Perkembangan dan Dampak dari Kecerdasan Buatan di Era Pandemi

Tri Apriyani | Arlingga Cahya
Perkembangan dan Dampak dari Kecerdasan Buatan di Era Pandemi
Ilustrasi kecerdasan buatan. [Shutterstock]

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) merupakan tentang pembuatan program yang bisa menyerupai dengan otak manusia dan dapat mengerjakan pekerjaan manusia serta dapat lebih baik dari apa yang dilakukan oleh manusia. Kecerdasan buatan sendiri ditemukan sekitar tahun 1950-an, dan penemuan kecerdasan buatan ini secara khusus untuk membuat permainan program catur yang dibuat oleh Dietrich Printz.

Kecerdasan buatan ini sudah berkembang semakin pesat dari tahun 1950-an yang hanya ditemukan untuk melakukan permainan catur, hingga sekarang ini sudah dapat memecahkan masalah besar seperti pendataan skala besar, menentukan keinginan manusia dan masih banyak lagi fungsinya.

Kecerdasan buatan atau Artificial intelligence sendiri mampu melakukan dan hampir bisa menggantikan dengan kinerja manusia, seperti contohnya customer service, sudah banyak di zaman sekarang ini digantikan oleh bot, atau robot yang bisa membalas pesan sesuai dengan pesan yang diinginkan oleh user.

Sejatinya manusia dapat memecahkan masalahnya sendiri, terutama pada kasus seperti era pandemi ini, banyak sekali yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari kalangan atas, hanya saja kita belum mampu untuk membantu lebih maksimal.

Di data yang masih belum pasti, dan ini menjadi jumlah yang besar, bahwa di Indonesia masih banyak yang membutuhkan uluran tangan dari pemerintah seperti bansos bulanan, maka dari itu kecerdasan buatan ini diperlukan dalam pandemi seperti zaman sekarang ini, terkhusus lagi untuk mendata secara spesifik mana saja warga Indonesia yang membutuhkan bantuan dari pemerintah entah berupa dana atau pangan.

Jika ini diberlakukan di Indonesia, kemungkinan untuk meratanya pembagian dana bantuan sosial, menjadi meningkat keakuratannya menjadi 97% jika melalui pendataan signifikan, dan ketika dihitung pendataan secara manual, dari RT maupun RW, keakuratan data yang terjadi hanya mencapai 90% saja, disini bisa dibuktikan bahwasanya kecerdasan buatan bisa sangat membantu bagi warga di Indonesia yang membutuhkan uluran tangan dari pemerintah.

Tidak hanya dari segi bantuan sosial bagi warga Indonesia, tetapi kecerdasan buatan juga bisa digunakan untuk pembelajaran, semisal kecerdasan buatan untuk masalah tugas bagi siswa yang masih kebingungan dalam materinya, jadi sisi positifnya para pengajar tidak perlu membalas satu persatu murid-muridnya, karena akan memakan waktu yang cukup lama, dengan adanya kecerdasan buatan maka bisa terbentuk bot chat yang membantu para siswa yang masih kebingungan dalam pembelajaran atau dalam mengerjakan tugas.

Pembelajaran daring tidak selamanya membutuhkan pengajar untuk membalas pertanyaan muridnya, akan tetapi pengajar juga pasti memiliki kesibukan yang dituntut dari tiap instansi. Maka dari itu bot chat ini bisa membantu para pengajar dalam pembelajaran secara daring ini.

Manusia cerdas (pandai) dalam menyelesaikan permasalahan karena manusia mempunyai pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh dari belajar. Semakin banyak bekal pengetahuan yang dimiliki tentu akan lebih mampu menyelesaikan permasalahan. Tapi bekal pengetahuan saja tidak cukup, manusia juga diberi akal untuk melakukan penalaran, mengambil kesimpulan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman  yang  dimiliki.

Manusia cerdas memang sangat dibutuhkan dalam seluruh bidang, tetapi akan lebih baik lagi jika para pengembang (developer) membuat sebagian pekerjaan manusia menjadi teringankan, terutama pada masa pandemi, disini masa pandemi ini lah kita merasa bahwa, tiap manusia sudah ketergantungan dengan teknologi dari video conference, bahkan dalam pengumpulan tugas semua sudah memakai program khusus tersendiri. Semakin kita termudahkan dalam melakukan sesuatu, maka akan semakin damai dunia ini.

Kecerdasan buatan dinilai mampu untuk menyelesaikan banyak masalah seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya. Namun, untuk mempelajari kecerdasan buatan ini sendiri, memakan waktu yang cukup lama, karena integrasi dari pemikiran manusia, dipaksa untuk berpikiran layaknya mesin, sehingga apa yang dibuat oleh para pengembang (developer), akan digunakan banyak orang dan juga bersifat memudahkan.

Akan tetapi, kita tidak bisa memukul rata bahwa kecerdasan buatan akan menggantikan seluruh pekerjaan manusia, tidak bisa seperti itu, karena program dibuat oleh manusia, sedangkan manusia bisa berpikir inisiatif, sedangkan program tidak bisa berpikir inisiatif, dapat diketahui juga tidak selayaknya program menjadi yang diutamakan, tetapi sebagai pengembang (developer) ditekankan untuk mengutamakan kesejahteraan bagi yang membutuhkan, karena dampak dari kecerdasan buatan ini sendiri, bisa berdampak negatif, dan positif.

Dampak positifnya, bisa memudahkan untuk pekerjaan berat yang tidak mungkin dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan mendata satu per satu, dan kecerdasan buatan ini akan mendata dan menggantikan pekerjaan berat itu. Sedangkan dampak negatifnya, kita akan semakin bergantung dengan teknologi, karena dengan teknologi kita semakin termudahkan, terutama pengguna awam dari kecerdasan buatan ini, sudah pasti mereka akan memilih teknologi ini daripada harus melakukan pekerjaan berat.

Di era pandemi ini para pengembang (developer) sangat antusias untuk membuat program program yang dimana menggunakan kecerdasan buatan serta memikirkan bagaimana caranya agar mereka bisa memudahkan orang orang yang sangat membutuhkan teknologi terbarui ini.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil, zaman semakin maju, dan teknologi berkembang dengan sangat pesat, sehingga kita tidak boleh tergerus oleh zaman yang semakin maju ini, seperti pada saat pandemi ini, kita harus semakin terbarui juga pola pikirnya, tidak seharusnya kita hanya mengandalkan teknologi kecerdasan buatan dan semacamnya, kita juga harus berpikiran untuk kedepannya supaya kita tidak tergerus oleh zaman yang semakin canggih ini.

Selayaknya manusia pintar, kita harus lebih pintar dari buatan kita salah satunya kecerdasan buatan ini. Jadi tidak semena-mena saja dengan semakin termudahkannya zaman, kita juga semakin terlena akan fasilitas yang terbarui ini, dan tidak mau bergerak untuk maju sendiri. Kesadaran akan kemauan untuk melangsungkan hidup harus tetap berjalan seiring dengan majunya teknologi di zaman serba canggih ini.

Sumber :

  • Dahria, M. (2008). Kecerdasan buatan ( Artificial Intelligence ). Artificial Intelligence.
  • Nasri. (2014). Kecerdasan buatan ( Artificial Intelligence ). Artificial Intelligence.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak