Ngupit Heritage Cycling: Ketika Bersepeda Jadi Cara Baru Mengenal Sejarah

Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
Ngupit Heritage Cycling: Ketika Bersepeda Jadi Cara Baru Mengenal Sejarah
Potret kegiatan Ngupit Heritage Cycling (Istimewa)

Ada banyak cara untuk mengenal sejarah, tetapi bagi warga Desa Kahuman, Ngawen, Klaten, cara itu kini hadir dalam bentuk bersepeda bersama. Mereka menyusuri jalan-jalan kecil dan berhenti di titik-titik yang selama ini hanya dilihat sekilas.

Ngupit Heritage Cycling 2025 menjadi sarana bagi warga untuk kembali mengenal desa mereka, bukan lewat buku, tetapi lewat kayuhan sepeda.

Di balik kayuhan sepeda antarpeserta, tersimpan perjalanan yang mempertemukan pengetahuan sejarah, lingkungan, dan kesadaran tentang pentingnya merawat desa.

Di sinilah warga belajar bahwa identitas tempat tinggal mereka dibangun oleh banyak hal seperti jejak budaya, peninggalan leluhur, hingga alam yang harus terus dijaga.

Menyusuri Jejak Sejarah Lewat Kayuhan Sepeda

Potret kegiatan Ngupit Heritage Cycling (Istimewa)
Potret kegiatan Ngupit Heritage Cycling (Istimewa)

Ngupit Heritage Cycling berlangsung pada Minggu (30/11/2025), kegiatan ini mengajak peserta mengitari tiga desa dan melewati puluhan situs bersejarah.

Acara dimulai pukul 09.00 WIB di Joglo Kahuman, tempat replika Prasasti Upit disimpan. Prasasti ini menjadi penanda usia Ngupit yang sudah mencapai 1.159 tahun.

Bagi banyak warga, melihat prasasti itu menjadi pengingat bahwa desa mereka sudah melalui banyak peradaban dan pernah menjadi bagian penting dari struktur wilayah pada masa Mataram Kuno.

Dipandu oleh Rohani, Basri, dan Salman Hamid, peserta menempuh rute sepanjang 7 kilometer. Sepanjang perjalanan, mereka diajak mengenali peninggalan Hindu-Buddha, situs Islam awal seperti kompleks Masjid Sorowaden, artefak kolonial, hingga titik-titik yang menyimpan cerita pergerakan nasional.

Di beberapa titik, peserta berhenti sejenak untuk mendengarkan penjelasan para pemandu. Momen-momen itulah yang membuat kegiatan ini terasa lebih hidup karena sejarah tidak hanya diceritakan, tetapi juga dilihat dan dirasakan langsung oleh warga.

Melalui kegiatan ini pelestarian sejarah dapat dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan oleh masyarakat.

Zero Waste dan Kesadaran Ekologis Masyarakat

Potret kegiatan Ngupit Heritage Cycling (Istimewa)
Potret kegiatan Ngupit Heritage Cycling (Istimewa)

Konsep zero waste juga diterapkan sepanjang kegiatan. Setiap peserta membawa botol minum sendiri, tidak menggunakan plastik sekali pakai, dan mengelola sampah masing-masing.

Konsep ini sejalan dengan kondisi Klaten yang sedang menghadapi tantangan ekologis, terutama terkait peningkatan sampah dan penyusutan sumber air.

Risna, salah satu peserta, merasakan langsung bagaimana sejarah dan lingkungan saling berhubungan satu sama lain.

“Kita melihat bagaimana sumber air, ritual adat, dan jejak sejarah membentuk karakter desa. Event seperti ini seharusnya menjadi contoh untuk banyak tempat lainnya,” ujar Risna.

Kegiatan ditutup pukul 12.30 WIB di Sumber Pengilon, salah satu titik utama dalam tradisi Merti Ngupit.

Di tempat ini, pemandu menjelaskan bagaimana tradisi, pengelolaan sumber daya alam, dan spiritualitas berjalan berdampingan dalam kehidupan warga.

Dengan 50 peserta, Ngupit Heritage Cycling membuktikan bahwa sejarah setempat dapat menjadi pintu masuk bagi gerakan warga yang lebih luas.

Desa, dengan segala cerita dan kearifannya, masih menjadi benteng pengetahuan kultural dan ekologis di tengah arus perubahan zaman.

Melalui kegiatan ini, warga setempat membuktikan bahwa identitas desa tetap ada selama setiap generasi peduli, belajar, dan terus menjaga warisan yang mereka miliki.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak