Peran Muslim dalam Menyikapi Isu Pandemi Covid-19

Tri Apriyani | fitra rahim
Peran Muslim dalam Menyikapi Isu Pandemi Covid-19
Ilustrasi membaca al quran (unsplash)

Pandemi Covid-19 sudah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat luas. Bagaimana tidak, dari yang tadinya hanya muncul di sebuah kota di negeri Tiongkok, sekarang sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Tidak perlu jauh jauh menyinggung negara dengan kasus infeksi terbesar seperti AS dan Brazil, Indonesia sendiri bahkan sudah jauh mengalahkan Tiongkok dalam jumlah kasus infeksi, yang notabene merupakan negara asal mula virus tersebut muncul.

Tentu saja pandemi ini tidak boleh terus menerus dibiarkan, apalagi kasusnya semakin hari makin bertambah dan kian mengkhawatirkan.

Untuk itu, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak, dan tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah namun seorang muslim yang baik juga dituntut untuk terlibat aktif dalam mencegah penyebaran virus Covid-19.

Dalam rangka mendukung hal tersebut, seorang muslim hendaknya mengetahui kiat-kiat apa saja yang harus dilakukan ketika menghadapi isu-isu terkait pandemi Covid-19. Selain akan berbuah baik pada kehidupan bermasyarakat, namun juga dalam beragama.

Sebagai muslim yang beriman, hendaknya selalu memohon ampun dan perlindungan kepada Allah dari segala macam bentuk dosa dan bahaya, termasuk virus corona.

Hal ini sesuai dengan firman Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah: 153 yang isinya “Minta tolonglah kalian dengan sabar dan shalat”.

Selain berdoa, kita juga harus memahami bahwa virus corona itu adalah ciptaan Allah. Sebagai sesama ciptaan Allah, kita harus lebih takut kepada Allah namun tidak berarti membahayakan diri sendiri dengan menantang bahaya.

Apalagi di kondisi pandemi seperti sekarang ini, di mana masih banyak masyarakat kita yang menyatakan bahwa kematian itu sudah di tangan Allah dan terkena sakit atau sehat juga sudah menjadi takdir Allah, sehingga dari situ mereka beranggapan untuk tidak perlu takut dan seolah-olah menyepelekan bahaya virus corona.

Perkataan demikian banyak sekali didengungkan di media sosial. Sekilas mungkin terlihat benar, ditambah jumlah like yang banyak.

Namun apabila ditelisik lebih detail, perkataan bahwa semua hal yang sudah ditakdirkan itu memang benar, tapi bukan berarti lantas membiarkan diri dan keluarga dengan terpapar risiko bahaya tanpa melakukan usaha sama sekali.

Hal itu disebabkan karena Allah dan Rasulnya melarang manusia untuk membahayakan diri, apalagi orang lain, terlebih-lebih keluarga sendiri.

Ini bisa dibuktikan dengan firman Allah yang artinya “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“. (QS. Al Baqarah: 195). Senada dengan Hadis Nabi Muhammad SAWTidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain” (HR Ibnu Mâjah).

Tidak cukup sampai di situ, Rasulullah secara spesifik pernah memperingatkan kepada para sahabat untuk menghindari wabah penyakit tha’un dengan melakukan ikhtiar yakni dengan tidak memasuki atau keluar dari suatu daerah yang terkena wabah, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis berikut :

Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (HR. Bukhari, no. 3473 dan Muslim, no. 2218).

Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam juga memperingatkan umatnya untuk selalu menaati perintah dan meninggalkan larangan Allah, hal demikian bertujuan agar Allah memberikan penjagaan kepada hambanya. “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR Ahmad, 1:293).

Kiat yang selanjutnya adalah untuk tetap senantiasa menaati aturan pemerintah, terutama dalam hal yang mar’uf seperti perintah untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, selalu menggunakan masker saat terpaksa keluar rumah, anjuran mencuci tangan dengan sabun dan jaga jarak. Semuanya merupakan aturan yang mengajak kita untuk melakukan ikhtiar agar terhindar dari Covid-19.

Terlepas dari itu semua, kita sebagai seorang muslim juga harus berhati-hati ketika menerima informasi, apalagi sumbernya berasal dari pihak-pihak yang tidak memiliki integritas dan kredibilitas yang kuat. Ini selaras seperti yang Allah firmankan seperti berikut

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6).

Perintah untuk mengecek kebenaran suatu informasi itu penting dilakukan karena bisa jadi informasi yang datang tidak sepenuhnya benar, baik sebagian maupun keseluruhan. Yang kalau dibiarkan ditakutkan akan menambah masalah lain di tengah keriuhan pandemi Covid-19 ini.

Sebagai seorang muslim, kita juga berkewajiban untuk saling mengingatkan kepada sesama saudara atas informasi valid yang diterima. Apalagi informasi mengenai hal krusial seperti Covid-19 yang mungkin belum sampai kepada saudara terdekat, sehingga mereka juga turut ikut waspada dalam melindungi dirinya.

Dalam menyampaikan informasi hendaknya menerapkan prinsip syariat agama Islam, seperti dengan niat ikhlas, menggunakan bahasa yang bagus dan santun, terutama kepada keluarga sendiri.

Di sisi lain, meski informasi yang didapatkan semuanya valid, terkadang itu juga bisa memicu masalah lain, di mana bila terlalu sering mengonsumsi informasi tentang Covid-19 bisa memunculkan beban pada pikiran, yang akan memberikan efek kegelisahan, ketakutan yang berlebih hingga paranoid.

Jika terus menerus dibiarkan ditakutkan akan menyebabkan gangguan psikologi. Solusi yang tepat ialah dengan mengurangi atau membatasi informasi yang masuk dan bisa juga dengan mengalihkan pikiran dengan suatu kesibukan seperti berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah, serta senantiasa untuk bersabar dalam menerima ujian seperti sekarang ini.

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28).

Setelah semuanya, baiknya kita menyerahkan diri dan percaya dengan sepenuh hati kepada Allah Subhanahu wa ta'alaa sebagaimana yang ayat berikut

Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal.” (QS. Al-Mulk: 29).

Seorang muslim juga harus selalu memetik hikmah atas fenomena apapun yang terjadi selama hidupnya, termasuk seperti pandemi yang sedang melanda negeri tercinta ini. Agar nantinya pelajaran yang didapat bisa bermanfaat di masa yang akan datang, entah itu dunia ini maupun di akhirat kelak.

**Tim KKN-DR Kelompok 59, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan.
**DPL : Mahariah, M.Ag.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak