Pernahkah Anda mendengar nama pembantu rumah tangga atau pe er te? Saya yakin semua orang sudah mengetahuinya. Umumnya PRT itu perempuan. Mereka bekerja setiap hari mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan rumah tangga.
Akan tetapi ada satu hal yang membuat saya kagum dan heran dengan mereka. Itu terjadi ketika saya bermain ke tempat kerja teman, Amat, di salah satu perumahan di Jakarta Selatan.
Amat adalah teman saya sewaktu SMP. Dia bekerja di Jakarta sejak dua tahun yang lalu. Sejak perpisahan sekolah sampai sekarang, saya baru bisa bertemu lagi belum lama ini karena kami sama-sama sibuk bekerja.
Ketika bertemu dengan dia, kami berbincang-bincang, terutama tentang pekerjaan. Saya kaget dan heran ketika si Amat menjelaskan pekerjaannya. Ia bekerja sebagai PRT. Padahal kan itu pekerjaan yang umumnya dilakukan perempuan.
Saya pikir Amat bercanda. Mungkin saja maksudnya adalah tukang kebun atau satpam atau driver.
Tapi, setelah saya desak, ternyata Amat memang PRT. Akan tetapi ada sedikit perbedaan tugas Amat dan PRT perempuan, dia harus bekerja lebih keras dan lebih berat dibandingkan yang lain di rumah majikan.
Walau jadi PRT, Amat bersyukur masih bisa bekerja. Tentu saja ia menyadari susah bersaing dengan lulusan S1 yang mungkin lebih mudah cari pekerjaan yang menjanjikan.
Tapi bagi Amat, yang penting bisa bekerja secara baik-baik dan halal. Amat senang dan bahagia bisa membantu rumah tangga majikannya. Ia bekerja dengan disiplin. Ia bekerja dengan penuh tanggung jawab.
Bekerja dan mencari nafkah yang terpenting adalah bisa menikmatinya.
Setelah bertemu si Amat, saya pun menyadari PRT bukanlah pekerjaan yang didominasi kaum hawa.
Kami pun terus berbicara mengenang masa lalu di sekolah. Tak terasa, waktu pun sudah lama. Saya harus meninggalkan Amat karena saya tahu waktu itu Amat sedang jam kerja.
Dikirim oleh Mukti, Jakarta
Anda memiliki foto atau cerita menarik? Silakan kirim ke email: yoursay@suara.com