Di tengah gencarnya promosi pariwisata nasional, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) tahun ini diprediksi meleset dari target pemerimtah akibat merebaknya virus corona di berbagai negara.
Selain berdampak langsung pada perekonomian Cina, wabah virus Corona dapat menghancurkan perekonomian dunia, utamanya pada sektor kepariwisataan. Benar saja, pada akhir Januari lalu, saham-saham perusahaan yang berhubungan dengan pariwisata kawasan Asia rontok sebagai wujud kekhawatiran wabah virus Corona.
Tercatat, saham maskapai penerbangan Cina Eastern Airlines dan Southern Airlines turun masing-masing sebesar 6,2 persen dan 6,11 persen. Hal yang sama juga terjadi pada saham Cathay Pasific (turun 4,81 persen), dan Japan Airlines (turun 2,97 persen).
Menteri Keuangan juga menyampaikan hal yang senada, wabah virus Corona yang terjadi di Wuhan, Cina dapat mempengaruhi perekonomian dunia termasuk ke Indonesia, salah satunya melalui jalur kepariwisataan. Menanggapi hal tersebut, pemerintah bergegas mencari jalan keluar untuk mengatasi dampak wabah virus Corona yang bakal mengguncang sektor pariwisata dalam negeri.
Selain menjadi hambatan, wabah virus Corona bahkan menghancurkan pelaksanaan program 10 Bali baru yang tengah bergulir. Dampak lanjutan virus Corona mampu membuat perekonomian anjlok sekaligus mempercepat Indonesia terjerumus dalam resesi ekonomi.
Sungguh disayangkan bila hal itu terjadi. Padahal, pariwisata merupakan salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi yang bisa diandalkan Indonesia.
Catatan Kelabu
Tahun lalu, pemerintah memasang target 2,8 juta kunjungan wisman asal Cina ke Indonesia. Promosi destinasi wisata nasional terus digencarkan untuk mencapai total kunjungan wisman ke Indonesia sebanyak 20 juta.
Cina merupakan salah satu pasar utama bagi sektor pariwisata Indonesia. Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran II Regional I Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyebutkan, bahwa Cina merupakan pasar utama pariwisata Indonesia karena setiap tahun memberikan kontribusi signifikan terhadap kunjungan wisman ke Indonesia.
Kontribusi tersebut tecermin dari besarnya kunjungan wisaman asal Cina ke Indonesaia dalam setahun terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah kunjungan wisman asal Cina ke Indonesia pada November 2019 meningkat sebesar 84,5 persen dibandingkan November 2018.
Persentase peningkatan jumlah kunjungan tersebut mendudukan posisi dua terbesar setelah Uni Emirat Arab. Tingginya peningkatan kunjungan wisman asal Cina tersebut pastinya memberi efek domino pada kinerja sektor akomodasi, transporatsi, makanan jadi, serta jasa.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengungkap wisman asal Cina yang berkunjung ke Indonesia per November 2019 sebesar 11,42 persen. Angka itu sekaligus menempatkan Cina sebagai pasar pariwisata potensial bagi Indonesia terbesar ketiga setelah Malaysia (19,55 persen) dan Singapura (13,72 persen).
Ironisnya, target membidik wisman asal Cina kelak menjadi catatan kelabu sektor pariwisata akibat mewabahnya virus Corona ke berbagai negara. Sejak virus tersebut dinyatakan berbahaya pada akhir Desember lalu, kinerja kepariwisataan nasional diprediksi akan terjun bebas disertai pelemahan saham-saham dalam negeri sebagaimana yang terjadi di Cina.
Kalau diamati sekilas, memang tidak semua wilayah di Indonesia menjadi destinasi persinggahan wisman Cina sewaktu berwisata. Meski demikian, sejumlah pengelolah hotel berbintang dan penginapan mengeluhkan jumlah kunjungan wisman yang berkurang secara tiba-tiba sejak wabah virus Corona viral.
Dampak itu kian terasa saat pemerintah Cina secara resmi mengumumkan kebijakan larangan warganya bepergian ke luar negeri akhir Januari lalu. Tercatat sudah ada lebih dari 10.000 perjalanan dari Cina ke Indonesia yang dibatalkan. Mayoritas pembatalan perjalanan itu berasal dari Wuhan di mana kasus virus Corona pertama mencuat.
Pembatalan perjalanan warga Cina ke Indonesia diprediksi menembus angka 15.000 perjalanan. Apalagi, dari pemerintah Cina sendiri belum ada kepastian kapan status wabah virus Corona dicabut.
Switch market bukan solusi
Merebaknya virus Corona mendorong setiap negara mengeluarkan kebijakan larangan perjalanan selama virus itu belum dapat dikendalikan. Dalam sebulan saja, ada setidaknya 21 negara yang mengonfirmasi adanya kasus virus Corona. Kondisi ini menimbulkan sentimen negatif bukan hanya dari negara yang belum ditemukan kasus virus Corona, melainkan juga di antara negara yang sama-sama ditemukan kasus virus tersebut.
Kecepatan penyebaran virus Corona yang demikian tinggi menjadi alasan bagi pemerintah Indonesia untuk tidak melakukan switch market sektor pariwisata. Karena kebijakan itu akan memberi peluang masuknya virus Corona ke Indonesia.
Upaya pemerintah dengan menggalakkan wisatawan nusantara (wisnus) untuk menjaga kinerja sektor pariwisata patut diapresiasi. Langkah tersebut sangat tepat agar pariwisata nasional tetap hidup. Menggenjot wisnus agaknya menjadi solusi pertama dalam menstabilkan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian.
Skema pemerintah dalam menstimulus wisnus juga bisa diterapkan dengan meng-encourage masyarakat dalam negeri. Caranya, dengan mengadakan program diskon dan promo paket wisata dalam negeri.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan menyelenggarakan event-event pariwisata dalam negeri atau festival kebudayaan untuk memenuhi 2,8 juta wisman Cina. Dengan demikian dampak buruk virus Corona terhadap pariwisata dapat diatasi.
Oleh: Fungsional Statistisi di BPS Provinsi Jawa Timur