Sebagai manusia yang kadang memiliki sifat yang egois, terkadang kita berada dalam suatu keadaan ketika amat sulit untuk memberi dengan tulus kepada orang lain.
Terlebih saat kita ingin mengajarkan hal ini kepada anak-anak yang pada dasarnya masih berada dalam tahapan mengembangkan perasaan empati dan ketulusan untuk memberi.
Salah satu buku yang bisa jadi media untuk menanamkan nilai tersebut adalah buku berjudul 'The Smileless Princess' yang ditulis oleh Arleen Amidjaja dan diilustrasikan oleh Rony Y. Ertanto. Buku ini menceritakan kisah tentang seorang putri yang dikutuk tidak akan tersenyum selamanya.
Hal itu bermula ketika kerajaan mengadakan pesta ulang tahun untuk sang putri. Putri kecil yang masih berusia 1 tahun tersebut menjalani pesta ulang tahun yang sangat meriah.
Hanya saja, kedua orang tua putri, yakni raja dan ratu lupa mengundang Ciro si badut. Ciro pun murka mengetahui bahwa semua orang bergembira di pesta tersebut sementara dirinya lupa diundang.
Pada suatu hari, Ciro datang ke istana untuk melakukan misi balas dendam. Ia berpura-pura untuk menghibur si putri kecil dan membuat semua orang tertawa.
Lalu, tepat di tengah malam, Ciro pun mengucapkan kutukannya. Ia bersumpah bahwa sang putri tidak akan pernah tersenyum selamanya kecuali di ulang tahun ke-18 ada seseorang yang berhasil melepas kutukan tersebut.
Raja dan ratu pun amat sedih menyaksikan putri kecilnya yang ceria tiba-tiba kehilangan senyumannya.
Hari demi hari, sang putri terus tumbuh menjadi putri yang cantik. Hanya saja, hingga saat itu tak seorang pun yang berhasil membuat putri tersenyum.
Menjelang pesta ulang tahun ke-18, raja dan ratu pun mengadakan sayembara. Siapa pun yang berhasil membuat putri tersenyum akan diberikan hadiah yang amat besar.
Maka berdatanganlah orang-orang dari segala penjuru negeri. Namun, meski ada banyak orang yang berusaha menghibur sang putri dengan banyak hadiah mewah dan hiburan paling lucu, putri yang malang tersebut tetap murung dan tidak bisa tersenyum.
Hingga suatu ketika, datanglah seorang peminta-minta ke istana yang menghadap sang putri. Peminta-minta tersebut memohon kepada sang putri agar diberi makanan, pakaian, dan pekerjaan.
Oleh karena merasa iba, sang putri pun menolongnya. Ketika melihat peminta-minta tersebut tersenyum bahagia ketika ditolong, sang putri pun terharu. Sang putri ikut tersenyum melihat kebahagiaan yang tarpancar dari wajah sang peminta-minta tersebut.
Menyaksikan keajaiban itu, sang raja dan ratu pun ikut bahagia karena putri tercinta mereka telah lepas dari kutukan.
Ternyata, rahasianya adalah hati yang tulus memberi. Hal tersebut mampu memancarkan kebahagiaan, baik kepada yang menerima maupun yang memberi.
"Aku sudah belajar bahwa hati kita lebih bahagia di saat kita memberi, bukan di saat kita menerima." (Halaman 28)
Setelah berhasil membuat sang putri tersenyum, peminta-minta yang misterius ini pun menunjukkan identitas aslinya. Rupanya, ia adalah seorang pangeran yang bijaksana dari negeri seberang. Singkat cerita, putri dan pangeran pun menikah dan hidup bahagia.
Nah, secara umum, cerita di atas sebenarnya punya alur yang bisa ditebak. Hanya saja, saya cukup tertarik dengan pesan moral yang hendak disampaikan oleh penulis.
Dengan cerita yang sederhana, kita bisa mengajarkan kepada anak-anak tentang dampak positif dari keajaiban dari memberi dengan perasaan yang tulus kepada orang lain.
Jadi, bagi Sobat Yoursay yang tertarik dengan cerita di di atas, buku The Smileless Princess bisa menjadi rekomendasi bacaan yang menarik untuk disimak!