Aku, Kamu, dan Dia Versi Bahasa Jawa: Jelimet, Mumet, Tapi Berkharisma!

Hernawan | Tika Maya Sari
Aku, Kamu, dan Dia Versi Bahasa Jawa: Jelimet, Mumet, Tapi Berkharisma!
ilustrasi perpustakaan (Pixabay/StockSnap)

Struktur Bahasa Inggris cukuplah unik karena menggunakan tenses yang mengindikasikan waktu-waktu tertentu, seperti verb 1, verb 2, dan verb 3. Ya, pokoknya beda waktu dan beda subyek, maka wujud katanya juga berubah.

Nah, uniknya lagi, hal ini juga dimiliki oleh struktur bahasa dalam Bahasa Jawa. Namun, Bahasa Jawa tidak menggunakan tenses untuk waktu ya, melainkan kepada subyek apa kita berbicara. Simpelnya, beda orang beda pula tingkatan linguistik bahasanya. Agak rumitnya lagi, dalam Bahasa Jawa bukan hanya kata kerja atau verb saya yang berubah, melainkan seluruh kalimat bahkan frasanya berubah.

Mumet? Ah nggak lah, cuman memang agak memusingkan sedikit. Kali ini kita akan membahas istilah aku, kamu, dan dia versi Bahasa Jawa yang seunik English. Penasaran? Yuk gas kita bahas!

Aku

1. Aku

Kata aku sepertinya bukan hanya dimengerti dalam bahasa Jawa saja, melainkan dalam Bahasa Indonesia juga. Tapi, kalau dalam Bahasa Jawa, kata aku masuk dalam kategori tingkatan linguistik Basa Ngoko alias santai. Penggunaannya bisa ke kawan sebaya atau orang yang lebih muda. Contohnya seperti:

  • Aku arep dolan nang Simpang Lima Gumul (Aku mau main ke Simpang Lima Gumul).

2. Kula

Sedangkan kata kula atau dibaca kulo masuk dalam kategori tingkatan linguistik Basa Krama. Digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang lebih tua, atau seseorang yang berpangkat semisal Bu Lurah. Contohnya bisa seperti:

  • Kula ajenge tilik Mbah Ni (Aku/saya hendak menjenguk Mbah Ni).

3. Ingsun / Sun

Untuk istilah ingsun, umumnya dipakai di beberapa daerah sebagai dialek lokal seperti daerah Tuban, Jawa Timur. Tapi, kata ini jarang saya pakai dalam percakapan harian sih. Contohnya bisa seperti:

  • Niat ingsun tuku sega pecel kanggo sarapan (Niat aku/aku berniat beli nasi pecel buat sarapan).

Tetapi, istilah ini kadang bisa disederhanakan menjadi Sun, dan sering dijumpai pada geguritan gagrak lawas atau puisi Jawa Lama. Contohnya bisa seperti:

  • Sun gegurit tresna mung sawetara (Aku menuliskan bahwa cinta hanyalah sementara).

4. Mami

Istilah Mami sebenarnya juga agak jarang dipakai dalam keseharian. Namun, istilah ini lebih populer dipakai dalam kesusastraan Jawa, maupun pementasan wayang yang menggunakan Basa Rinengga. 

Kamu

1. Kowe/We, Awakmu

Untuk kedua frasa ini masuknya ke kategori tingkatan linguistik Basa Ngoko. Penggunaanya boleh kepada orang sebaya maupun orang yang lebih muda. Contohnya bisa seperti:

  • Kowe wis mangan opo durung? (Kamu sudah makan apa belum?)
  • We wis mangan opo durung?
  • Awakmu wis mangan opo durung?

2. Kon

Kalau istilah Kon ini cukup populer sebagai dialek khas Surabaya ya. Contohnya bisa seperti:

  • Kon ojo menek ndukur, mengko tibo! (Kamu jangan naik ke atas, nanti jatuh!).

3. Rika

Nah, untuk istilah rika ini berkaitan erat dengan kata Ingsun atau Sun tadi ya. Istilah ini juga merupakan dialek lokal di beberapa daerah, tetapi dalam dialek saya jarang terdengar. Contohnya bisa seperti:

  • Rika digawa wong liya (Kamu dibawa orang lain/intinya putus dari hubungan tersebut).

4. Sampeyan

Istilah ini masuk dalam kategori tingkatan linguistik Basa Ngoko halus. Penggunaanya boleh kepada sebaya, orang yang lebih muda, maupun kepada kawan yang sedikit lebih tua tetapi sudah sangat akrab sih. Versi gaulnya adalah Pean. Contohnya bisa seperti:

  • Sampeyan sampun maem? (Kamu sudah makan?)
  • Jenengan dan Panjenengan

Keduanya masuk ke dalam tingkatan linguistik Basa Krama atau bahasa sopan dan halus. Kata Jenengan lumrah digunakan kepada orang-orang yang akrab tetapi dengan tingkat menghormati tertinggi, seperti pasutri. Contohnya bisa seperti:

  • Jenengan ajenge teng pundi, Pak? Udan lho (Kamu mau kemana, Pak? Hujan lho).

Sementara itu, Panjenengan adalah tingkatan paling halus dan digunakan kepada orang yang lebih tua, orang yang pangkatnya lebih tinggi, maupun kepada orang asing. Contohnya bisa seperti:

  • Panjenengan kersa dhahar nopo nggih? (Anda hendak memesan makan apa?)

Dia

1. Dheweke

Kata ini masuk kategori tingkatan linguistik Basa Ngoko atau santai. Umum digunakan dengan kawan sebaya, atau orang yang lebih muda ya. Versi lainnya adalah De’e. Contohnya bisa seperti:

  • Aku weruh dheweke andok es dawet (Aku lihat dia makan es dawet di tempat),
  • Aku weruh de’e andok es dawet.

2. Piyambake

Sedangkan kata ini masuk dalam kategori tingkatan linguistik Basa Krama yang halus nan sopan dan bisa digunakan kepada orang yang lebih tua, orang yang pangkatnya lebih tinggi dari kita, atau kepada orang asing. Contohnya bisa seperti:

  • Piyambake nembe bidhal wonten Malang (Dia baru saja pergi ke Malang),
  • Piyambakipun nembe tindak wingi sonten (Dia baru saja pergi kemarin sore).

Itulah tadi pembahasan mengenai aku, kamu, dan dia versi Bahasa Jawa. So, menurutmu gimana?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak