Science of Sadness: Kenapa Hujan Bisa Bikin Kita Melankolis?

Hikmawan Firdaus | Rahmah Nabilah Susilo
Science of Sadness: Kenapa Hujan Bisa Bikin Kita Melankolis?
Ilustrasi suasana sendu saat hujan (Unsplash/Osman Rana)

Hujan turun, udara jadi sejuk, aroma tanah basah menyeruak. Bagi sebagian orang, suasana ini terasa menenangkan. Tapi bagi yang lain, hujan justru membawa perasaan melankolis, galau, sendu, bahkan sedih tanpa alasan. Kenapa bisa begitu? Apakah hujan memang punya “kekuatan ajaib” yang memengaruhi suasana hati?

Jawabannya ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah. Menurut laman Halodoc, saat cuaca mendung atau hujan, intensitas cahaya matahari yang mencapai tubuh menurun drastis. 

Cahaya matahari berperan penting dalam membantu tubuh memproduksi hormon serotonin, zat kimia otak yang mengatur perasaan bahagia dan tenang. Ketika cahaya berkurang, produksi serotonin ikut menurun, sehingga suasana hati terasa lebih muram dan energi pun menurun.

Hal senada juga dijelaskan oleh Alodokter, yang menyebut bahwa paparan sinar matahari membantu tubuh mengatur ritme tidur, kadar hormon, dan kestabilan emosi. Kurangnya cahaya alami dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan suasana hati atau bahkan Seasonal Affective Disorder (SAD), yaitu depresi musiman yang kerap terjadi saat musim hujan atau musim dingin.

Suara rintik hujan, bau tanah basah, dan suasana redup ternyata bisa membangkitkan memori emosional di otak. Kenangan masa lalu yang tersimpan, terutama yang berkaitan dengan perasaan tertentu, bisa muncul kembali saat otak menerima stimulus seperti suara hujan atau aroma khas setelah hujan turun. Itulah sebabnya, banyak orang tiba-tiba merasa rindu, sedih, atau reflektif ketika hujan.

Hujan juga sering kali membuat aktivitas fisik dan sosial berkurang. Saat jalanan basah dan cuaca tidak bersahabat, orang lebih memilih untuk berdiam diri di rumah. Akibatnya, tubuh kekurangan rangsangan positif dan paparan sinar alami, sehingga mood pun ikut menurun.

Namun bukan hanya hujan yang memengaruhi suasana hati, cuaca panas pun bisa memberikan dampak serupa. Suhu tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormon dan sistem saraf, membuat seseorang lebih mudah tersulut emosi dan frustrasi. Artinya, perubahan cuaca, baik panas, hujan, maupun mendung, memang bisa berdampak pada kestabilan emosi manusia.

Meski begitu, tidak semua orang merasakan hal yang sama. Ada juga yang justru menikmati suasana hujan karena dianggap menenangkan, romantis, atau memberi ruang untuk refleksi diri. 

Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian, pengalaman masa lalu, dan bagaimana seseorang memaknai hujan secara emosional. Bagi sebagian orang, suara hujan bisa terasa seperti terapi; bagi yang lain, ia memicu rasa sepi.

Kalau kamu termasuk yang mudah melankolis saat hujan, jangan khawatir. Ada banyak cara untuk menjaga mood tetap stabil. Cobalah membuka jendela atau menyalakan lampu agar ruangan tidak terlalu redup, lakukan aktivitas ringan seperti membaca buku atau menulis jurnal, dan dengarkan musik yang menenangkan. 

Kamu juga bisa mengobrol dengan teman atau keluarga agar tidak larut dalam kesunyian. Jika perasaan sedih berlangsung lama, disertai kehilangan semangat atau gangguan tidur, sebaiknya pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental.

Hujan memang sering diidentikkan dengan kesedihan, tetapi sebenarnya ia hanya memantulkan kondisi hati kita sendiri. Kadang, suasana sendu itu justru memberi kesempatan untuk menenangkan pikiran dan merenung sejenak. 

Karena pada akhirnya, hujan tak selalu berarti duka, kadang ia datang untuk menyegarkan jiwa.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak