Mengapa Tidak Ada yang Abadi

Tri Apriyani | Syafruddin
Mengapa Tidak Ada yang Abadi
Ilustrasi masjid (pexels-konevi)

Jangan percaya pada semua atribut duniawi, jabatan, kekayaan, kecerdasan, popularitas, kekuasaan dan kecantikan semuanya akan sirna seiring berjalannya waktu. Semuanya tidak ada yang abadi, kecuali kehidupan setelah kematian.

Terus melangkah dengan kondisi saat sekarang baik dari kesehatan, finansial, tinggi rendahnya status sosial, kaya dan miskin bukan menjadi penghalang menuju perbaikan dan mencapai kebaikan.

Sanjungan atas diri kita akan berubah saat kondisi kita berubah. Ketika kita berada di atas, kata-kata sampah yang kita ucapkan terasa harum semerbak laksana kata-kata bijak. Namun saat kita berada di bawah, kata-kata bijak pun yang kita ucapkan tak ada yang mendengar karena aromanya terasa sampah.

Kita akan mudah mengenali mana sahabat dan mana penghianat disaat kita jatuh. Maka ketika kita berjaya, carilah sahabat terbaik, dan biasanya dia akan sembunyi dan menjaga jarak dengan kita, karena memang sahabat terbaik itu bukan yang datang tiba-tiba disaat dirimu berada di atas.

Tidak ada orang baik yang tidak ada masa lalu, dan tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi baik.Sekelam apapun masa lalunya dahulu, sekeras apapun lingkungannya dahulu dan seburuk apapun perangainya dimasa lalu, berilah peluang baginya untuk berubah menjadi orang baik.

Karena orang yang hampir membunuh Rasulullah pun kini jasadnya bisa berbaring di sebelah makam Beliau, yaitu Umar bin Khattab. RA. Dan seorang aktor dibalik kekalahan pasukan Muslimin di Uhud yang menyebabkan syahidnya Hamzah, paman Nabi ternyata bisa berubah menjadi "Pedangnya Allah". Itulah Khalid bin Walid. RA.

Jangan memandang seseorang dari masa lalunya, statusnya atau hartanya. Karena sepatu emas Fir'aun ternyata ada di neraka dan sandal Bilal bin Rabbah, RA terdengar di syurga.

Hal ini menjadi contoh teladan yang bisa dijadikan refrensi dalam melangkah ke depan tidak perlu merisaukan apa yang sekarang kita alami, baik dan buruk semua menjadi takdir yang akan bisa dirubah seiring berjalan waktu. Niat menjadi penentu dalam merubahnya di barengi kemauan, usaha beserta doa, Selebihnya kembali ke yang maha kuasa dengan berikhtiar.

Lihatlah, bunga teratai ternyata bisa mekar indah meski hidup di air yang kotor. Intinya adalah tetap semangat dan selalu optimis serta bermujahadah terus menerus menjemput hidayah Allah. Tak perlu menjadi lebih baik dari orang lain, tapi cukuplah menjadi lebih baik dari dirimu kemarin.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak