Ortu Curhat Lantaran Kecewa dengan Pengelola SDN 02 Setiamulya Bekasi

Siswanto | Siswanto
Ortu Curhat Lantaran Kecewa dengan Pengelola SDN 02 Setiamulya Bekasi
SD Negeri 02 Setiamulya, Tarumajaya, Bekasi Utara (Yoursay/Supiah)

Saya seorang ibu rumah tangga yang punya teman yang tinggal di daerah Bekasi Utara, Jawa Barat. Sebagai orangtua yang mempunyai  beberapa anak, teman saya itu ingin memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. Begitu juga dengan pendidikan, ia ingin menyekolahkan mereka di sekolah baik.

Ini cerita dari teman saya itu. Anak-anak teman saya itu disekolahkan di SD Negeri 02 Setiamulya, Tarumajaya, Bekasi Utara. Setelah bertahun- tahun ternyata sekolah tersebut sangat mengecewakan.

Saya sendiri ikut prihatin melihat kondisi sekolahan itu. Mutu pendidikan gak bagus. Lebih sedih lagi dengan tingkat kedisiplinan di sekolah tersebut.

Di sekolah tersebut terlalu banyak biaya yang dibebankan ke siswa. Dalam penerimaan siswa, setiap siswa diwajibkan membayar Rp450 ribu untuk membeli seragam, biaya komputer dan uang pembangunan. Padahal di SD lain tidak.

Belum genap sebulan, siswa disuruh membeli buku LKS yang harganya berkisar antara Rp100 ribu sampai Rp120 ribu. Jika tidak membayar langsung mereka tidak bisa belajar. Sedangkan buku yang dari dana BOS tidak pernah ada.

Saya heran dengan sistem pendidikan di SD ini, masalahnya setiap ditanyakan soal dana BOS mereka menjawab tidak tahu. Kemanakah dana BOS dan bantuan pemerintah yang ada, kenapa kami selalu dimintai iuran dan sumbangan yang notabene untuk pembangunan sekolah, tetapi tak pernah ada realisasinya.

Belum lagi setiap setahun empat kali, siswa diwajibkan ikut renang dengan membayar Rp25 ribu. Sebenarnya tidak kenapa jika memang  mereka di ajari renang dengan benar, setahu saya disini yang penting bayar dan nilai akan bagus. Bingung dan tak berdaya, itulah sikap dari banyak wali murid karena hanya sekolah inilah yang paling dekat.

Ada juga guru yang menolak mengajar pagi karena mereka tidak bisa, karena ada kepentingan lain. Saya jadi heran dan bingung sebenarnya mereka (para guru) digaji negara apa gak ya? Sampai mereka mementingkan urusan luar dibanding tanggungjawabnya sebagai pendidik. Dan setahu saya mereka sudah PNS. Sebegitu menyedihkankah jiwa guru di sini?

Belum lagi ruangan kelas yang tidak memadai, meja kursi yang reot dan membahayakan siswa, halaman yang banyak batu-batunya. Belum lagi jika siswa membawa sepeda, mereka dikenakan biaya parkir perminggu.

Siswa yang berkewajiban piket harus membawa sapu dari rumah. Pernah ada siswa yang pulang menangis karena dari pagi sampai selesai belajar dia tidak duduk sama sekali karena tidak ada bangku. Guru yang mengajarnya tidak ada respon sama sekali.

Jika ada wali murid yang mempertanyakan hal itu, mereka para guru saling melempar tanggung jawab. Kepala sekolah tidak punya wibawa dan ketegasan dalam membimbing guru- guru yang ada. Seringkali para wali murid  datang untuk menanyakan kepala kepala sekolah, tapi responnya tidak ada.

Kata teman saya, sebagai wali murid mereka sangat kecewa. Orang tua tetap harus membayar biaya pendidikan. Tidak gratis seperti yang dicanangkan pemerintah. Kami selalu membayar.

Sering teman saya itu dan wali murid yang lain mengadukan ini kepada dinas pendidikan yang bisa diakses lewat SMS. Mereka meminta untuk adanya perbaikan mutu dan kedisiplinan di SD tersebut. Tapi tak pernah ada respon sama sekali.

Orang tua benar- benar kecewa dengan dinas pendidikan Bekasi. Kalau dinas pendidikan tidak merespon lagi kemana lagi orang tua harus mengadu.

Tak ada maksud hati untuk menjelekkan sekolah beserta pendidiknya, yang orang tua mau supaya dengan ini akan memberikan motivasi untuk kemajuan bersama.

Dikirim oleh Supiah, Bekasi, Jawa Barat

Anda memiliki foto atau cerita menarik? Silakan kirim ke email: [email protected]

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak