Dunia Pertamaku

Munirah | Ina Barina
Dunia Pertamaku
Ilustrasi ibu dan anak (Pixabay)

Bicara tentang hidup,

Berarti bicara tentang nyalanya sebuah dunia,

Bicara tentang,

Butiran cerita yang menggerumul dalam satu pusaran,

Ya, duniaku.

Aku pernah berpikir, bahwa dunia adalah tentang dimana aku berada

Dunia adalah tempat dimana hidupku berjalan,

Dimana ceritaku mulai mengalir,

Dan berhenti dalam dunia yang baru lagi.

Tapi, bukankah itu salah?

Dunia bukan lagi sebuah tempat untukku,

Dunia lebih seperti sebuah perasaan yang menghangatkanku dari dinginnya kehidupan,

Dunia adalah tentang sebuah dekapan,

Sebuah selimut hati yang selalu membersamai dimanapun tempatku berpijak.

Sampai akhirnya, aku mengerti

Duniaku tidaklah ada dalam diriku sendiri,

Ia ada dalam diri orang-orang yang memberiku kehangatan,

Ia tumbuh dalam taman kehidupan dari berbagai macam cerita,

Dan aku, berhenti pada sebuah halaman pertama

Yang menjadi dunia pertamaku.

Siapa, atau bagaimana

Tetapi aku yakin,

Dunia pertama setiap manusia yang hidup di semesta ini,

Adalah dia, perempuan kuat nan anggun dengan segala pesonanya

Satu-satunya orang yang akan selalu mengulurkan tangannya,

Membantuku melompati setiap terjalan batu kehidupan,

Meyakinkanku,

Bahwa semesta tidaklah sekejam gitu.

Ibu, dia yang selalu membuat diriku menyala dalam setiap cerita

Membuat percaya,

Bahwa ada satu hal yang tidak akan pernah berubah menjadi bumerang untukku,

Ya, kasih sayangnya.

Kasih sayangnya akan selalu mendekapku erat,

Membuatku merasa begitu tenang,

Dan hanyut dalam alunan kehangatannya,

Dan disanalah aku percaya,

Bahwa ada satu sosok yang akan selalu menjadi dunia untukku,

Dunia pertama, yang hidup selamanya

Dalam sosok seorang ibu, selalu.

Bicara tentang hidup,Berarti bicara tentang nyalanya sebuah dunia,Bicara tentang,Butiran cerita yang menggerumul dalam satu pusaran,Ya, duniaku.

Aku pernah berpikir, bahwa dunia adalah tentang dimana aku beradaDunia adalah tempat dimana hidupku berjalan,Dimana ceritaku mulai mengalir,Dan berhenti dalam dunia yang baru lagi.

Tapi, bukankah itu salah?Dunia bukan lagi sebuah tempat untukku,Dunia lebih seperti sebuah perasaan yang menghangatkanku dari dinginnya kehidupan,Dunia adalah tentang sebuah dekapan,Sebuah selimut hati yang selalu membersamai dimanapun tempatku berpijak.

Sampai akhirnya, aku mengertiDuniaku tidaklah ada dalam diriku sendiri,Ia ada dalam diri orang-orang yang memberiku kehangatan,Ia tumbuh dalam taman kehidupan dari berbagai macam cerita,Dan aku, berhenti pada sebuah halaman pertamaYang menjadi dunia pertamaku.

Siapa, atau bagaimanaTetapi aku yakin,Dunia pertama setiap manusia yang hidup di semesta ini,Adalah dia, perempuan kuat nan anggun dengan segala pesonanyaSatu-satunya orang yang akan selalu mengulurkan tangannya,Membantuku melompati setiap terjalan batu kehidupan,Meyakinkanku,Bahwa semesta tidaklah sekejam gitu.

Ibu, dia yang selalu membuat diriku menyala dalam setiap ceritaMembuat percaya,Bahwa ada satu hal yang tidak akan pernah berubah menjadi bumerang untukku,Ya, kasih sayangnya.

Kasih sayangnya akan selalu mendekapku erat,Membuatku merasa begitu tenang,Dan hanyut dalam alunan kehangatannya,Dan disanalah aku percaya,Bahwa ada satu sosok yang akan selalu menjadi dunia untukku,Dunia pertama, yang hidup selamanyaDalam sosok seorang ibu, selalu.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak