- Bursa Menpora mengerucut pada dua nama utama, Raffi Ahmad yang didukung kedekatan politik, dan Taufik Hidayat yang didukung kuat oleh publik.
- Raffi unggul dalam bisnis olahraga dan jaringan politik, sementara Taufik unggul dalam pemahaman dunia keatletan dari dalam.
- Politisi muda berpengalaman seperti Putri Komarudin dan Moreno Soeprapto menjadi kandidat kuda hitam dengan kombinasi latar belakang politik dan olahraga.
Panggung politik nasional mendadak riuh, namun sorotan paling tajam justru mengarah pada kursi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Kabar lengsernya Dito Ariotedjo telah membuka bursa calon pengganti yang mempertemukan nama-nama dari dunia yang sangat berbeda.
Sultan di Tengah Pusaran Kuasa

Nama Raffi Ahmad mencuat sebagai kandidat kuat dari lingkaran Istana. Statusnya sebagai Utusan Khusus Presiden dan kedekatannya dengan elite politik menjadi modal utamanya dalam bursa ini.
Di satu sisi, kesuksesannya membangun ekosistem bisnis olahraga RANS menjadi nilai plus. Namun, latar belakang pendidikan dan minimnya pengalaman birokrasi menjadi catatan kritis dari publik.
Gema Suara dari Gelanggang Olahraga

Berseberangan dengan skenario elite, suara publik justru menggema untuk Taufik Hidayat. Sang legenda bulu tangkis ini dianggap sebagai figur paling ideal untuk memimpin Kemenpora.
Pengalamannya sebagai atlet kelas dunia dinilai sebagai jaminan pemahaman mendalam atas kebutuhan olahraga nasional. Ia adalah representasi kompetensi murni, meski tanpa pengalaman politik praktis di pemerintahan.
Kuda Hitam dari Parlemen

Di antara dua nama besar itu, muncul kandidat alternatif dari panggung politik Senayan. Mereka menawarkan kombinasi pengalaman yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Ada Puteri Komarudin, anggota DPR RI yang secara spesifik membidangi olahraga di Komisi X. Latar belakang pendidikan masternya menjadi modal intelektual yang kuat untuk merumuskan kebijakan.
Selain itu, ada pula nama mantan pembalap Moreno Soeprapto yang kini juga menjadi legislator. Ia membawa paket langka perpaduan pengalaman sebagai atlet dan pemahaman politik parlemen.
Keputusan di Tangan Presiden
Kini, bola panas ada di tangan Presiden Prabowo Subianto untuk menentukan arah masa depan Kemenpora. Keputusan ini bukan sekadar memilih nama, melainkan memilih sebuah filosofi kepemimpinan.
Akankah pemerintah memilih jalan popularitas dan pendekatan bisnis, atau kembali ke akar rumput dengan menunjuk seorang legenda sejati? Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat menentukan warna prestasi olahraga Indonesia di masa mendatang.