Dari Penjarahan ke Pesan Persatuan: Sri Mulyani Tepis Amarah dengan Harapan

Hikmawan Firdaus | Angelia Cipta RN
Dari Penjarahan ke Pesan Persatuan: Sri Mulyani Tepis Amarah dengan Harapan
Potret Sri Mulyani Menteri Keuangan RI (Instagram/@smindrawati)

Peristiwa penjarahan yang menimpa kediaman Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, pada Minggu (31/8/2025) kemarin, benar-benar menyita perhatian publik.

Kejadian tersebut bukan hanya mengejutkan, tetapi juga memunculkan berbagai reaksi, baik dukungan maupun kritik terhadap dirinya. Apalagi, sehari setelah insiden penjarahan rumahnya itu, Sri Mulyani akhirnya membuka suara.

Disadur dari unggahan resmi di akun Instagram pribadinya yang disadur pada hari Selasa (2/9/2025), ia menyampaikan permintaan maaf sekaligus refleksi atas perannya sebagai seorang pejabat negara. Dengan nada tenang, ia mengakui bahwa masih ada banyak kekurangan dalam kebijakan maupun langkah yang ditempuh pemerintah, termasuk dirinya.

“Kami mohon maaf, pasti masih banyak sekali kekurangan. Bismillah, kami perbaiki terus menerus,” tulisnya dalam unggahan terbaru Instagramnya.

Dalam unggahan yang sama, Sri juga turut menegaskan kembali prinsip yang ia pegang sejak awal menjabat. Menurutnya, setiap keputusan yang ia ambil bukanlah semata kehendak pribadi, melainkan kewajiban yang melekat pada jabatannya sebagai Menteri Keuangan.

“Sebagai pejabat negara saya disumpah untuk menjalankan UUD 1945 dan semua undang-undang. Ini bukan ranah atau selera pribadi,” tegasnya.

Ia turut menekankan bahwa setiap produk kebijakan, khususnya di bidang fiskal dan keuangan negara, selalu melalui proses panjang yang melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, DPR, DPD, hingga masyarakat melalui mekanisme partisipasi publik. Dengan kata lain, kebijakan tersebut bukan hasil keputusan sepihak.

Sri Mulyani Merespons atas Kritik dan Masukan

Sri Mulyani juga tak lupa menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat Indonesia yang selama ini telah memberinya masukan, kritik, bahkan doa. Ia menilai bahwa suara publik, baik yang mendukung maupun yang mengoreksi, merupakan bagian penting dari proses membangun Indonesia.

“Terima kasih atas doa dan semangat untuk kami berbenah diri. Itu adalah bagian dari perjalanan bangsa ini,” tulisnya di dalam unggahan yang sama di laman Instagramnya (1/9/2025).

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa cara menyampaikan kritik harus tetap dalam koridor yang damai. Menurutnya, tindakan seperti menjarah, membakar, atau menyebar fitnah justru akan memperdalam luka sosial dan memperlambat upaya membangun negeri.

“Mari kita jaga dan bangun Indonesia bersama, tidak dengan merusak, menjarah, memfitnah, memecah belah, atau melukai perasaan publik,” tulis Sri sebagai penutup unggahannya.

Peristiwa Penjarahan Jadi Sorotan Publik Pro-Kontra

Peristiwa penjarahan rumah Sri Mulyani di Bintaro terjadi pada Minggu sore. Berdasarkan keterangan warga sekitar, sekelompok orang tiba-tiba masuk ke kawasan perumahan dan melakukan perusakan serta pengambilan barang-barang di dalam rumah. Meski belum ada keterangan resmi soal kerugian materiil, kejadian itu cukup memicu keresahan masyarakat.

Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini. Hingga kini, beberapa orang yang diduga terlibat sudah diamankan untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Aparat juga meningkatkan pengamanan di sekitar lokasi guna menghindari kejadian serupa.

Kejadian ini dianggap mencerminkan meningkatnya tensi politik dan sosial yang belakangan memang kian terasa. Kebijakan fiskal, khususnya terkait subsidi dan pajak, seringkali menjadi pemicu ketidakpuasan sebagian kelompok masyarakat.

Meski menghadapi serangan, baik fisik berupa penjarahan maupun kritik di ruang digital, Sri Mulyani tetap mendapat banyak dukungan dari masyarakat luas. Sejumlah tokoh akademik hingga warganet menyampaikan empati dan dorongan agar ia tetap tegar menjalankan tugasnya.

Di media sosial, berbagai tagar yang menyerukan dukungan untuk Sri Mulyani sempat ramai. Banyak yang menilai bahwa tindakan penjarahan tidak bisa dibenarkan dengan alasan apa pun. Kritik boleh, protes juga sah-sah saja, tetapi harus melalui jalur yang damai dan sesuai hukum.

Melalui postingannya, Sri Mulyani menutup pernyataannya dengan pesan yang damai. Ia mengajak masyarakat untuk menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran penting bahwa kekerasan hanya meninggalkan luka, sementara kolaborasi bisa melahirkan perubahan.

Di tengah situasi ekonomi global yang penuh tantangan, Indonesia membutuhkan ketenangan dan kepercayaan antarwarga. Ia berharap, meskipun peristiwa pahit menimpa dirinya, bangsa ini tetap bisa melangkah maju dengan semangat persatuan. Jika terus menerus bentrok, ini akan memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan negara. 

“Jangan pernah lelah mencintai Indonesia.” Pesannya sebagai penutup dari refleksi dan responnya dalam Instagram.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?