Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, kembali membuat gebrakan baru. Setelah beberapa waktu lalu sempat meramaikan media massa lewat pidatonya di hari guru tahun 2019, kebijakan penghapusan UN, dan kebijakan tentang zonasi sekolah, kali ini gebrakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini tidak kalah menarik. Nadiem Makarim secara resmi telah menjalin kemitraan dangan Netflix bersama Kementerian Pendidikan dan Budaya.
Kemitraan ini adalah harapan bagi perfilman Indonesia. Netflix diharapkan dapat menjadi sarana yang mendukung pengembangan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan sineas Indonesia. Netflix akan menjadi media untuk menginternasionalkan produksi film anak bangsa. Dengan begitu Indonesia juga lebih mudah dilihat di mata dunia.
Hal ini juga akan membawa keuntungan bagi Indonesia. Indonesia akan semakin mudah mengenalkan budayanya lewat film-film anak bangsa yang tayang di Netflix. Datanya, sampai dengan kuartal ketiga tahun 2019, layanan streaming Netflix telah memiliki 158,4 juta pelanggan di dunia yang tersebar di lebih dari 190 negara dengan jumlah pelanggan di Indonesia sampai tahun 2019 sebesar 481.453 pelanggan. Bukankah ini sebuah kesempatan bagi perfilman Indonesia untuk semakin mendunia?
Fokus utama kemitraan ini adalah peningkatan kapasitas dalam rangka mendorong pertumbuhan industri film Indonesia agar mampu memproduksi film dengan konten berkualitas tinggi dan mempromosikan budaya Indonesia kepada dunia melalui film. Peningkatan kapasitas akan dilakukan melalui program-program penulisan kreatif (creative writing), pelatihan pasca-produksi, serta lomba film pendek. Selain itu, akan ada juga pelatihan di bidang keamanan online (online safety), serta tata kelola untuk menghadapi pertumbuhan industri kreatif yang dinamis.
Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Netflix juga mendapat dukungan dari Netflix sendiri dan Menteri Komunikasi dan Informatika. Netflix memberikan dukungan nyata dengan mengalokaskan dana sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 14 miliar untuk pelatihan penulis naskah (script writer) dan kompetisi bagi sineas lokal.
Sejalan dengan kerja sama itu, Kemendikbud dan Netflix bakal menggelar pelatihan bagi 100 penulis naskah di Indonesia. Sedangkan 10 penulis naskah akan mengikuti pelatihan (workshop) di Los Angeles, Amerika Serikat (AS). Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak nyata bagi kemajuan perfilman Indonesia.
Selain itu, Netflix juga akan mengadakan kompetisi film pendek bertemakan Pancasila dengan hadiah biaya produksi film sebesar 600 ribu dolar Amerika atau sekitar Rp8,3 miliar. Angka ini adalah angka yang menarik untuk sebuah produksi film pendek.
Melalui perlombaan ini Nadiem Makarim ingin menyatakan Pancasila sebagai sesuatu yang keren dan relevan bagi generasi muda. Mendikbud berharap dengan dimulainya langkah kecil ini dapat mulai menarik minat generasi muda untuk bisa mencintai dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar menghafalkannya.
Dukungan lain datang dari Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny Plate. Setelah beberapa polemik yang terjadi belakangan ini pada keberadaan Netflix di Indonesia, Menkominfo akhirnya memberikan dukungan yang nyata pada Netflix untuk kemajuan perfilman Indonesia.
Johnny Plate ingin perusahaan penyedia layanan video streaming Netflix meningkatkan penayangan film Indonesia di platform-nya. Menkominfo ingin semakin banyak film-film Indonesia yang tayang di Netflix dan diutamakan pula film-film Indonesia yang mempunyai latar belakang Indonesia sebagai lokasi pengambilan filmnya. Hal ini sejalan dengan tujuan dari strategi Kemendikbud yang bekerja sama dengan Netflix.
Namun, diantara dukungan dari Netflix dan Menkominfo, ada Telkom Group yang masih berseberangan dengan langkah Nadiem Makarim. Sampai saat ini Telkom Group masih memblokir layanan Netflix. Pemblokiran ini dilakukan telkomsel sejak Januari 2016. Kita berharap Telkom Group dapat segera membuka diri pada Netflix, karena sebenarnya pemblokiran ini juga akan merugikan Telkom Group sendiri.
Apabila kita melihat perkembangan pelanggan Netflix di Indonesia yang selalu meningkat dari tahun ke tahun, tentu Telkom Group sebagai operator telekomunikasi yang besar di Indonesia akan melewatkan keuntungan dari fenomena ini. Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah, Telkom Group dapat kehilangan pelanggannya.
Kita berharap peningkatan kapasitas perfilman ini juga dapat menular pada pertelevisian Indonesia. Hal ini juga harus menjadi perhatian pemerintah karena tayangan televisi dikonsumsi masyarakat sehari-hari dan dinikmati oleh semua usia dan golongan. Baru-baru ini Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kembali melakukan penghentian sementara penayangan program sinetron di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia.
Tidak hanya sinetron, KPI juga memberi teguran pada reality show dan acara talk show yang memang konten penyiarannya tidak sesuai ketentuan. Ini menunjukkan bahwa pertelevisian Indonesia juga membutuhkan pengembangan untuk dapat menghasilkan konten yg lebih baik di masa mendatang. Dengan demikian Indonesia dapat memiliki komunitas kreatif yang berkualitas, khususnya di industri perfilman dan pertelevisian untuk menciptakan karya-karya yang menghibur dan mendidik bagi masyarakat Indonesia dan dunia.