Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia, penyakit yang biasanya disebabkan oleh virus ini adalah penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai dari flu biasa hingga penyakt yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Tiongkok, pada Desember 2019, diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2) dan menyebabkan coronavirus disease 2019 (COVID-19) – ‘CO’ berasal dari corona, ‘VI’ berasal dari virus, dan ‘D’ berasal dari disease (penyakit).
Kemunculan virus corona merupakan hal yang tidak terduga dan tentu saja memberikan dampak bagi seluruh lingkup kehidupan. Bahkan dampak yang dihasilkan akibat pandemi COVID-19 tidak hanya pada ruang lingkup individu saja melainkan mencapai ruang lingkup suatu negara. Akibat pandemi COVID-19, banyak negara yang mengalami kesulitan dalam sektor perekonomian, termasuk Indonesia.
Hasil Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS)
Berdasarkan publikasi terbaru yang dirilis oleh BPS yaitu nilai ekspor Indonesia tahun 2020 mencapai US$163,2 miliar turun sebesar 2,68 persen dibandingkan 2019 yang sebesar US$167,7 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya ekspor migas sebesar 30,01 persen dari US$11,8 miliar pada tahun 2019 menjadi US$8,3 miliar pada tahun 2020. Sementara itu, ekspor nonmigas mencapai US$154,9 miliar pada tahun 2020 atau turun 0,61 persen dari tahun sebelumnya. Peranan ekspor nonmigas terhadap total ekspor Indonesia pada tahun 2020 sebesar 94,94 persen atau naik dari tahun 2019 yang sebesar 92,97 persen. Sementara peranan ekspor migas terhadap total ekspor pada tahun 2020 mengalami penurunan yaitu dari 7,03 persen pada tahun 2019 menjadi 5,06 persen.
Data Statistik Ekspor Indonesia
Pada tahun 2020 ekspor Industri Produk Makanan (ISIC 10) menempati peringkat pertama dengan nilai sebesar US$30.213,3 juta; diikuti oleh Industri Logam Dasar (ISIC 24) sebesar US$21.273,4 juta; kemudian Pertambangan Batu Bara dan Lignit (ISIC 05) sebesar US$16.457,7 juta; Industri Kimia dan Produk-produk Kimia (ISIC 20) sebesar US$12.111,7 juta; Industri Pakaian Jadi (ISIC 14) sebesar US$7.043,8 juta; Produksi Tanaman dan Hewan, Perburuan dan Kegiatan Layanan Terkait (ISIC 01) sebesar US$6.920,3 juta); serta Esktraksi Minyak Mentah dan Gas Alam (ISIC 06) sebesar US$6.794,3 juta.
Secara umum, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2020 hanya Industri Produk Makanan dan Industri Logam Dasar yang mengalami penaikan nilai ekspor, selebihnya mengalami penurunan.
Penurunan nilai ekspor baik dari sektor migas maupun non migas pada tahun 2020 tidak lepas dari adanya pandemi COVID-19. Pandemi menyebabkan permintaan baik secara global dan domestik mengalami penurunan. Penurunan nilai ekspor ini sudah diduga akan terjadi mengingat pemerintah negara-negara di dunia sedang memiliki fokus utama yang lain yakni untuk melakukan berbagai langkah mitigasi dan kerja sama untuk menekan angka penyebaran COVID-19.
Banyaknya negara yang memilih karantina wilayah (lockdown) untuk menahan laju penyebaran COVID-19 menyebabkan rantai produksi dunia menjadi terganggu, permintaan turun secara signifikan, investasi merosot, dan ekspor-impor mengalami hambatan. Dengan situasi perekonomian yang sedang terganggu pada masa pandemi ini, pemerintah diharapkan untuk segera menemukan solusi penanganan pandemi COVID-19 sekaligus memutar kembali roda perekonomian di Indonesia.
Penulis: Muhammad Ibrah Reynaldi Tanjung