Malas Berjubel di KRL? Inilah Kereta Api Alternatif Jogja-Solo Ramah di Kantong!

Hernawan | Umi Salamah
Malas Berjubel di KRL? Inilah Kereta Api Alternatif Jogja-Solo Ramah di Kantong!
Penumpang memenuhi KRL di Stasiun Tugu Yogyakarta. [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

Sebagai salah satu fasilitas transportasi publik unggulan Jawa Tengah dan Jogja yang murah dan merakyat, Kereta Rel Listrik atau KRL sudah menjadi moda transportasi favorit bagi masyarakat sejak perilisannya di 1 Maret 2021 lalu. 

KRL Jogja-Solo merupakan KRL pertama yang beroperasi di luar wilayah Jabodetabek, dan disediakan untuk menggantikan angkutan massal sebelumnya, Kereta Lokal Prameks. 

Tarif KRL Jogja-Solo juga bisa dibilang cukup terjangkau karena dengan hanya membayar Rp 8000 saja, penumpang sudah bisa menikmati fasilitas transportasi publik buatan PT INKA ini dengan waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan. 

Pembayaran tiket KRL Jogja-Solo mengikuti kebijakan PT KCI yaitu dengan kartu multi trip (KMT), kartu e-money keluaran beberapa bank dalam negeri, juga melalui aplikasi gojek pada fitur go-transit.

KRL Jogja-Solo memiliki rute dari Stasiun Yogyakarta (Tugu) hingga Stasiun Palur atau sebaliknya, dan berhenti di tiap-tiap stasiun yang dilewati dengan total ada 13 stasiun pemberhentian. 

Stasiun-stasiun yang dilewati yaitu Stasiun Yogyakarta, Lempuyangan, Maguwo yang ada di Provinsi DIY. Brambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu di Kabupaten Klaten. Gawok di Kabupaten Sukoharjo, Purwosari, Balapan, dan Jebres, di Kota Surakarta. Serta Stasiun Palur di Kabupaten Karanganyar. 

Sejak beroperasi, KRL Jogja-Solo tidak pernah sepi peminat. Dilansir dari laporan BTP Kelas 1 Semarang, pada periode operasi 2021 hingga akhir Februari 2023 total KRL Jogja-Solo telah mengangkuti 6,9 juta penumpang. Rata-rata per hari load factor KRL Jogja-Solo hampir 68% atau sekitar 12.000 an orang per harinya. 

Di hari-hari libur nasional atau cuti bersama, tentu lebih banyak lagi. Pada libur lebaran 2023 lalu, puncak load factor mencapai 109%, kurang lebih 26.000 orang per hari. 

Berbeda dengan KRL Jabodetabek yang memiliki jeda operasi hanya beberapa menit saja, jeda operasi KRL Jogja-Solo cukup panjang, yaitu sekitar 1—2 jam. Jadi kebayang dong, gimana crowded-nya KRL yang hanya terdiri dari delapan rangkaian gerbong saja. 

Perbedaan jeda operasional ini tak lain karena KRL Jogja-Solo belum memiliki jalur khusus seperti KRL Jabodetabek. KRL menggunakan rute Kereta Api (KA) jalur selatan yang masih aktif digunakan operasional KA jarak jauh, yang mana jam operasionalnya juga sangat padat. Jadi, mau tidak mau, KRL harus menyesuaikan jadwal paten KA jarak jauh yang lebih diprioritaskan. 

Sejak awal tahun 2023 peminat KRL Jogja-Solo terus meningkat. Bahkan transportasi massal ini tidak hanya crowded saat weekend atau hari libur nasional saja, tetapi selalu ramai setiap harinya dan setiap jam operasionalnya. 

Apalagi sejak Kota Solo melakukan berbagai pembenahan tata kota demi menjadikan Solo sebagai kota wisata, jadinya penumpang KRL Jogja Solo menjadi sama ramainya dari kedua arah pemberangkatan. Sekali lagi, KRL Jogja-Solo beroperasi dengan jeda 1–2 jam keberangkatan, dengan total 20 keberangkatan pada weekdays dan tambahan 4 keberangkatan saat weekend.

Saat memutuskan menggunakan transportasi umum ini, maka harus rela mengantri setidaknya satu jam sebelum keberangkatan karena padatnya antrian penumpang pada rush hour atau saat weekend.

Terlebih lagi, tidak ada jaminan akan dapat duduk nyaman dalam KRL selama perjalanan karena pasti akan berebut tempat duduk dengan penumpang lainnya. 

Untuk para kawula muda, mau seramai apapun kondisi dalam KRL pasti yaa trabas aja. Tapi jika bepergian dengan kendaraan umum bersama bayi atau balita maupun lansia, tentu harus memperhatikan kenyamanan merekam kan.

Maka penting tau daftar KA alternatif rute Jogja-Solo dengan memanfaatkan tarif khusus (tarsus) yang tentunya lebih murah daripada KA reguler lainnya.

Daftar pilihan keretanya juga banyak, yaitu Argo Lawu, Argo Dwipangga, Mataram, Senjut Solo, Fajar Solo, Lodaya, Sancaka, Mutsel, Wijayakusuma, Kertanegara, Manahan, Singasari, Jaka Tingkir, dan Pasundan. 

Beberapa kereta menyediakan gerbong eksekutif dengan tarif Rp40.000, Bisnis Rp35.000, dan Ekonomi Premium Rp30.000. Padahal, tarif reguler Jogja-Solo atau sebaliknya dengan kereta eksekutif Rp80.000 dan ekonomi premium Rp65.000. 

Tentu fasilitas yang didapat sama antara tiket subsidi dengan reguler. Selain itu, waktu tempuh pastinya lebih cepat daripada KRL, dan penumpang tidak perlu berebut tempat duduk karena masing-masing tiket akan mendapat kursi duduk yang nyaman.  

Cara naik daftar KA jarak jauh di atas yaitu dengan memesan tiket melalui KAI Access. Kemudian pilih stasiun keberangkatan dan tujuan, lalu bayar. Tarsus ini bisa didapat dengan syarat pembelian tiket minimal 2 jam sebelum waktu keberangkatan. 

Tapi perlu dicatat bahwa KA jarak jauh ini tidak berhenti di setiap stasiun seperti KRL. Rutenya hanya dari Stasiun Yogyakarta-Stasiun Balapan. Meski demikian, ini tetap bisa menjadi pilihan alternatif saat malas berjubel di KRL saat akan jalan-jalan dari Jogja-Solo dan sebaliknya, bukan?

Jadi, bagaimana? apakah tertarik memanfaatkan tarsus pada KA alternatif saat malas desak-desakan di KRL Jogja-Solo?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak