untuk bijak menanggapinya. Tak mencibir, apalagi sampai menjatuhkan mental penyintas. Kita justru harus bisa menjadi pendengar sekaligus membantu korban untuk bangkit dari traumanya. 

Mulailah untuk memahami bahwa pelecehan seksual bukan hal yang memalukan untuk dilawan, dan korban bukanlah biang masalah dari permasalahan yang ada. Korban butuh semangat, bukan disalahkan. Masyarakat harus dapat menerima dan memberdayakan korban, memberi mereka perhatian dan ruang untuk speak up, dan tidak masa bodo dengan pelecehan seksual.

Pelecehan seksual tidak bisa disepelekan begitu saja, seharusnya tempat tempat yang menjadi naungan itu aman, seperti rumah, sekolah, kampus, tempat kerja dan lain-lain. Bukan malah membuat rasa takut karena rawan dan mungkin bisa jadi menjadi ruang sebagai tempat kekerasan seksual.

Jika hal-hal seperti ini terjadi di lingkungan sekolah ataupun kampus, maka kampus perlu membuat campus crisis center atau tempat pengaduan bagi mahasiswa yang mengalami pelecehan seksual. Jika terjadi di masyatakat juga sebaiknya ditindaklanjuti dengan melaporkan kepada tempat aduan pelecehan seksual.

Dalam hal ini masyarakat perlu tahu tentang pendidikan seksual. Mahasiswa membutuhkan ruang diskusi tentang apa pun yang menyangkut kebebasan individu, termasuk kebebasan untuk mengutarakan kebenaran saat terjadi pelecehan seksual.  

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak