Belakangan ini, banyak orang membicarakan tentang love language. Sebenarnya apa sih love language itu? Apakah benar love language ada hubungannya dengan masa kecil? Pembahasan seputar topik menarik ini dikupas secara menarik dalam Yoursay Talk melalui live Instagram @yoursay.id.
Yoursay Talk: Connection Between Love Language and Childhood yang diadakan pada Kamis, 22 Februari 2024 bersama Mahira Syafana Kuswanto, seorang Psikolog Klinis Mental Healing Indonesia, sebagai narasumber. Berikut beberapa insight penting dan bermanfaat yang didapatkan sepanjang obrolan seru di sore hari ini. Yuk disimak!
Apa sih love language itu?
Psikolog Mahira menjelaskan bahwa love language itu pada dasarnya merupakan sebuah bahasa atau ekspresi kita untuk menyampaikan perasaan sayang kepada pasangan, teman atau sahabat, keluarga, atau siapapun yang memiliki kedekatan emosional dengan kita.
“Mungkin kita belum memahami apa love language kita jika kita belum mengeksplor atau memahami maknanya lebih lanjut. Tes-tes yang ada di internet sangat memudahkan kita untuk membantu mengidentifikasi jenis love language kita termasuk yang mana,” jelas Psikolog Mahira mengenai tes yang bisa membantu kita untuk mengenal love language sendiri.
Perbedaan love language dari diri sendiri dan dari orang lain
Bisa saja terjadi. Ada orang yang senang memberikan apresiasi berupa ucapan atau pujian kepada orang lain, tetapi ketika orang lain yang berbicara demikian kepada dirinya, orang tersebut justru menolak dan tidak suka mendapatkan pujian untuk dirinya sendiri.
Sangat mungkin seseorang memberikan bentuk love language tertentu misalkan word of affirmation, namun ia tidak suka menerima love language word of affirmation dari orang lain. Love language memang sangat dinamis.
Psikolog Mahira juga mengungkapkan bahwa memang ada orang yang cenderung dominan di satu love language saja. Namun, ada juga orang yang memborong semua love language. Orang ini menganggap bahwa semua jenis love language merupakan bentuk perhatian.
Hubungan love language dengan masa kecil
Sesuai dengan topik, memang love language terbentuk oleh banyak sekali pengalaman hidup, salah satunya dari masa kecil. Namun, tidak selalu linear atau berhubungan langsung. Ada seseorang yang sejak kecil sering dikritik dan dimarahi orang tuanya, sampai akhirnya ketika beranjak dewasa, ia sangat berharap word of affirmation dari pasangannya karena hanya dengan demikian ia merasa dihargai.
“Namun, ada juga kasus di mana individu ketika kecil jarang mendapat keharmonisan, ketika beranjak dewasa ia memiliki physical touch score yang rendah, karena sejak kecil ia tidak mendapatkan hal itu,” ujar Psikolog Mahira lebih lanjut.
Ada perbedaan dalam hal love language antara orang yang memiliki masa kecil yang berbeda. Mungkin bagi individu yang masa kecilnya lebih stabil, pasti ada perbedaan dalam hal ia mengutarakan love language-nya ini. Bisa jadi bagi mereka ketika beranjak dewasa lebih mampu mengekspresikan banyak hal.
Bisakah love language seseorang berubah?
Pada dasarnya psikologis kita sangat dinamis dan dipengaruhi banyak faktor dari waktu ke waktu. Kita memiliki banyak pengalaman, mungkin ada budaya atau standar tertentu sehingga membuat love language kita jadi berubah.
Ada juga orang lain physical touch-nya rendah setelah mengalami kekerasan fisik. Mungkin karena pengalaman yang tidak menyenangkan itu, love language orang tersebut jadi berubah akibat pengalaman traumatis.
Demikian beberapa poin penting seputar love language dan hubungannya dengan masa kecil. Pembahasan yang sangat menarik, bukan? Kamu sendiri, apa jenis love language kamu?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.