Waste to Energy: Teknologi Insenerasi yang Mengubah Sampah Menjadi Listrik

Hayuning Ratri Hapsari | Aisyahtun Sholikhah
Waste to Energy: Teknologi Insenerasi yang Mengubah Sampah Menjadi Listrik
Ilustrasi energi terbarukan (Pixabay/Seagul)

Sampah adalah materi yang tidak lagi terpakai akibat berakhirnya proses alam atau aktivitas manusia. Pengelolaan sampah penting dilakukan untuk memastikan nilainya terjaga, dimanfaatkan sebagai produk daur ulang, dan tidak merusak lingkungan.

Ketidakmampuan mengelola sampah dengan baik bisa menyebabkan pencemaran lingkungan. Seiring dengan peningkatan jumlah timbulan sampah, penggunaan lahan Tempat Pembuangan Akhir pun akan berkurang, karena selama ini sampah hanya ditimbun di TPA.

Adanya teknologi yang dapat mengolah sampah sangat diperlukan untuk mengontrol pengelolaan sampah di lingkungan.

Dalam upaya menangani akumulasi sampah, dibutuhkan teknologi pengolahan yang dapat mengubahnya menjadi energi terbarukan.

Salah satu solusinya adalah mengembangkan teknologi pengolahan sampah yang mampu menghasilkan energi listrik melalui proses insenerasi.

Teknologi insinerasi adalah metode mengolah sampah di mana sampah dibakar langsung menggunakan udara sebagai oksidator. Metode ini terbukti sangat efisien dalam mengurangi massa dan volume sampah hingga 90%.

Sistem kontrol atau pengendali diperlukan pada mesin insenerasi untuk memastikan bahwa emisi partikel dan gas buangan tetap dalam batas yang ditetapkan. Dengan demikian, asap yang dihasilkan dari mesin tersebut dapat dijamin telah berubah menjadi gas yang tidak berbahaya.

Pengolahan sampah menjadi energi listrik melalui teknologi insinerasi melibatkan beberapa tahapan yang dapat dibedakan, antara lain:

1. Tahap Pra-Pengolahan

Dalam tahap pra-pengolahan sampah, terdapat dua langkah yang diperlukan, yaitu penyortiran dan homogenisasi. Penyortiran sampah bertujuan meningkatkan nilai kalor sampah sebelum dimasukkan ke mesin insinerator.

Berikutnya, homogenisasi, yang berupa pencampuran sampah, berperan dalam mengatur masukan energi pada proses insinerasi.

2. Tahap Pembakaran

Terdapat tiga prinsip utama dalam proses pembakaran diantaranya suhu, gerakan turbulen, dan waktu. Kenaikan suhu menyebabkan peningkatan gerakan turbulen, yang dapat memperpanjang durasi flue gas selama proses pembakaran.

3. Tahap Pemulihan Energi

Pemulihan energi ini bergantung pada kondisi pasar energi lokal. Hasil Energi termal nantinya dipulihkan melalui penggunaan boiler untuk mencegah kontak langsung antara pipa air dan nyala api pada temperatur tinggi.

4. Tahap Penanganan Gas Buang APC sistem

Metode insinerasi dalam mengolah sampah dapat menyebabkan risiko kesehatan akibat flue gas yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan sistem kontrol polusi udara yang disebut Air Pollution Control System (APC System) untuk mengurangi emisi dari flue gas ini. Dengan demikian, hasil energi termal tidak mengakibatkan pencemaran udara.

5. Tahap Kontrol Emisi dan Pelepasan Gas melalui Cerobong

Sesudah melewati sistem APC, bahan akan masuk ke proses pengendalian emisi dan pelepasan gas melalui cerobong. Gas dengan temperatur tinggi akan dimanfaatkan dalam mengubah air menjadi uap bertekanan tinggi.

Uap ini akan dimanfaatkan dalam menggerakkan turbin uap yang terhubung langsung dengan generator listrik, kemudian energi listrik yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari..

Teknologi insinerasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Beberapa kelebihan teknologi ini diantaranya:

  • Menghasilkan energi listrik dengan menggunakan panas dari bumi dan dari proses pembakaran sampah.
  • Dapat mengurangi kandungan bakteri yang dapat mencemari lingkungan.
  • Memungkinkan pengolahan sampah dalam waktu yang relatif singkat.

Namun, teknologi insinerasi juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

  • Menghasilkan emisi CO2 yang tinggi dari penggunaan teknologi ini dapat menyebabkan peningkatan pemanasan global karena pelepasan gas beracun ke atmosfer.
  • Terdapat risiko pencemaran lingkungan jika tidak diikuti dengan pengelolaan emisi gas buang.
  • Pembakaran sampah menghasilkan abu sebanyak 20% dari total sampah yang terbakar.

Dengan diterapkannya teknologi ini, diharapkan dapat mengurangi penumpukan sampah pada Tempat Pembuangan Akhir. Selain itu, energi listrik yang dihasilkan dapat menjadi alternatif untuk mengurangi beban polusi udara dari hasil pembakaran batu bara di PLTU.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak