suara hijau

Cahaya Senja dan Kisah-Kisah Kehidupan di Pesisir Pantai Tanjung Tinggi

M. Reza Sulaiman | Eka Saputra
Cahaya Senja dan Kisah-Kisah Kehidupan di Pesisir Pantai Tanjung Tinggi
Pantai Tanjung Tinggi (Wikimedia Commons/Brigitta)

Mentari sore perlahan menurunkan sinarnya di ufuk barat ketika ombak kecil menyapu lembut pasir putih Pantai Tanjung Tinggi. Di antara batu-batu granit raksasa yang berdiri gagah, seorang nelayan tua bernama Pak Darwan tengah menambal jaringnya yang robek. Suara desir angin dan tawa anak-anak yang bermain di tepi pantai menjadi musik alami yang menenangkan hati siapa pun yang datang ke sini.

Sejak muda, Pak Darwan telah hidup dari laut. Ia mengenal setiap lekuk batu dan perubahan arus di sekitar pesisir ini. “Laut ini bukan hanya tempat mencari makan,” katanya sambil menatap jauh ke cakrawala, “tetapi juga guru yang mengajarkan kesabaran.”

Setiap fajar, ia akan berangkat dengan perahu kayu kecilnya, membawa harapan sederhana: cukup tangkapan untuk hari itu. Namun, baginya, keindahan pantai dan ketenangan laut adalah rezeki yang lebih besar daripada sekadar ikan.

Tak jauh dari tempatnya duduk, seorang gadis muda bernama Rani sedang melukis. Ia datang dari kota untuk mencari inspirasi, dan pesisir Tanjung Tinggi menjadi tempat yang sempurna. Setiap goresan kuasnya menangkap warna langit yang berubah-ubah, dari biru muda menjadi jingga keemasan.

“Saya ingin melukis bukan hanya pemandangan, tetapi juga perasaan yang tumbuh di sini,” ujarnya pelan. Bagi Rani, pantai ini seperti kanvas kehidupan yang penuh cerita, kenangan, dan ketenangan.

Menjelang senja, warna langit semakin memukau. Cahaya oranye menari di permukaan air, memantul di antara batu-batu granit yang megah. Beberapa wisatawan mengambil foto, sementara penduduk lokal menata kembali perahu mereka yang baru bersandar.

Ada harmoni yang indah antara alam, manusia, dan waktu. Setiap detik di Tanjung Tinggi seolah mengajarkan bahwa keindahan sejati tidak perlu dirancang, ia tumbuh sendiri dari keseimbangan.

Di warung kecil dekat bibir pantai, aroma ikan bakar dan sambal kecap menggoda hidung. Ibu Sari, pemilik warung, menyapa ramah setiap pengunjung yang datang.

“Dulu pantai ini sepi, sekarang ramai. Tapi, semoga orang-orang tetap menjaga kebersihannya,” katanya sambil tersenyum. Ia percaya, laut yang bersih adalah warisan paling berharga untuk anak cucu.

Ketika matahari akhirnya tenggelam sepenuhnya, langit berubah menjadi ungu gelap. Suara jangkrik mulai menggantikan kicau burung. Pak Darwan menggulung jaringnya, Rani menutup buku sketsanya, dan ombak terus berbisik pelan di antara batu-batu raksasa. Pesisir Tanjung Tinggi kembali tenang, seolah beristirahat dari hiruk pikuk siang.

Di tempat itu, waktu seakan berhenti. Setiap butir pasir menyimpan cerita tentang manusia dan alam yang saling menjaga. Di balik setiap ombak yang datang dan pergi, selalu ada bisikan lembut yang mengingatkan bahwa keindahan sejati pesisir bukan hanya pada pemandangannya, tetapi juga pada kehidupan yang tumbuh di dalamnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak