Potret Puan Maharani dan Cak Imin baru-baru ini membuat heboh jagat media sosial. Betapa tidak, caption unggahan Puan Maharani menuai kritikan massal. Sebab ia mengklaim pertemuannya dengan Cak Imin merupakan sesama representasi partai wong cilik.
"Tidak di kantor, tidak di rumah, pertemuan hari ini di warung pecel. Kenapa warung? Ya kenapa tidak, PDI Perjuangan dan PKB sama-sama partainya wong cilik, partainya wong sandal jepit. Akar rumput inilah yang menjadi energi perjuangan kami," kata Puan.
Terlihat Puan Maharani dan Cak Imin dalam foto tengah bercengkerama akrab di tempat yang diklaim sebagai warung pecel. Bahkan terlihat pula keduanya yang memegang dua porsi nasi pecel.
Foto-foto itulah yang lantas mendapatkan banyak kritikan publik lantaran dinilai tak mencerminkan "wong cilik". Misalnya pemilik akun Twitter @BosPurwa yang menyoroti keberadaan buah durian siap santap di sana.
Keberadaan buah durian di meja makan wong cilik saja sudah dianggap asing karena harganya selangit. Apalagi karena publik menduga durian itu adalah jenis Musang King, yang harganya tak main-main.
"Ngakunya partai wong cilik, makannya pecel, oke lah. Tapi sebentar, ntu satu buah durian Musang King berapa harganya mbak @puanmaharani_ri?" cuit @BosPurwa, dikutip pada Selasa (27/9/2022).
Terlihat pada foto tersebut dua buah durian yang telah dibuka kemudian ditutup dengan daun pisang. "Mana ada wong cilik cemilannya durian musang king, bisa gak makan sebulan :)" sambung @BosPurwa.
Berdasarkan penelusuran, dikutip dari laman GDM Agri, harga durian asal Malaysia ini memang cukup tinggi. Per kilogramnya saja durian jenis ini dibanderol sampai Rp 280.000. Harganya bahkan disebut bisa naik lagi apabila dijual dalam bentuk olahan seperti pancake atau durian kupas frozen.
Komentar Publik Soal Puan Maharani dan Cak Imin
Dugaan bahwa durian mewah dijadikan makanan pencuci mulut oleh kedua elite partai wong cilik ini, sontak menuai berbagai macam respons.
"Membagongkan," komentar salah satu warganet.
"Ketauan. Netijen is real eagle eye!" kata seorang warganet.
"Lagian mana ada warung pecel mejanya di tutup sama kain. Kayak acara resepsi aja," warganet lain menimpali.
"Gak enaknya wong cilik dijadikan jualan.. Tapi setelah berkuasa, wong cilik dihancurkan," timpal warganet lainnya lagi.
"Maunya perncitraan ngaku wong cilik.. ewhh nyesek, ketahuan menu pecel duriannya," tambah yang lainnya. (PENULIS/Elvariza Opita)