Salah satu teori motivasi yang terkenal adalah hirarki kebutuhan manusia dari Abraham H.Maslow (1943) dalam bukunya Motivation and Personality. Menurut Maslow manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang diklasifikasikan dalam lima tingkatan atau hirarki, di mana rasa aman ditempatkan pada tingkatan kedua. Rasa aman yang dimaksud bukan sekadar kebutuhan fisik, tapi juga mental psikologis terkait kenyamanan dalam keberlangsungan hidup. Seperti penghidupan dan pekerjaan yang layak, serta perlakuan yang manusiawi.
Rasa aman seringkali membuat seseorang merasa takut mencoba sesuatu yang baru. Para karyawan merasa aman dengan gaji rutin yang diterimanya setiap bulan. Para pejabat merasa aman dengan jabatannya. Para selebritis merasa aman dengan ketenarannya.
Rasa aman akan membuat seseorang terjebak dalam zona nyaman selama bertahun-tahun. Terbelenggu dengan rutinitas dan terlena dengan fasilitas, hingga melupakan peluang-peluang lain yang mungkin bisa diraih bila mau sedikit saja keluar dari zona nyamannya.
BACA JUGA: 7 Cara Berhubungan Intim Agar Tidak Hamil, Anti Kebobolan Selain Menghindari Masa Subur
Lalu apa yang salah dengan zona nyaman? Mengapa para motivator terus mengingatkan kita untuk keluar dari zona nyaman? Bukankah manusia hidup memang mencari kenyamanan? Kita perlu ingat bahwa roda kehidupan terus berputar.
Suatu saat para karyawan akan pensiun dan kehilangan gajinya. Para pejabat akan digantikan dan kehilangan jabatannya. Para selebritis akan menua dan tenggelam ketenarannya. Tentunya kita tidak akan menunggu semua itu terjadi baru berbuat sesuatu, karena jatuh tanpa persiapan akan terasa lebih menyakitkan.
Memahami Zona Nyaman
Istilah zona nyaman atau comfort zone pertama kali dipopulerkan Alasdair A.K.White (2009) pada artikel “From Comfort Zone to Performance Management”. Menurutnya zona nyaman adalah suatu keadaan psikis di mana seseorang merasakan kemudahan dan mempunyai kontrol terhadap lingkungannya. Di zona ini, seseorang tidak akan mengalami kecemasan berlebih dan bisa bekerja tanpa tekanan. Jarang merasa gelisah dan jarang mengalami kesulitan-kesulitan, gangguan hidup atau tekanan-tekanan hidup yang mengakibatkan stres.
Selanjutnya White dan John Fairhurst mengembangkan definisi tersebut yang ternyata dianggap tidak relevan bagi semua orang. Karena istilah zona nyaman ini lahir dari industri bisnis dan kinerja produksi, bukan didasari perkembangan kepribadian manusia. Akan tetapi pada perkembangan saat ini justru banyak yang mengaitkan zona nyaman dengan kehidupan sehari-hari. Zona nyaman dianggap stagnan bagi manusia, sehingga tidak bisa membawa pada tantangan baru dan perubahan.
Keluar dari Zona Nyaman dengan Cara Aman
Memang tidak ada salahnya manusia hidup dalam zona nyaman. Toh kehidupan baik-baik saja tanpa kita mencari tantangan baru dan membuat perubahan. Zona nyaman mulai terasa mengganggu ketika kita merasa perlu berubah, merasa jenuh dengan rutinitas dan mencemaskan apa yang akan terjadi di masa depan.
Masihkah kita merasa nyaman bila kita sudah tidak mempunyai kemudahan dan kontrol terhadap lingkungan? Masihkah kita merasa baik-baik saja bila rutinitas berubah dan semua fasilitas yang biasa dinikmati tidak bisa lagi didapatkan?
Bila para motivator sibuk mengingatkan untuk keluar dari zona nyaman, maka para pakar psikologi akan menyarankan untuk keluar dari zona nyaman dengan cara aman, yaitu keluar dengan langkah yang tidak terlalu jauh. Misalnya "tidak" dengan cara nekad mengambil resiko besar, resign dari pekerjaan sebagai karyawan untuk berbisnis yang belum jelas untung ruginya. Apalagi saat resesi sedang terjadi dan kita masih punya tanggung jawab memenuhi kebutuhan dasar keluarga secara rutin.
BACA JUGA: Jennifer Bachdim Masih Olahraga Meski Seminggu Lagi Melahirkan, Netizen Malah Senggol Gitasav
Langkah yang terlalu jauh tersebut justru akan membuat kita menghadapi masalah-masalah baru yang mengganggu kinerja dan kehidupan kita yang sudah baik-baik saja. Maka beberapa cara untuk keluar dari zona nyaman dengan cara yang aman adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Perubahan Diri Sendiri dan Lingkungan
Perubahan dapat dimulai dari diri sendiri, seperti bangun lebih pagi, tingkatkan ibadah, rajin belajar, rutin olah raga, makan sehat dan teratur, tidur cukup, kontrol berat badan, perbaiki sikap perilaku.
Perubahan juga dapat dilakukan di lingkungan, seperti membersihkan dan merapikan rumah, merubah bentuk dan tata letak ruangan, membuat lingkungan lebih bersih dan hijau.
Perlu tekad kuat untuk keluar dari zona nyaman yang membuat kita malas, pasif dan apatis. Lakukan perubahan, perbaiki diri dan lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik.
2. Melakukan Kegiatan Menambah Pengalaman dan Pengetahuan
Lakukan berbagai kegiatan untuk menambah pengalaman dan pengetahuan. Gali potensi diri, pahami bakat dan minat, tekuni hobi yang disukai. Tingkatkan kompetensi untuk memberi nilai tambah dan menunjang karir. Mungkin selama ini kita terlalu sibuk, sehingga banyak hal yang disukai tidak sempat dikerjakan.
Kita juga perlu menambah pertemanan dan memperluas jejaring kerja, ikuti komunitas yang menunjang hobi kita. Lingkup pergaulan yang luas akan memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
3. Mencari Pekerjaan Sampingan atau Menciptakan Bisnis
Pekerjaan sampingan umumnya bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang, mencari penghasilan tambahan, menambah uang tabungan, atau mengasah skill yang dimiliki. Kita juga bisa menciptakan bisnis yang dapat dikelola sendiri di luar pekerjaan utama. Kerja sampingan maupun berbisnis sebaiknya tidak jauh-jauh dari bakat, minat dan kompetensi Selain itu perlu dipertimbangkan resikonya, baik dari sisi waktu, biaya/modal dan tenaga. Apakah membuat kita tetap merasa aman atau justru menimbulkan masalah-masalah baru yang tidak kita harapkan.
BACA JUGA: Pernyataan Gitasav Tentang Childfree Jadi Kontroversi, Memang Apa Sih Manfaatnya Punya Anak?
Keluar dari Zona Nyaman untuk Bertumbuh
Keluar dari zona nyaman dengan cara aman akan membuat kita ada di zona bertumbuh (growth zone). Pada zona ini kita telah punya tujuan hidup yang lebih jelas dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Kita menjadi lebih percaya diri dan tidak mudah terombang-ambing keadaan.
Kita juga menjadi lebih siap dengan segala kemungkinan yang terjadi di masa depan. Kita bisa mengatasi rasa takut, tahu bagaimana menghadapi tantangan dan mulai enjoy menjalaninya. Dan pada akhirnya kita akan menemukan zona nyaman baru dari kebiasaan-kebiasaan baru yang dijalani.
"Real change is difficult at the beginning, but gorgeous at the end. Change begins the moment you get the courage and step outside your comfort zone; change begins at the end of your comfort zone.” Menurut Roy T. Bennett perubahan nyata memang sulit di awal, tapi indah di akhir. Perubahan dimulai saat kamu mendapatkan keberanian dan melangkah keluar dari zona nyamanmu; perubahan dimulai pada akhir zona nyamanmu.
Hal-hal besar tidak akan pernah bisa diwujudkan dari zona nyaman, karena zona nyaman adalah musuh besar keberanian dan kepercayaan diri. Jadi tunggu apalagi, inilah saatnya kita berubah dan keluar dari zona nyaman.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS