Siapa yang tidak kenal dengan kuliner Minang yang satu ini, yaitu rendang. Bukan hanya dikenal namun juga banyak yang menyukai kuliner berbahan dasar santan dan daging ini, dengan penambahan bumbu dan rempah-rempah asli Indonesia. Dengan pengolahan yang lama dan rumit, sepertinya sesuai jika rendang memang menjadi kuliner favorit banyak orang.
Tidak hanya di Indonesia, namun rendang juga terkenal hingga mancanegara. Ditambah ketika sebuah poling yang menobatkan rendang sebagai makanan terenak di dunia. Membuat rendang semakin dikenal. Namun bagaimana sebenarnya perjalanan rendang hingga dikenal luas baik di Indonesia juga mancanegara?
Menyusuri Jejak Rendang
Rendang yang dikenal secara luas saat ini adalah dengan sebutan Rendang Minang, karena memang berasal dari suku Minangkabau. Jika mendengar cerita dari orang-orang tua asli Minang, dikatakan bahwa suku Minangkabau sendiri pada mula sejarahnya hanya terdapat pada 3 wilayah yang dikenal dengan tiga luak atau dalam bahasa Minang disebut luak nan tigo.
Hingga saat ini tiga wilayah atau luak merupakan suku asli Minang yang terdiri dari Luak Tanah Datar dengan ibukota Batu Sangkar, Luak Agam dengan ibukota Bukittinggi dan Luak Lima Puluh Kota dengan ibu kota Payakumbuh. Dari 3 luak inilah awal mula perjalanan rendang sebenarnya.
Suku asli Minang yang berasal dari tiga luak ini sangat menanamkan kebiasaan merantau dan pengembangan ekonomi. Bahkan setiap anak laki-laki yang sudah berusia baligh/dewasa diharuskan untuk merantau, dengan memegang filosofi yang kental dengan nuansa agama yaitu adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah (artinya: adat bersendikan syariat dan syariat bersendikan kitab Al Qur’an).
Diharuskannya laki-laki Minang merantau ketika masuk usia dewasa yaitu merantau ke wilayah seluruh Indonesia atau luar Indonesia. Dalam perjalanan menuju tanah rantau maka perantau ini membawa rendang sebagai perbekalan perjalanan mereka yang ketika itu menempuh jalan jauh dan memakan waktu yang lama.
Perantu membawa rendang karena memang rendang makanan yang awet hingga berhari-hari pada ruang terbuka. Ketika di tanah rantau, perantau ini yang menjalankan kebiasaan dari suku Minang yaitu untuk mengembangkan ekonomi, maka tidak sedikit dari perantau membuka warung padang yang salah satunya menyajikan rendang. Dan karena perantau Minang ini pula akhirnya rendang diketahui hingga keberbagai wilayah di Indonesia.
Sajian Istimewa Labaran
Rendang sendiri di dalam suku Minang dianggap sajian istimewa salah satunya untuk menyambut tamu kehormatan. Dan sajian rendang memang merupakan sajian khas suku Minang.
Seperti contoh di salah satu daerah di Magek dan Salo yang masuk kabupaten Agam-Bukittinggi, ketika seseorang berkunjung ke rumah penduduk asli maka sudah pasti tuan rumah akan menyajikan rendang sebagai makanan utama. Sehingga rendang sudah pasti ada di rumah-rumah tersebut terutama ketika untuk menyambut tamu.
Karena dianggap makanan istimewa ini pula maka rendang kemudian dijadikan sajian utama suku Minang ketika menyambut perayaan lebaran seperti Idul Fitri. Idul Fitri yang merupakan hari kemenangan bagi seluruh umat Islam, juga membuat suku Minang tersebut menjadikan sajian rendang adalah sajian khas di hari lebaran.
Sehingga tidak mengherankan jika orang Minang di tanah rantau pun menyajikan rendang sebagai makanan pendamping ketupat yang merupakan ciri khas lebaran di Indonesia khususnya untuk menyambut tamu. Dan dari tamu-tamu inilah semakin membuat rendang diketahui dan dikenal luas.
Bisnis Rendang Berbuah Manis
Orang Minang yang dikenal dengan kebiasaan merantau dan pengembangan ekonomi, akhirnya melihat celah bahwa rendang merupakan makanan yang bisa dijadikan salah satu sumber pendapatan usaha mereka. Sehingga mulai banyak bermunculan rumah makan Padang khas Minang yang menyajikan rendang sebagai pilihan menu utama.
Namun pada akhirnya selain orang Minang, perkembangan rumah makan Padang juga dilakukan oleh orang-orang di luar suku Minang seperti dari Padang Pesisir, Padang Kota bahkan hingga daerah-daerah luar Sumatera Barat di bawah rumpun Melayu. Dan dari Perkembangan rumah makan Padang juga dilakukan oleh orang di luar suku Minang yang membuat makanan Rendang memiliki rasa dan cara pengolahan yang berbeda-beda dari aslinya yaitu rendang Minang.
Meskipun demikian masyarakat Indonesia secara luas hingga ke mancanegara tetap menganggap semua rendang yang ada adalah rendang yang berasal dari suku Minang yang terkenal dengan kelezatannya yang diakui dunia internasional, sehingga hal ini yang menjadikan bisnis rendang baik yang dijual terpisah hingga yang disajikan di rumah makan padang selalu menjadi pilihan menu favorit.
Dengan semakin dikenalnya makanan Rendang ini, membuat banyak bermunculan pebisnis yang mengambil ruang untuk terus menjual makanan yang satu ini. Terutama ketika kita masuk di era digital dengan metode pemasaran dengan online, semakin banyaknya muncul pengusaha yang menjual rendang kemasan, hingga masyarakat Indonesia semakin leluasa dan mudah untuk mendapatkan rendang tanpa harus datang ke rumah makan Padang, mungkin ini dikarenakan konsumen memang hanya ingin makan rendang sebagai menu pendamping yang sudah ada di rumah.
Semakin banyaknya penjual rendang menandakan bahwa bisnis rendang memang bisnis yang menjanjikan bagi para pelaku usaha, apalagi rendang memang makanan awet yang menjadi pilihan untuk dibawa jika harus melakukan perjalanan baik dalam maupun luar negeri. Seperti yang banyak dilakukan jamaah haji ataupun umroh yang sengaja membawa bekal rendang.
Seperti pada masa pandemi ini, sudah pasti makanan rendang menjadi pilihan alternatif untuk persediaan menu makanan di rumah ketika social distancing dan aktifitas di rumah diberlakukan. Karena rendang yang awet dan bisa bertahan hingga beberapa bulan jika disimpan di freezer.
Sayangnya kebanyakan pelaku usaha rendang hanya dilakukan oleh pengusaha level mikro, kecil dan menengah, dengan jangkauan wilayah pemasaran sebatas di Indonesia. Jika pun masuk ke luar negeri, salah satunya karena pengusaha tersebut membuka rumah makan Padang di negara tersebut. Sehingga belum menjadi produk ekspor. Rencana mengekspor rendang pun baru dicanangkan sejak tahun 2018. Dan tahun 2020 informasi ekspor yang dilakukan pemerintah daerah masih dalam bentuk bumbu rendang setengah jadi ke Arab Saudi.
Karena belum adanya ekspor rendang inilah yang sangat disesalkan, pada saat dikenalnya rendang dengan kelezatan secara internasional namun ternyata pemasaran skala global pun belum dijangkau. Ini yang harus menjadi perhatian pemerintah daerah juga pusat untuk terus mengupayakan agar rendang segera dapat diekspor terutama ke negara-negara yang sudah pasti banyak permintaan akan produk rendang.
Kita berharap setelah pandemi Covid-19 ini berakhir maka semakin banyak pula ekspor makanan asli Indonesia, karena memang Indonesia tidak hanya terkenal dengan wisata alam yang menakjibkan, namun juga kekayaan wisata kuliner yang cukup memanjakan lidah pecinta kuliner. Terlebih lagi selain rendang, masih ada beberapa lagi jenis makanan Indonesia yang masuk kategori makanan terenak di dunia, seperti sate dan nasi goreng.