Covid-19 merupakan isu global yang mengubah banyak hal di belahan dunia. Semua dipaksa untuk terus berkarya dan melakukan aktivitas seperti biasa dengan cara yang berbeda, harus sesuai protokol keselamatan dan kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
Tak hanya beberapa hari, namun hingga saat ini semua masih bergerak dalam jarak serta terhubung melalui media. Kontak sosial pun masih minim pelaksanaannya. Semua itu memanglah untuk kebaikan bersama, bukan mengedepankan egoisme manusia.
Sektor pendidikan menjadi salah satu yang sangat merasakan banyak sekali perubahan di masa pandemi ini. Adaptasi dan terus mencari solusi serta berinovasi mampu menjadi jalan untuk bisa terus melaksanakan pembelajaran guna meningkatkan pengetahuan dan value diri.
Sudah sangat banyak artikel yang menuliskan pelaksanaan pendidikan di Indonesia pada masa pandemi ini. Namun, bagaimana dengan pelaksanaan pendidikan di negara lain? Akankah serupa? Ataukah berbeda?
Pada Kamis (14/5/2020) webinar internasional pendidikan berjudul Praktik Baik Pengelolaan Pendidikan di Tiga Negara pada Masa Pandemi Covid-19 (Finlandia, Australia, dan Indonesia), bersama narasumber Prof. Dr. Adj. Liisa Toivonen, Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si., dan Lara Fridani, M.Phsy., Ph.D. memaparkan kondisi pendidikan dan pelaksanaannya di tiga negara yang berbeda.
Bukan semata-mata untuk membandingkan, namun justru ingin memberikan gambaran dan wawasan mengenai proses pembelajaran di tiga negara tersebut. Ambillah baiknya. Aplikasikan yang pantas terlaksana dan sesuaikan dengan kondisi peserta didik serta sistem pendidikan yang ada.
Secara singkat terangkum bahwa proses pelaksanaan pendidikan di Finlandia dan Australia memang tidak terlalu mengalami “shock attact” seperti yang dialami Indonesia karena kedua negara tersebut merupakan negara maju di mana pendidikan di sana juga telah mengaplikasikan proses belajar melalui sosial media atau e-learning bahkan sebelum terjadinya pandemi ini.
Sarana prasarana dan sistem pendidikan di sana sudah sangat mendukung berjalannya proses belajar dengan sangat baik. Peserta didik dan pendidik yang tak memiliki fasilitas seperti gawai dan lainnya difasilitasi oleh pihak sekolah dan belajar menggunakan akses internet merupakan hal lumrah bagi mereka.
Peserta didik dan orang tua tidak hanya difasilitasi dari segi kebutuhan dalam proses belajar, namun juga diperhatikan kondisi “mental health” mereka karena tujuan pendidikan di Finlandia adalah ketentraman dan pemahaman holistik di mana pendidik membantu peserta didik untuk menemukan cara belajar versi masing-masing peserta didik (self management) dan adanya fasilitas health care yang disediakan pihak sekolah untuk peserta didik yang memang membutuhkan.
Support system di sana juga sangat bagus baik dari pendidik, lembaga pendidikan, sistem pendidikan, serta orang tua semua berkoordinasi demi memajukan pendidikan yang ada. Mereka pun menjadikan “nature” sebagai media belajar yang sangat baik juga sering sekali digunakan dan hal tersebut mampu menjadi penyembuh dari mental illness.
Namun, di antara berbagai kelebihan Finlandia dan Australia dari segi pendidikan, tetap ada juga beberapa hal yang perlu disesuaikan oleh mereka pada masa pandemi ini. Para peserta didik dan pendidik tak bisa dipungkiri juga merasakan kebosanan setelah sekian lama harus mengajar dan belajar dari rumah tanpa ada kontak sosial dan canda tawa seperti biasa sebelum wabah melanda.
Di Indonesia pun sama, peserta didik dan pendidik sudah sangat merindu kondisi di mana biasanya saling bertemu dalam sebuah ruang yang menjadi saksi bisu proses belajar yang seperti dulu.
Di antara sisi negatifnya, banyak juga hal yang didapatkan pendidikan di Indonesia dari pandemi ini seperti mengembalikan rumah sebagai sekolah pertama di mana orang tua menjadi lebih terlibat dalam proses belajar sang anak, membangun keterampilan multiliterasi, menciptakan pembelajaran kontekstual yang lebih mengaplikasikan apa-apa yang ada di sekitar kita, membangun keterampilan hidup, serta menjadikan banyak pihak berkolaborasi dan berinovasi.
Hal lain yang juga disampaikan oleh Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. adalah belajar online mampu melatih peserta didik untuk adaptif terhadap perkembangan teknologi, serta juga memiliki rasa kasih sayang, toleransi, dan empati yang kuat.
Oleh: Nurul Fauziyyah/ Pendidik