Sejatinya pernikahan memang dijalani oleh dua orang. Akan tetapi, tak bisa dimungkiri dua keluarga pun turut berperan penting. Bahkan tak jarang hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga masing-masing bisa berbuntut perceraian.
Salah satu permasalahan pernikahan yang sering dialami, adalah konflik antara menantu perempuan dan ibu mertua. Agar tidak kaget, sebaiknya kenali apa saja hal yang sering menjadi sumber konflik antara menantu perempuan dan ibu mertua.
1. Mengenai persiapan jelang menikah
Konflik dengan ibu mertua bahkan bisa dimulai sebelum pernikahan terjadi, yakni saat persiapan jelang pernikahan. Dari perbedaan pendapat apakah nanti bakal menggelar resepsi mewah atau sederhana, pemilihan seragam, siapa jasa MUA, hingga urusan katering.
Di fase ini penting sekali kekompakan antara kamu dan pasangan supaya bisa satu suara. Mana pendapat dari pihak keluarga yang dapat diaplikasikan, dan mana yang dengan baik-baik kamu tolak karena kalian sudah punya konsep berbeda.
2. Persoalan masakan
Hal selanjutnya yang kerap jadi sumber konflik antara menantu perempuan dengan ibu mertua, yaitu tentang persoalan makanan. Perbedaan selera, misalnya kamu suka pedas sementara ibu mertua suka manis, atau cara masak pun bisa jadi sumber cekcok.
Inilah alasan kenapa pasangan yang telah menikah sebaiknya tidak seatap dengan orangtua. Salah satunya untuk menghindari perkara sepele jadi sumber percekcokan yang dapat mengganggu keharmonisan pernikahan.
3. Kebiasaan sehari-hari
Ketidakcocokan antara kamu dan ibu mertua juga dapat bersumber dari perbedaan kebiasaan sehari-hari. Sebagai contoh, kamu terbiasa bangun siang di akhir pekan. Sementara ibu mertua mau akhir pekan atau tidak tetap saja bangun pagi.
Mendapati menantunya sudah siang belum juga bangun pasti membuatnya jadi kesal mengingat tugas rumah tangga banyak sekali yang mesti dikerjakan. Nah, di sini perlu kebesaran hatimu untuk beradaptasi. Jangan keras kepala mempertahankan kebiasaan saat masih lajang.
4. Cara mengasuh dan mendidik anak
Ibu mertua menuntut cucunya sudah diberi MPASI meski belum 6 bulan dengan alasan kasihan karena ia sudah lapar. Tapi, pendapat tersebut bertentangan dengan apa yang kamu pelajari, bahwa pemberian MPASI mesti menunggu bayi 6 bulan agar pencernaannya siap.
Hal tadi adalah salah satu contoh perbedaan cara mengasuh anak yang kerap jadi sumber konflik. Untuk mengatasinya, pastikan kamu dan suami harus satu frekuensi mengenai pengasuhan yang hendak diterapkan, sehingga ketika ada pendapat dari pihak lain, kendati dari keluarga sendiri yang gak sesuai bisa ditolak.
Dengan mengetahui uraian tadi harapannya kamu sudah bisa mempersiapkan dengan baik jikalau menemui permasalahan yang sama. Udah gak kaget dan dapat menyikapinya dengan bijak!
Video yang mungkin Anda lewatkan.