Berada di tengah-tengah kondisi pandemi Covid-19 bukan berarti kondisi terkait berbagai aksi waspada terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD) dihentikan begitu saja. Salah satunya adalah Jumantik (Juru pemantau jentik) yang rutin dilaksanakan setiap satu bulan sekali oleh para kadernya.
Dusun Babadan yang terletak di desa Babadan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri adalah salah satunya. Hal tersebut telah diungkapkan oleh Kepala Dusun tingkat I Imam Safi’i saat dikonfirmasi. Menurutnya, waspada terhadap DBD ini tetap wajib dilakukan secara rutin meskipun di tengah pandemi supaya tidak menambah beban penyakit baru.
“Para warga di tengah kondisi seperti ini benar-benar perlu tetap mewaspadai adanya jentik di rumah masing-masing. Apalagi rata-rata kan di sini peternak banyak kotoran dan kubangan air, jadinya sangat rawan menjadi sarang jentik.” imbuh salah satu kader Jumantik.
Sebelum masa pandemi kegiatan seperti ini rutin setiap bulannya hanya saja karena terdapat pembatasan mobilisasi sehingga sedikit dikurangi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
“Sayangnya para warga di sini agak bandel. Melakukan keliling ke kamar mandi tiap rumah masih dianggap mengganggu sehingga banyak yang terang-terangan menolak atau bahkan sengaja menutup pintu dan tidak keluar rumah ketika dikunjungi,” terangnya.
Ia juga menambahkan sangat bersyukur dengan kedatangan mahasiswa PMM 90 UMM saat ini karena bisa menambah personel untuk keliling ke tiap-tiap rumah. Selain itu, para mahasiswa ini juga diharapkan dapat turut serta memberikan edukasi kepada masyarakat yang belum terlalu memahami esensi dari pemantauan jentik setiap bulannya.
Para kader dan mahasiswa juga menggencarkan kegiatan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur ) serta terus mengingatkan warga untuk menerapkannya. Di akhir tahun 2020 yang lalu berdasarkan data dinkes kabupaten Kediri kasus DBD masih cukup tinggi, yakni sebanyak 338 kasus.