Masih terngiang dalam pikiran mengenai kasus yang menimpa seorang aktivis Lingkungan Karimunjawa, yang kemudian buntut dari perjuangannya ia ditahan di rumah tahanan Jepara dan menjalani proses sidang kasus UU ITE di Pengadilan Negeri Jepara.
Padahal terdakwa yang bernama Daniel Frits Maurits Tangkilisan tersebut sedang membela lingkungan, membela alam Karimunjawa, dan menyuarakan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh tambak udang intensif ilegal, lewat akun Facebook.
Daniel Frits Maurits Tangkilisan ingin pemulihan terhadap alam Karimunjawa segera ditangani. Ia membagikan video Pantai Cemara di Karimunjawa yang tercemar limbah.
Namun, diduga terdapat kalangan yang tidak terima terhadap postingan Daniel di media sosial, sehingga ia pun dilaporkan ke Polres Jepara dengan nomor laporan LP/B/17/II/SPKT/POLRES JEPARA/POLDA JATENG, dan mendapat ancaman hukuman 6 tahun penjara.
Hal ini menjadi potret buram kekayaan alam, terutama kekayaan alam di Indonesia. Ketika masyarakat sudah apatis, tidak tahu-menahu, atau tidak mau tahu terhadap limbah yang mencemari lingkungan alam sekitar, bahkan ketika terdapat aktivis lingkungan yang menyuarakan fakta lalu dibungkam seketika, maka dampak besar akan menimpa kita.
Dampak negatif ini sangat signifikan, terlebih dampak limbah plastik. Seperti diketahui, plastik telah digunakan oleh manusia sejak 50 tahun yang silam.
Diperkirakan, dalam satu tahun terdapat 500 juta sampai 1 miliar kantong plastik yang digunakan oleh penduduk dunia. Artinya sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk membuat plastik, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon ditebang.
Konsumsi berlebihan terhadap plastik, juga mengakibatkan jumlah sampah plastik semakin menggunung. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi. Plastik diperkirakan butuh waktu 100 hingga 500 tahun untuk dapat terurai dengan sempurna.
Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya.
Saat hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.
Sampah plastik, baik yang bentuknya masih utuh atau sudah hancur menjadi partikel kecil, bisa mengakibatkan pencemaran air. Hal ini dapat terjadi karena plastik mengandung zat kimia, seperti bifenil poliklorinasi dan pestisida yang dapat mengontaminasi air serta meracuni dan merusak habitat makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya.
Ketika dikonsumsi oleh hewan laut, racun ini juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia bila sampai hewan laut tersebut diolah dan dikonsumsi.
Banyak sekali dampak negatif dari limbah plastik. Penggunaan limbah plastik yang terus menerus dan berlebihan bisa mengakibatkan pencemaran air dan tanah, polusi udara, bahaya banjir, mengacaukan proses rantai makanan dan pemanasan global atau perubahan iklim.
Untuk mengatasi masalah limbah plastik ini, dapat diterapkan solusi pengelolaan prinsip 3R, yaitu reuse (memakai ulang), reduce (mengurangi pemakaian plastik), dan recycle (mendaur ulang).
1. Memakai Ulang
Dalam mengatasi masalah limbah plastik, seseorang dapat memakainya secara berulang. Seperti ketika kehausan dan hendak minum saat bersepeda, hendaknya membawa sendiri botol air dari rumah dan mengisinya di kios-kios tempat isi ulang air, hal ini dapat mengurangi limbah plastik.
2. Mengurangi Pemakaian Plastik
Mengurangi penggunaan plastik dapat pula mengurangi limbah plastik. Semisal ketika berbelanja sayuran, rempah-rempah atau bahan makanan ke warung dan toko, cara paling mudah dalam berkontribusi mengurangi limbah plastik ialah dengan cara membawa kantong plastik sendiri dari rumah.
3. Mendaur Ulang
Tidak semua plastik dapat didaur ulang. Tetapi, beberapa barang, seperti gelas plastik bekas air mineral, dan gelas bekas minuman lain dapat didaur ulang menjadi hiasan dinding rumah. Beberapa orang juga mengkreasikan plastik bungkus biskuit dan wafer untuk bahan membuat tas.
Jika limbah plastik dapat menjadi sumber penghasilan lain setelah digunakan, kenapa mesti dibuang hingga menjadi limbah yang melimpah di sungai-sungai, hingga menyumbat aliran air dan menyebabkan banjir.
Mari selamatkan bumi, agar kita semua selamat!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS