Minimnya Infrastruktur di Pelosok untuk Menunjang Pembelajaran Jarak Jauh

Tri Apriyani | Natalia Kristiani
Minimnya Infrastruktur di Pelosok untuk Menunjang Pembelajaran Jarak Jauh
Ilustrasi belajar di rumah. [Antara Foto]

Virus COVID-19 merupakan salah satu virus yang menggemparkan dunia untuk saat ini, virus tersebut terdeteksi pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China. Indonesia sendiri terdekteksi adanya kasus COVID-19 pada awal Maret 2020. Pada saat itu, Indonesia masih menjalankan aktivitas seperti bekerja, belajar dan beribadah meskipun harus berjaga jarak. Salah satu sekolah pun ada yang menerapkan gaya salaman seperti Namaste yang diterapkan oleh orang Jepang.

Pada akhirnya, pemerintah menerapkan bekerja, belajar dan beribadah di rumah tepat pada tanggal 16 Maret 2020. Hal ini membuat masyarakat hebih dan mencari alternatif untuk menunjang hal ini terutama pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mulai dari memakai aplikasi chat seperti LINE, Whatsapp, Google, hingga video chat seperti Zoom, Skype, Google Meet, dan lainnya.

Pro dan Kontra Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran yang terjadi pada awalnya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan pembelajaran online yang disebabkan kurangnya pengetahuan dalam mengoperasikan alat komunikasi dengan baik, serta kendala seperti terbatasnya internet, sarana dan prasaran, kondisi keluarga, serta culture shock akibat adanya perubahan dalam berinteraksi.

Penyesuaian pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan satu bulan lebih, membuat masyarakat mulai beradaptasi dengan baik dan banyak hal positif yang dapat diambil, seperti hubungan antara anak dan orang tua semakin erat, fleksibel dalam menentukan waktu belajar, serta adanya program belajar dari rumah yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan kebudayaan di stasiun televisi negeri yaitu TVRI.

Tidak selamanya hal positif yang terjadi tetapi ada hal negatif yang ditimbulkan dari pembelajaran jarak jauh ini, seperti kurangnya informasi yang ada di internet dan banyak sumber-sumber yang tidak kapabel dalam memberikan informasi kepada para peserta didik.

Kurangnya partisipasi tenaga pendidik dalam mengajarkan peserta didik diakibatkan kurangnya pengetahuan dalam menggunakan teknologi sehingga peserta didik tidak mampu mendapatkan informasi dari tenaga pendidik, ketidaktahuan tenaga pendidik dalam memakai teknologi yang akhirnya hanya memberikan tugas bagi peserta didik yang menyebabkan stres.

Selain dialami oleh peserta didik biasa, dialami juga pada mahasiswa tingkat akhir dalam menyelesaikan tugas akhir atau skripsi dalam mengambil data-data yang dibutuhkan terutama, bagi mahasiswa yang mengambil penelitian kualitatif. Selain itu, mahasiswa harus melaksanan sidang skripsi online dan juga wisuda online, salah satu universitas yang sudah menerapkan wisuda online yaitu Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)

Selain pada mahasiswa tingkat akhir, berimbas pula terhadap siswa pada tahun terkahir, imbasnya yaitu dihilangkannya ujian nasional yang seharusnya sudah dilaksanakan pada awal april dibatalkan, sehingga penilaian yang diberikan dilihat dari hasil rapot yang sudah ada.

Permasalahan yang dialami pada masa pandemi COVID-19

Bukan hanya di perkotaan saja yang kesulitan, melainkan di pelosok daerah juga terkena dampak dari adanya pembelajaran jarak jauh. Seperti kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula, daerah pelosok yang tadinya sudah kesulitan sebelum terjadinya COVID-19, dengan adanya pandemi mereka makin kesulitan.

Kesulitan tersebut seperti fasilitas dan gedung yang kurang memadai untuk belajar, guru yang kurang mampu mengajarkan semua materi, dan keterbatasan jumlah guru yang ada di pelosok daerah.

Kesulitan tersebut diperparah oleh adanya pandemi seperti kualitas internet yang kurang memadai akibat dari perbedaan geografis di Indonesia, tidak adanya teknologi seperti handphone dan laptop, serta guru yang tidak bisa mendampingi proses belajar akibat dari para peserta didiknya tidak mempunyai teknologi untuk berkomunikasi, dan diperparah kondisi ekonomi keluarga di pelosok desa yang semakin tidak menentu.

Salah satu contoh yang sudah beredar di televisi adalah seorang guru di SD Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Guru yang sering dipanggil Pak Avan atau nama lengkapnya Avan Fathurrahman yang akhirnya memutuskan untuk menyambangi rumah murid-muridnya yang jaraknya cukup jauh menggunakan sepeda motornya.

Beliau melakukan hal tersebut dikarenakan tidak ingin memberatkan wali muridnya yang harus menggunakan ponsel pintar dan laptop. Dalam menjalankan hal ini beliau diberikan dukungan oleh sekolah tetapi bukan merupakan bantuan finansial, beliau sendiri tidak tahu untuk apa dana bos karena belum ada aturan yang jelas dalam kondisi seperti ini. selain mengajar hal akademis, beliau juga mengajarkan tentang COVID-19. Ini adalah salah satu contoh tentang minimnya infrastruktur yang ada di daerah.

Selain Pak Guru Avan, ada juga mahasiswa yang harus pergi ke kebun belakang rumahnya untuk mendapatkan sinyal dan pembelajaran mesti dilakukan pada siang hari karena jika sudah malam hari penerangan kurang serta tempat yang mempunyai sinyal tidak layak untuk belajar disana.

Pandangan Sosiologi terhadap COVID-19

COVID-19 merubah segala sistem yang ada pada dunia dari yang tadinya bekerja di kantor sekarang di rumah, dari belajar di sekolah menjadi di rumah, hingga beribadah harus di rumah.

Perubahan ini membawa kekacauan terhadap masyarakat, sehingga ketika kita menggunakan paradigma struktural fungsional yang di mana masyarakat memiliki masing-masing fungsi dan di mana ketika tidak berfungsi dengan baik maka terjadi disfungsi sosial sehingga ketika terjadi disfungsi, masyarakat perlu beradaptasi dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat, penyesuain dilakukan untuk terjadinya keteraturan dan keharmonisan di dalam masyarakat.

Seperti yang dikemukakan oleh Talcott Parsons dalam teori struktural fungsionalisme yaitu adaptasi yang di mana seluruh tenaga pendidik dan peserta didik melakukan penyesuaian terhadap pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan fasilitas yang mudah diakses oleh seluruh peserta didik dan untuk pelosok kita bisa mencontoh pak Avan.

Lalu, adanya pencapaian tujuan  dimaksudkan untuk para peserta didik tetap mendapatkan ilmu meskipun belajar di rumah. Kemudian, integrasi untuk menyamakan kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah dengan sekolah sehingga tujuannya tetap seperti semula yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta, adanya pemeliharaan pola yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh untuk dapat berfungsi dengan baik.

Solusi Pembelajaran Jarak Jauh Terutama di Pelosok Daerah

Merujuk pada teori struktural fungsional, dalam menangani pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi ini, dibutuhkan masing-masing bagian untuk berfungsi dengan baik dari tingkatan tertinggi yaitu pemerintahan dalam menentukan kebijakan keuangan seperti dana bos ataupun aturan yang harus dilaksanakan sekolah harus tetap memanusiakan para peserta didik.

Sekolah pun memiliki fungsi untuk terus berusaha memberikan fasilitas yang bisa menjangkau ke seluruh peserta didiknya dan juga bantuan seperti kuota internet serta materi pembelajaran yang diberikan untuk peserta didik.

Selain itu turut sertanya orangtua dalam membantu anak dalam memberikan semangat dan motivasi sehingga anak tidak terlalu stres, untuk peserta didik pun adanya komunikasi yang dilakukan sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Oleh: Natalia Kristiani Maru’ao / Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak