Pembullyan di Sekolah Terjadi Lagi, Bocah SD di Malang Terbaring Koma Hingga Tuntut Pelaku Wajib Dihukum

Candra Kartiko
Pembullyan di Sekolah Terjadi Lagi, Bocah SD di Malang Terbaring Koma Hingga Tuntut Pelaku Wajib Dihukum
Bocah SD korban bully di Malang (instagram/faktaindo)

Pembullyan menimpa bocah SD di Malang yang mengakibatkan korban dibawa ke rumah sakit.

Dari video yang diunggah Instagram @fakta.indo, Kamis 24 November 2022, bocah tersebut tampak terbaring koma.

Siswa yang menjadi korban bully 7 orang temannya tersebut diketahui bernama Marcello Widy Febrian dan berumur 7 tahun.

Ia merupakan warga Desa Kalinyamat Jenggolo, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Baca Juga: Putri Candrawathi Pura-Pura Covid-19, Benarkah Arahan Febri Diansyah?

Melansir suarajatim, korban yang merupakan murid kelas 2 SDN Jenggolo 1 kemudian dirawat di Rumah Sakit Islam Gondanglegi.

Kasi Humas Polres Malang Iptu Ahmad Taufik membenarkan kejadian tersebut. Untuk dugaan kasus pengeroyokan atau penganiayaan sudah ditangani penyidik. Visum juga telah dilakukan.

"Penyidik sudah melakukan pemeriksaan pihak sekolah dan tujuh anak diduga pelaku penganiayaan," ujarnya, Rabu (23/11/2022).

Baca Juga: Kang Dedi Mulyadi dan Ambu Anne Batal Cerai? Begini Foto Kemesraan Keduanya Tertawa Bersama

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, diketahui korban memang acap kali jadi sasaran penganiayaan.

"Kerap jadi korban bullying dan penganiayaan sejak kelas 1," katanya.

Ibu korban, Dewi Sulistyowati mengatakan bahwa anaknya mengaku dikeroyok oleh kakak kelasnya. Peristiwa itu terjadi pada hari Jumat, 11 Agustus 2022 lalu.

Berdasarkan keterangan Dewi, buah hatinya sempat dianiaya oleh kakak kelasnya saat pulang sekolah. Lokasinya di jembatan Sengguruh, Kepanjen. Bahkan korban sempat mengeluh sakit pada bagian kepala dan perutnya.

Baca Juga: Penonton Piala Dunia 2022 Mengeluhkan Kondisi Stadion Pertandingan, Suasana Stadion Terlalu...

Kronologis peristiwa

Edi Subandi, ayah korban mengatakan peristiwa ini dimulai pada Jumat, 11 November 2022. Saat itu MWF telat pulang sekolah.

Di rumah, Ia lalu menangis histeris. Namun, korban tidak menceritakan apa penyebabnya. "Ke kita (orang tua korban) tidak berani bilang," ujarnya.

Keesokan harinya, lanjut dia, korban muntah-muntah sehingga memutuskan untuk tidak masuk sekolah. "Saya pikir tifusnya kambuh, saya periksa ke bidan langganan. Mualnya mereda tapi tetap pusing," katanya menambahkan.

Tiga hari kemudian, pusing kian parah hingga korban kejang-kejang. Keesokan paginya dibawa ke rumah sakit dan saat ini kondisinya telah membaik.

Nah, saat itulah MWF menceritakan apa yang menimpanya. Ternyata, Ia terlambat pulang sekolah saat itu karena diseret kakak kelasnya ke Bendungan Sengguruh, kawasan setempat.

"Ternyata telat pulang sekolah itu di parkiran sekolah diseret empat anak kakak kelasnya menuju Bendungan Sengguruh, lalu ditendang kepala dan dadanya sempat sesak nafas," ujarnya.

Lantaran peristiwa yang dialami anaknya mengancam nyawa, pihaknya memutuskan untuk melapor polisi. "Ini urusannya nyawa," ujarnya.

Baca Juga: Habis Liburan di Bali Malah Sakit Berbulan-bulan, Turis Australia Beri Peringatan ke Turis Lainnya

Netizen Kutuk perbuatan pelaku

Biarpun pelakunya anak-anak, netizen ramai-ramai meminta agar pelaku tetap dihukum dan di penjara.

"Wajib dikeluarin trus di blacklist yg ngebully jgn bilang msh anak2 / dibawah umur," tulis
harisalfar***

"Hrs dihukum biarpun msh anak2 krn biar tau bahwa setisp tindakan itu ada konsekuensinya, reward atopun punishment," tulis
amalianovitaprihand***

"Gw rasa ga perlu ada istilah anak dibwh umur.. bikin penjara khusus anak dibawah umur, atau ketika mereka dewasa mereka akan menjalani hukuman," tulis rian__ant***

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak