Musik keroncong dilahirkan di Portugis pada abad ke-16 dengan nama Fado. Kata “Tugu” adalah nama sebuah tempat di Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Masuknya musik keroncong ke Kampung Tugu dimulai dari armada dagang Portugis pimpinan Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa dalam pelayaran dari Malaka Ke Maluku pada tahun 1513.
Berbekal ingatan di kampung halaman, leluhur Kampung Tugu membuat semacam gitar kecil yang disebut Cavaquinho oleh orang Portugis. Gitar kecil itu juga disebut-sebut sebagai cikal bakal berdirinya kelompok musik orkes Keroncong Tugu.
Setelah sekian lama tercipta, terbukti bahwa Keroncong Tugu tetap lestari dan eksis sampai saat ini yang dikarenakan orang kampung Tugu tergeser ke daerah yang lebih terpencil oleh sebab itu mereka membutuhkan hiburan dan akhirnya Keroncong Tugu lahir sebagai salah satu kebudayaan betawi.
Saat ini, ada tiga keluarga kampung Tugu yang masih melakukan pentas kesenian keroncong tugu. “Engga, keroncong di tugu ada beberapa keluarga contohnya keluarga Michiels namanya keroncong tugu, keluarga edo, sama ada satu lg deh kayaknya,” ujar Juliana salah satu keturunan keluarga Michiels.
Salah satu fakta menarik tentang salah satu anak keluarga Michiels yaitu Juliette Angela yang pernah mengikuti ajang pencarian bakat Indonesian Idol ini merupakan penyanyi keroncong cilik pertama di Indonesia. Angel juga sempat mengatakan bahwa dia adalah penyanyi cilik keroncong pertama di Indonesia. Dia juga berkali-kali diundang oleh negara lain untuk menyanyi keroncong.
Keroncong Tugu sering dipentaskan dalam berbagai acara budaya baik di dalam maupun luar negeri. Juliana menambahkan “acara budaya gitu, acara yang ada Pak Jokowi dan Ibu Megawati Soekarnoputri pokoknya banyak orang-orang penting, terus suka di panggil keluar negeri juga terakhir ke portugal 3 tahun lalu.”
Keroncong Tugu kini menjadi salah satu kekayaan musik nusantara yang membanggakan. Presiden Republik Indonesia pun turut melestarikan keberadaannya. Maka dari itu, pengetahuan akan kekayaan musik bangsa ini perlu kita lestarikan bersama.
Pengirim: Fontia Theresa / Mahasiswa Vokasi Hubungan Masyarakat Universitas Indonesia 2019
E-mail: [email protected]