Setiap berkunjung ke Selatan Jember pasti saya selalu menantikan saat berpapasan dengan Pegon, kereta tradisional mirip pedati yang ditarik oleh dua ekor sapi. Bahkan karena dinilai menjadi salah satu simbol kekayaan budaya masyarakat di Jember Selatan, alat transportasi ini dibuatkan tradisi khusus yang hingga kini masih bertahan di setiap peringatan Lebaran Ketupat di H+7 Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi yang diciptakan oleh leluhur di selatan Jember, tepatnya di tepian Pantai Watu Ulo, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu menjadi kearifan yang hingga kini masih bisa dinikmati. Bahkan bagi sebagian warga Ambulu, Pegon bukan hanya alat transportasi, tetapi juga representasi dari tradisi dan kearifan lokal yang dijaga hingga saat ini.
Sejarah Pegon Khas Ambulu yang Bertahan Melawan Waktu
Asal-usul Pegon bermula dari kebutuhan masyarakat untuk transportasi di daerah pedesaan yang terkadang sulit dijangkau di masa lampau. Pegon menjadi solusi praktis, menggabungkan fungsi transportasi dengan kepemilikan sapi yang menjadi harta benda yang dimiliki oleh warga untuk melakukan berbagai aktivitas. Seiring berjalannya waktu, Pegon telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat di selatan Jember hingga tetap bisa ditemui sampai kini.
Di masa lampau, Pegon merupakan salah satu alat transportasi andalan yang digunakan masyarakat untuk mengangkut hasil panen dan bahan material. Meskipun bergerak dengan kecepatan yang lambat, alat ini tetap jadi primadona. Memiliki desain yang sederhana, Pegon dapat membawa beban yang cukup berat, menjadikannya solusi praktis bagi para petani dan warga yang menggunakannya. Konon di masanya, Pegon bukan hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga menjadi status sosial seorang warga, serupa mobil jika di jaman sekarang.
Menjaga Pegon Lewat Festival di Setiap Lebaran
Seperti yang saya singgung di atas mengenai upaya Pemkab Jember untuk menjaga warisan Pegon agar tidak berkurang setiap tahunnya. Maka semenjak tahun 1998 acara Festival Pegon di setiap Lebaran Ketupat di H +7 Hari Raya Idul Fitri rutin digelar. Saat acara berlangsung Pegon sering dihiasi dengan berbagai pernak pernik kertas warna-warni serta hasil panen yang juga di tata rapi.
Dua sapi, sebagai penggerak utama juga tidak luput dari hiasan itu, selain terlatih dengan baik untuk menarik beban, saat festival tiba biasanya para sapi juga ikut dihias dengan aksesori tradisional guna menyemarakan suasana. Berkat festival itu, keberadaan Pegon tidak hanya menjadi fungsi transportasi saja, namun lebih dari itu hubungan harmonis antara tradisi yang tetap terjaga karena ada edukasi.
Tantangan dan Masa Depan Pegon Ambulu
Meksi hingga saat ini Pegon masih bisa ditemui, bukan berarti di tengah perkembangan zaman dan modernisasi, alat transportasi ini tidak menghadapi berbagai tantangan. Sebab tidak dipungkiri dengan adanya kendaraan bermotor, penggunaan Pegon mulai berkurang. Namun, upaya Pemkab Jember berusaha untuk melestarikan Pegon melalui berbagai inisiatif, seperti festival dan edukasi untuk generasi muda menjadi salah satu cara.
Upaya tersebut setidaknya membuat para pemilik Pegon tetap menjaga alat transportasi tradisional itu sehingga diharapkan dapat menarik minat warga lain untuk melestarikan warisan tradisi tersebut. Seperti di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu yang melihat Pegon sebagai bagian penting dari identitas budaya dan tradisi warganya. Melalui Pegon, nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal diwariskan dari generasi ke generasi.
So, saat perayaan Idul Fitri di Ambulu tidak ada salahnya kalian singgah saat berada di Kabupaten Jember. Kamu akan melihat Festival Pegon yang bukan hanya sekedar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ajang untuk melestarikan tradisi menggunakan Pegon. Kamu bisa ikut berkumpul, berbaur dengan wara, dan belajar kembali dari nilai-nilai yang diusung oleh Pegon. Ditunggu ya, saat hari raya~