Emisi UKM Meningkat, Pebisnis Wajib Terapkan Strategi Dekarbonisasi

Hernawan | Dwi Yuliani
Emisi UKM Meningkat, Pebisnis Wajib Terapkan Strategi Dekarbonisasi
Emisi karbon yang dihasilkan pelaku UKM (Unsplash/Babas)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memegang peran penting dalam keseimbangan perekonomian nasional. Eksistensi perkembangan UKM di Indonesia bahkan menjadi perhatian seluruh kalangan masyarakat, terutama dalam membantu masyarakat memperbaiki kondisi finansialnya. Saat ini, sektor UKM mulai berkembang dan semakin kreatif untuk terus menarik minat masyarakat. Melansir laman mpr.go.id, data dari Kementerian Koperasi dan UKM pada 2023, mengungkapkan bahwa sektor UKM berhasil menyerap tenaga kerja nasional sebanyak 97% dengan jumlah pelaku usaha mencapai 67 juta. 

Namun, semakin meningkatnya partisipasi pelaku usaha  di sekitar kita juga mengartikan tingginya emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer melalui penggunaan bahan bakar berlebih, sehingga menimbulkan kekhawatiran pada krisis iklim yang saat ini mulai sering terjadi.

Perlu kita ketahui, emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh UKM di Indonesia mencapai 216 juta ton karbon dioksida dalam setahun, yang mana menurut hasil survei Institute for Essential Services Reform (IESR), angka tersebut hampir menempati posisi yang sama dengan jumlah emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan dari sektor industri nasional, yaitu sebesar 238,1 juta ton karbon dioksida pada 2022.

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menyatakan bahwa UKM memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian Net Zero Emission (NZE), selambatnya 2060 atau bahkan lebih cepat. 

Apa itu Dekarbonisasi?

Pasar Lama Tangerang, Kota Tangerang, Banten (DocPribadi/Dwi Nanda)
Pasar Lama Tangerang, Kota Tangerang, Banten (DocPribadi/Dwi Nanda)

Dekarbonisasi adalah proses mengurangi atau menghilangkan secara signifikan emisi karbon dioksida (CO2) dan emisi gas rumah kaca (GRK) lainnya dari atmosfer. Sehingga, strategi dekarbonisasi dapat diartikan sebagai cara efektif dan efisien yang dapat mengurangi emisi karbon dioksida dan emisi gas rumah kaca. Hal dasar yang harus diketahui adalah dengan membatasi penggunaan sumber energi.

Mayoritas pelaku UKM belum memahami dan mengetahui batas konsumsi dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari usahanya. Meskipun emisi yang dihasilkan setiap UKM cenderung kecil, tetapi tersebarnya jumlah UKM nasional menghasilkan emisi yang sangat besar apabila digabungkan.

Dalam pernyataan Fabby yang dikutip dari iesr.or.id, ia juga berpendapat bahwa upaya mengurangi emisi atau melakukan dekarbonisasi pada semua tahap distribusi di sektor UKM akan memacu kemampuan UKM untuk maju bersaing secara global. Beberapa solusi pemerintah terhadap situasi ini belum memberikan kemajuan, karena memerlukan fasilitas, teknologi, dan sumber daya yang mendukung pula, sehingga partisipasi masyarakat sangat diharapkan. Maka, para pebisnis dapat melakukan upaya dini untuk mengurangi penumpukan emisi karbon di lingkungan kita adalah dengan memahami dan menerapkan strategi dekarbonisasi. 

Menjadi pebisnis yang bijak dalam berusaha, juga penting untuk memahami strategi dekarbonisasi. Berikut beberapa strategi dekarbonisasi yang bisa para pebisnis lakukan untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada UKM yang dimiliki, yakni:

1. Memberikan Batasan terhadap Penggunaan Energi dan Produksi Sampah

Sampah yang mengotori lingkungan (Unsplash/Markus Spiske)
Sampah yang mengotori lingkungan (Unsplash/Markus Spiske)

Aksi ini merupakan langkah awal yang dapat dilakukan para pebisnis. Dapat dimulai dengan memperhatikan seberapa banyak penggunaan energi yang digunakan, menentukan batasan penggunaan energi yang efisien agar emisi yang dikeluarkan tidak terlampau banyak, dan dengan menggunakan bahan-bahan sesuai kebutuhan untuk menghindari penumpukan sisa bahan-bahan yang berakhir menjadi sampah. Langkah ini untuk mengukur dan mengelola jejak karbon dari bisnis yang dimiliki.

2. Memahami Penggunaan Energi Terbarukan dan Peralihan Bahan Bakar

Bahan bakar arang (Unsplash/Eka P Amdela)
Bahan bakar arang (Unsplash/Eka P Amdela)

Cara tradisional masih mengandalkan bahan bakar yang terkenal akan emisi karbonnya. Namun, para pebisnis memiliki banyak pilihan cara yang bisa dilakukan dalam menambah pemahaman dalam sektor ini. 

Pertama, sumber online atau media sosial menyediakan banyak informasi dengan mengakses berita, artikel, jurnal penelitian, dan masih banyak lagi. Tetapi, perlu ditegaskan kembali untuk memastikan sumber yang diakses adalah kanal informasi terpercaya dan jelas sumber informasinya.

Kedua, menghadiri seminar yang membahas tentang informasi peralihan energi terbarukan yang rendah emisi. Seminar biasanya mengundang narasumber yang ahli di bidang industrinya, sehingga selain mendapatkan relasi di tujuan yang sama, kamu juga memperoleh wawasan dan pengalaman dari pejabat industri di bidang tersebut.

Ketiga, kamu dapat mengikuti pelatihan atau workshop yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah, lembaga non-pemerintah, atau institusi pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis 

3. Menunjukkan Atensi kepada Perusahaan Besar, Pemerintah, dan Akademisi

Promosi bisnis rendah emisi (Unsplash/Kaleidico)
Promosi bisnis rendah emisi (Unsplash/Kaleidico)

Peralihan energi terbarukan menjadi hal yang sulit diterapkan banyak orang, apalagi jika terdapat keterbatasan fasilitas dan pengetahuan. Di samping itu, pihak-pihak seperti perusahaan, pemerintah, dan akademisi dapat dijadikan solusi karena mereka memiliki banyak akses yang bisa para pebisnis manfaatkan, seperti pengetahuan, sumber daya, hingga pengalaman. Terutama bagi ahli-ahli dengan latar belakang yang mendukung adanya transformasi energi rendah emisi atau energi terbarukan. Kini, hanya bagaimana strategi dan komitmen para pelaku UKM dapat mempromosikan bisnisnya dengan baik dan semangat tinggi.

4. Kesadaran akan Konsekuensi Krisis Iklim pada Bisnis

Krisis iklim (Unsplash/Muhammad Numan)
Krisis iklim (Unsplash/Muhammad Numan)

Para pebisnis harus sadar bahwa segala aktivitas yang dilakukan bisa berdampak pada bisnis mereka. Dimulai dari aktivitas bisnis, seperti produksi, transportasi, dan penggunaan energi, dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca dan kontribusi terhadap perubahan iklim global. Sama maknanya seperti apa yang kita lakukan akan berdampak di masa mendatang. Hal ini harus diwaspadai dari sekarang sebelum memicu banyak kerugian yang akan merusak nantinya.

5. Menggunakan Layanan Offset Karbon

Offset carbon (unep.org)
Offset carbon (unep.org)

UKM dapat memanfaatkan layanan penyeimbang karbon yang disediakan oleh penyedia offset karbon. Contohnya adalah Fairtamos yang menyediakan kalkulator karbon yaitu AtmosCheck, AtmosWatch untuk mengetahui jejak karbon, serta AtmosFund untuk layanan dana bagi penggunaan proyek-proyek pendukung rendah emisi yang digunakan. Media-media tersebut perlu diketahui dahulu apa fungsinya, bagaimana cara menggunakannya, efek yang didapatkan, dan apa yang harus diperhatikan. Disarankan untuk didampingi oleh ahli atau orang yang memahami media tersebut untuk pengalaman yang lebih baik.

6. Berani Berpatisipasi dalam Kampanye Kesadaran Lingkungan

Kampanye kesadaran lingkungan (Unsplash/Markus Spiske)
Kampanye kesadaran lingkungan (Unsplash/Markus Spiske)

Tidak perlu takut kalah saing dan merasa sendiri dalam mencoba peralihan energi rendah emisi. Banyak pakar ahli yang menantikan bisnis dengan model ini karena pengaruhnya terhadap lingkungan sangat baik. Dengan berani menunjukkan bisnis model ini, maka akan menarik dan mengumpulkan orang-orang dengan tujuan yang sama. Hal ini bisa mendorong kamu untuk mendirikan suatu komunitas di bidang tersebut dan menggalang kampanye atau promosi terkait bisnis energi rendah emisi untuk diterapkan sedini mungkin dalam mencegah krisis iklim.

Upaya kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah tentu merupakan kolaborasi yang akan membawa perubahan baik.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak