Optimalkan Golden Age, Mahasiswa UMM Tumbuhkan Kesadaran Afirmasi Positif pada Siswa PAUD dan TK

Hayuning Ratri Hapsari | Hilmy Aziz
Optimalkan Golden Age, Mahasiswa UMM Tumbuhkan Kesadaran Afirmasi Positif pada Siswa PAUD dan TK
Foto Bersama Mahasiswa, Guru, dan Siswa PAUD/TK Permata Islam, Malang (Dok. Pribadi)

Golden age secara definitif merupakan suatu tahap pada fase perkembangan manusia ketika seluruh aspek berkembang dengan sangat pesat, sehingga menjadi momen yang sangat krusial untuk menentukan perkembangan individu pada fase-fase perkembangan berikutnya.

Berbagai teori menyatakan pendapatnya terkait fase golden age ini, namun secara umum fase usia emas anak berlangsung mulai usia 0 - 6 tahun. Para ahli berpendapat, apabila pada rentang usia tersebut dioptimalkan akan membawa pengaruh positif pada kualitas individu tersebut, baik dari segi fisik, kognitif, emosional, dan berbagai aspek lainnya.

Dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak, dibutuhkan adanya ekosistem yang saling mendukung khususnya di lingkungan sekitar anak tersebut.

Kelompok 30 gelombang 4 kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa, yang beranggotakan Athirah Firyal Aulia, Salsabila Nur, Galina Putri Margaretha, Hilmy Aziz Mas’udi, serta Fini Farhan Oktaviano Pamungkas selaku koordinator kelompok menyelenggarakan kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) di PAUD/TK Permata Islam, Malang.

Kegiatan tersebut dilandaskan pada keinginan untuk berkontribusi terhadap peningkatan kualitas tumbuh kembang anak.

Menengok perkembangan zaman yang berdampak pada peningkatan tekanan yang dirasakan oleh masyarakat, kebiasaan untuk memberikan afirmasi positif pada diri sendiri menjadi suatu kemampuan yang jarang ditemukan saat ini.

Realita ini menjadi ironi, mengingat kalimat afirmasi yang diucapkan pada diri sendiri, seperti terima kasih, maaf, dan sebagainya sering kali dinilai dapat menjadi ‘obat’ atas banyak ‘luka’ yang berpotensi terjadi ketika anak tersebut mulai beranjak remaja dan dewasa.

PAUD/TK Permata Islam menangkap fenomena tersebut sebagai suatu yang penting untuk dipedulikan, termasuk di antaranya melalui penanaman nilai secara kultural.

Setiap pagi, siswa diajak untuk melakukan ‘ritual’ dengan mengucapkan berbagai kalimat positif untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Kalimat yang diucapkan relatif sederhana, namun ketika diucapkan setiap hari diharapkan dapat diterima sebagai suatu kebiasaan yang positif untuk anak.

Kalimat yang diucapkan bersama-sama setiap pagi, yakni : "Wahai tubuhku yang baik, semoga hari ini bisa belajar dengan baik, aku minta maaf, aku mencintaimu, terima kasih, terima kasih, terima kasih."

Fini Farhan selaku koordinator kelompok menyampaikan, "Saat ini , kalimat tersebut menjadi suatu hal yang sangat mahal kita temui di sekitar kita. Jadi, penanaman kebiasaan tersebut sejak dini menjadi hal yang amat perlu disyukuri."

Ia juga berharap hal ini tidak hanya menjadi ritual semata, melainkan juga diimplementasikan pada keseharian anak-anak, mulai dari lingkungan terdekatnya yakni rumah dan sekolah.

Program PMM ini resmi berakhir pada Minggu (18/8/2024). Meski begitu, pria yang akrab disapa Farhan ini berharap bahwa program yang telah disusun melalui bimbingan Drs. Moh. Jufri, S.T., M.T. dapat berdampak positif dalam jangka panjang, serta mencapai tujuan mulia yang diharapkan bersama di kemudian hari.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak