Banyak nama tokoh besar yang kita ketahui sebagai tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebut saja Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Jenderal Besar Soedirman dan masih banyak nama tokoh besar lainnya yang berperan dalam rangka meraih kemerdekaan. Nama-nama tersebut pasti sudah tidak asing dan sangat sering kita dengar di lingkungan sekolah, buku, media sosial, dan dalam lingkup lainnya.
Namun, apakah kalian pernah mendengar nama M Yusuf Ronodipuro? Siapakah M Yusuf Ronodipuro? Apa perannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia? Pasti masih banyak yang belum mengenal sosok yang satu ini? Untuk mengenal siapa dan apa peran dari M Yusuf Ronodipuro, berikut ulasan mengenai sosok salah satu Pahlawan Nasional ini.
1. Latar belakang
M Yusuf Ronodipuro merupakan putera bangsa kelahiran 30 September 1919, Salatiga, Jawa Tengah. Saat itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda. M Yusuf merupakan lulusan Sekolah Menengah Tinggi Algemene Middelbare School (AMS), Batavia.
M Yusuf Ronodipuro menikahi wanita pilihannya yang bernama Siti Fatima Rassat. Pernikahannya dengan Siti Fatima Rassat dikaruniai tiga orang anak yang bernama Dharmawan, Irawan, dan Fatmi.
2. Pernah bekerja di radio milik Jepang
Dalam karirnya, pada tahun 1943 M Yusuf Ronodipuro pernah bekerja radio militer milik Jepang yang bernama Hoso Kyoku. M Yusuf bekerja sebagai wartawan di radio yang dipimpin oleh Tomo Bachi ini. Sosok pribumi di Hoso Kyoku bukan hanya M Yusuf saja, wakil Tomo Bachi selaku pimpinan Hoso Kyoko adalah seorang Indonesia, yaitu Utoyo Ramlan. Pimpinan redaksi radio milik Jepang ini juga dijabat oleh seorang Indonesia, yaitu Bahtar Loebis. Adik Bahtar Loebis, Mochtar Loebis juga bekerja sebagai wartawan di radio ini, Mochtar juga sering membawakan siaran mancanegara di Hoso Kyoku.
3. Kronologis Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Pada tanggal 6 Agustus 1945, Jepang dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat, tepatnya di kota Hiroshima. Selanjutnya Amerika Serikat melakukan menjatuhi bom atom yang kedua pada Agustus 1945 di kota Nagasaki. Dampak dari penyerangan ini, Jepang menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu. Kabar jatuhnya Jepang oleh tangan Sekutu ini tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia untuk mendeklarasikan Kemerdekaannya. Tepat hari Jumat pagi pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945 dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan oleh Soekarno di jalan Pegangsaan Timur no.56.
4. Kronologis penyiaran kabar Proklamasi Kemerdekaan oleh M Yusuf Ronodipuro
Mengutip laman Indonesia Defense, sebenarnya M Yusuf tidak mengetahui perihal kabar telah dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan, karena sejak tanggal 15 Agustus 1945, staf Radio Hoso Kyoku tidak diperbolehkan masuk atau keluar. Saat ini M Yusuf berada di dalam Radio Hoso Kyoku. Radio itu dijaga ketat oleh Kempetai (Polisi Militer Jepang). Namun, entah bagaimana caranya, seorang yang bernama Syahrudin berhasil masuk Radio Hoso Kyoku untuk mencari M Yusuf Ronodipuro. Syahrudin mengabarkan kepada M Yusuf perihal Proklamasi Kemerdekaan dan memberikan selembar kertas dari Adam Malik yang berisikan teks Proklamasi.
Mengetahui kabar ini, M Yusuf segera menyiarkan kabar ini ke seluruh masyarakat luas. Saat akan menyiarkan kabar ini sempat menemui kendala, karena semua studio siaran dijaga oleh Kempetai. Hingga M Yusuf ingat ada studio siaran mancanegara yang sudah tidak terpakai. Kondisi studio tidak tersambung dengan pemancar, lalu M Yusuf meminta bantuan bagian teknis untuk menyambungkan studio dengan pemancar.
Setelah semuanya siap, pada pukul 19.00, M Yusuf menyiarkan kabar perihal kemerdekaan Indonesia dengan membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan. Kabar ini disiarkan ke seluruh mancanegara dengan menggunakan bahasa Inggris selama dua puluh menit agar dimengerti oleh radi mancanegara seperti BBC, radio Amerika, dan lainnya agar kabar ini dapat diteruskan ke seluruh dunia.
5. M Yusuf Ronodipuro ditangkap dan disiksa oleh Jepang
Dampak dari tindakan M Yusuf dalam menyiarkan kabar Proklamasi Kemerdekaan, adalah M Yusuf ditangkap oleh tentara Jepang serta mendapat siksaan fisik. Selain M Yusuf, seluruh staf Hoso Kyoku yang terlibat juga mendapatkan perlakuan yang sama.
6. M Yusuf Ronodipuro mendirikan RRI
Pasca disiarkannya Proklamasi Kemerdekaan, M Yusuf meminta radio-radio yang ada di daerah diserahkan ke pihak Indonesia dari tangan Jepang. Namun, Jepang menolak permintaan itu dengan dalih Indonesia harus diserahkan ke pihak tentara sekutu terlebih dahulu. Pada 11 September 1945 diadakan perundingan kembali oleh pihak Jepang perihal penyerahan radio ke tangan Indonesia. Jepang kembali menolak permintaan tersebut. Akhirnya radio-radio itu direbut secara paksa oleh pihak Indonesia dan M Yusuf Ronodipuro Kepala RRI.