Menurut saya, ini aneh tapi nyata. Ada warga yang menjual ayam dan bebek di pinggir jalan, bukannya diamankan di kurungan atau kandang, hewan-hewan berkaki dua tersebut malah diikat dengan tali di bagian kakinya.
Tujuan pedagang tersebut mengikat bagian kaki tentu saja supaya hewan-hewan tersebut tidak lari kemana-mana sehingga saat ada orang datang untuk membeli, tidak perlu susah-susah menangkapnya. Tapi, tetap saja mengherankan buat saya yang jarang melihat pemandangan seperti itu.
Sepengetahuan saya, hewan yang diikat saat dijual adalah hewan berkaki empat, seperti kambing, sapi, atau kerbau.
Pemandangan tersebut saya temukan di daerah Angkasa Dalam, Kemayoran, Jakarta Pusat, beberapa hari sebelum Lebaran 2014 tiba. Ayam dan bebek tersebut dijual Rp200 ribu per ekor.
Harga tersebut relatif mahal untuk ukuran konsumen yang tinggal di perkampungan padat penduduk, seperti di Kemayoran. Buktinya, tak ada orang yang mau membelinya pada saat itu.
Orang-orang yang datang ke tempat penjualan ayam dan bebek di pinggir jalan itu, semuanya menawar dengan harga sekitar Rp100 ribu per ekor.
Ayam dan bebek merupakan hewan yang relatif mudah memeliharanya. Mereka tidak harus diberi makan secara khusus, cukup dilepas saja, mereka sudah bisa cari makan. Mereka akan cari makan di selokan-selokan atau gang-gang sempit. Tak butuh waktu lama, piaraan itu akan cepat besar.
Mungkin yang agak susah memelihara hewan sejenis itu di daerah padat penduduk Jakarta adalah bagaimana menyediakan tempatnya. Ayam dan bebek butuh tempat tersendiri karena tidak mungkin mereka hidup bersama dalam satu ruangan dengan pemiliknya. Apalagi setelah besar.
Seperti pedagang ayam dan bebek yang saya temukan tadi. Ternyata ia menjual piaraannya karena jumlahnya sudah banyak dan ukurannya besar-besar sehingga tidak ada lagi ruangan di rumah untuk tempat tidurnya.
Dikirim oleh Beben, Gang Sepur, Senen
Anda punya cerita atau foto menarik? Silakan kirim ke email: [email protected]