Berangkat dari niat baik Gusti Putri Pakualam bersama kedua rekannya ibu Ami dan ibu Anggi untuk membantu para pengrajin di Yogyakarta, terciptalah Pandam Adiwastra Janaloka atau omah pandam yang berlokasi di Jl. Langenarjan Kidul No.7A.
Pandam berharap dapat berkontribusi dalam pelestarian budaya di kehidupan masyarakat Jogja yang dikenal dekat dengan budaya Jawa. Hal terbesar yang saat ini diusahakan pandam yakni mampu menjadi penengah untuk membantu para pengrajin dan pembatik dalam menjangkau pasar.
Saat ini ada dua inti usaha pandam yang sangat menarik perhatian untuk dikulik lebih dalam, yakni batik dan anyaman dari serat pandan laut. Penggunaan produk-produk ramah lingkungan seperti penggunaan pewarna alam pada saat proses pewarnaan menjadi salah satu keunikan yang sampai saat ini masih terus dilestarikan oleh omah pandam dengan harapan adanya perubahan dunia ke arah yang lebih baik.
Dari banyaknya cerita menarik seputar pandam adiwastra janaloka terdapat satu keistimewaan yang menarik untuk dibahas yakni kisah para pembatik nitik di kelurahan Trimulyo Kabupaten Bantul, sosok dibalik setiap keindahan setiap titik-titik yang tergambar pada kain batik nitik.
Nitik merupakan salah satu teknik membatik yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian tinggi. Dalam proses pembuatan batik nitik sangat penting memperhatikan penggunaan canting dengan ujung yang sangat tipis untuk menorehkan malam cair pada kain. Tahap pembuatan batik nitik membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan teknik membatik lainnya.
Dalam pertemuan dengan mbak Miriam atau yang kerap disapa mbak Mir selaku general manager pandam adiwastra janaloka beliau mengatakan "mengapa disebut Nitik, karena terdiri dari titik-titik, jadi cantingnya di belah empat sehingga waktu malamnya ditorehkan ke kain tidak berupa bulatan lagi tetapi berupa seperti kotak." (16/11/24)
Tidak mudah untuk menjadi seorang pembatik nitik dibutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kesabaran yang tinggi. Tangan harus bekerja secara perlahan, pikiran harus tetap tenang, dan mata harus terus fokus pada setiap titik yang terbentuk "ada pengrajin yang mengerjakan motif sederhana sekitar satu bulan bahkan tiga bulan" ucap mbak Mir.
Namun dibalik semua proses membatik yang terbilang sulit, ada keindahan budaya yang tak ternilai harganya.Pada batik nitik, setiap titik memiliki makna dan konotasi yang lebih dalam dari sekadar elemen dekoratif, menurut mbak Mir "dari polanya sendiri mereka punya beberapa pola sendiri yang pakem, khasnya mereka secara turun-temurun dikembangkan".
Setiap motif yang terbentuk pada kain batik nitik merupakan hasil dari proses kreatif yang berlarut-larut yang meliputi perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan sehingga tak heran jika kain batik nitik dipasaran dengan harga yang cukup fantastis yakni berkisar antara Rp1.500.000 hingga Rp3.000.000 tergantung dari tingkat kerumitan pola.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.