Petikan Sanubari Berkata Kesepian

Munirah | Rico Andreano Fahreza
Petikan Sanubari Berkata Kesepian
Ilustrasi Kesepian. (pixabay.com)

Petikan sanubari berkata kesepian mengurai segenap ungkapan layunya langkah terpasung dalam pesakitan. Kiasan keheningan lenyapnya hayat yang terlukiskan terasa semu. Melayang amat jauh tatapan langkah seakan sanubari menanti jalan yang lurus. Tangisan raga membekuk hamparan isi sanubari.

Cakrawala dentuman nadi berucap pada saujana hayat yang menjawab nelangsa bergetar sangat cepat. Bertautan pada rangkaian lapis-lapis sendi raga. Kesepian terasa getir menghembuskan seruan menggerakkan pikiran.

Sanubari menjadi tak nyata rupanya terbenam merias ungkapan rasa kegundahan. Seakan tak ada lagi pelita dari penjuru manapun yang menghiasi sanubari kian terasa gelap. Rupa-rupa detak nyawa yang berucap semakin kencang.

Kesepian hanya bagian dari dunia yang sebenarnya berkibar tak ada nyawa apapun. Musabab nyawa yang ada di dunia bagai rongsokan tak menghantarkan faedah apa-apa. Menjawab keramaian nyawa semu yang telah lama dipertanyakan. Ringkasan lenyapnya ceruk hayat yang sudah tak kembali pada dunia.

Bara kesepian menyapu bersih nyawa yang membekas pada lukisan sandaran raga. Memanggil nama manusia melumpuhka detak nyawa yang ada. Lipatan kesepian terkandung ungkapan membawa lampiran ihwal misteri segenap hayat. Bertaburan rupa-rupa langkah yang terhenti. Kesepian sejati sungguh mengajarkan falsafah akhir dunia semakin singkat.

Gerak menuju bahasan tentang ruginya hayat penuh nyawa yang telah layu langkahnya. Sementara piciknya melibas nurani bergentayangan menyelimuti dunia amat luas rupanya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak