Dari Reformasi Sampai Gen Z: Kisah FODIM, Komunitas Kritis yang Tak Lekang Waktu di Atma Jaya

M. Reza Sulaiman
Dari Reformasi Sampai Gen Z: Kisah FODIM, Komunitas Kritis yang Tak Lekang Waktu di Atma Jaya
FODIM (Forum Diskusi Ilmiah Mahasiswa) menjadi sarana bagi mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya untuk ngobrolin isu-isu kekinian sambil mengasah cara berpikir kritis. (Dok. Flovian Aiko/Yoursay Suara.com)

Kalau kuliah cuma sekadar datang ke kelas, ngerjain tugas, lalu pulang, rasanya ada yang kurang. Di balik padatnya jadwal, sebenarnya ada banyak ruang untuk eksplorasi diri. Salah satunya adalah melalui komunitas.

Nah, percaya atau tidak, saat ini ada, loh, komunitas kampus yang sudah eksis lebih dari 39 tahun dan masih digemari hingga saat ini.

Namanya adalah FODIM (Forum Diskusi Ilmiah Mahasiswa), yang menjadi sarana bagi mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya untuk ngobrolin isu-isu kekinian sambil mengasah cara berpikir kritis.

Lahir dari Semangat Reformasi, Tetap Relevan di Era Gen Z

FODIM dibentuk oleh para senior pada tahun 1986 dan berhasil menjadi forum diskusi ilmiah pertama di Universitas Atma Jaya Jakarta. Bayangin saja, komunitas ini sudah menjadi saksi perjalanan anak muda dari era reformasi hingga era Gen Z yang serba digital sekarang.

Tujuan didirikannya FODIM adalah untuk meningkatkan kemampuan intelektual anggotanya dalam menalar dan menganalisis isu-isu yang ada.

“FODIM ini awalnya terbentuk waktu reformasi, jadi para senior Atma Jaya mau membentuk suatu diskusi yang panjang, sehingga lama-lama tercetuslah forum diskusi ilmiah mahasiswa,” jelas Drew Gooden Sitorus, Koordinator Divisi Pengembangan Diskusi dan Organisasi.

Bukan Cuma Diskusi Kosong, Ada Program Kerennya

Salah satu program ikonik FODIM adalah Kelompok Pengkajian Masalah (KPM). Dalam program ini, mahasiswa dapat membahas topik-topik tertentu secara mendalam dan mendapatkan insight baru.

Selama kegiatannya berlangsung, peserta bisa melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk ngobrolin minatnya di perkuliahan atau sekadar membahas rencana studi ke depannya.

Belum lama ini, mereka juga menghadirkan narasumber dengan pengalaman yang luar biasa dalam kegiatan Diskusi Gebrakan dengan tema "Lost In VUCA: Start Your Journey". Tema ini diangkat karena sangat relevan dengan situasi saat ini, di mana banyak mahasiswa yang bingung soal kesehatan mental dan karier.

Manfaat Nyata: Dari 'Overload' Informasi Jadi Lebih Kritis

Buat anggotanya, FODIM bukan hanya sekadar UKM yang isinya diskusi doang, rasanya lebih dari itu. Komunitas ini menjadi ruang belajar yang nyata. Anselmus Ingelbert Manihuruk, salah satu anggota aktif FODIM, juga menceritakan manfaat yang ia rasakan.

“Yang paling signifikan bagi saya, FODIM dengan value peka, kritis, dan tanggap membantu saya memfilter setiap informasi yang saya konsumsi. Di tengah banyaknya informasi, mulai dari media sosial hingga pemberitaan, saya perlu memilah informasi tersebut agar tidak menjadi overload dan malah membebani saya,” ujarnya.

Melalui media sosialnya, FODIM kerap membagikan konten-konten diskusi melalui akun Instagram @fodimatma. Mereka juga sering mengundang para profesional sebagai narasumber, sehingga diskusi mereka pun jadi lebih kredibel.

Singkatnya, FODIM menjadi komunitas yang membantu mahasiswa untuk bisa mengembangkan cara berpikir yang kritis, menjadi wadah untuk berpendapat tanpa harus takut di-judge, serta membangun relasi antar fakultas.

FODIM adalah safe space bagi mahasiswa Atma Jaya yang mau berkembang bareng. Di sini, diskusi bukan lagi obrolan kosong, tetapi menjadi cara untuk menemukan perspektif baru, menambah ilmu, dan tentunya, menyiapkan diri buat masa depan.

Penulis: Flovian Aiko

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak