RM BTS baru-baru ini menjelaskan lirik metaforsisnya di lirik lagu Don't dari album terbaru eAeon 'Fragile' selama wawancara dengan Weverse Magazine.
"Saya tidak bisa mengatakan dengan pasti, tapi itu mungkin refleksi yang kuat. Saya pernah melihat sebuah artikel di mana seorang seniman mengatakan bahwa kerikil adalah bentuk yang sempurna: sebuah batu yang aus karena serangkaian kejadian dan pada akhirnya menjadi suatu bentuk bulat,." ujarnya.
Selain itu, kecintaannya pada sastrawan Lee Qoede dan penggunaan metafora dari kerikil menciptakan makna abadi untuk simbol yang menurut RM masih relevan hingga saat ini.
Dia mengatakan. "Saya sangat menyukai Lee Qoede. Saya melihat kutipan dalam sebuah bukunya: 'Mari kita terjerat. Mari kita berdiri bersatu. Mari kita tidak berdebat. Dan mari menjadi kerikil dalam narasi kepemimpinan baru negara saya.' Dia menulisnya dalam sebuah surat saat dia bekerja selama periode pembebasan negara. Saya pikir itu cara yang sangat modern untuk mengekspresikan sesuatu, bagi seseorang yang hidup melalui keadaan politik yang kacau pada tahun 1948. Saya rasa penggunaan kata 'kerikil' itu sangat berkesan bagi saya."
Sepotong lirik lain yang dia bahas adalah ombak yang menerjang dan pemikiran kompleks yang mengikutinya.
"Saya pernah berpikir bagaimana hubungan orang seperti ombak yang menerjang, dan saya pikir itu bercampur dengan pikiran saya tentang kerikil dan itu keluar sekaligus. Ada kalimat yang saya tulis sejak lama ketika saya sedang berpikir di tepi laut. Saya berpikir, apakah ada warna di ombak? Ketika orang berbicara tentang ombak yang menerjang, ombak apa yang mereka bicarakan? Gelombang biru, atau gelombang putih? Saya benar-benar berlebihan dengan emosi ketika saya memikirkan itu, jadi saya menulis satu kalimat ini 'Saya ingin tahu apa warna ombaknya' dan mendengarkan musik yang diberikan eAeon kepada saya, dan bagi saya itu terdengar seperti kabut yang bergulung di atas lautan." pungkasnya.