Kapolri Listyo Sigit Prabowo memuji sosok almarhum Hoegeng Imam Santoso. Ia mengatakan, Jenderal Hoegeng mempunyai pribadi yang penuh integritas, sederhana, dan patut menjadi teladan. Disadur dari humas.polri.go.id pada Selasa (26/11/21), Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan Jenderal Hoegeng telah menunjukkan nilai-nilai yang dapat menginspirasi bukan hanya bagi anggota Polri, bahkan masyarakat pada umumnya.
Hoegeng adalah ikon polisi bebas korupsi yang melegenda sampai sekarang. Ia lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921. Ayahnya adalah Kepala Kejaksaan yang tidak pernah memiliki tanah dan rumah pribadi. Sebelum menjadi Kapolri, Hoegeng adalah menteri di era Sukarno. Ia diangkat menjadi Menteri Iuran Negara pada tahun 1965 dan Menteri Sekretaris Kabinet Inti pada tahun 1966.
Membuang kirimin perabot rumah tangga hingga menolak tawaran rumah
Di awal orde baru, Hoegeng ditunjuk jadi Kapolri periode 1968-1971. Disadur dari Historia.id: Intelijen dan Wajib Helm, salah satu kebijakannya yang masih ada sampai sekarang adalah mewajibkan pengendara sepeda motor memakai helm. Hoegeng dikenal tidak mau menerima suap atau hadiah. Ia pernah menolak hadiah “selamat datang” saat baru bertugas di Medan.
Saat itu, ia membuang kiriman perabot rumah tangga serta tawaran rumah, dan mobil dari pengusaha-pengusaha lokal di Medan, Ramadhan K.H. Abrar Yusra: Hoegeng, Polisi: Idaman dan Kenyataan (1993). Menurut kesaksian Panda Nababan (Wartawan dan Politisi PDI Perjuangan), Hoegeng juga pernah murka kepada seorang pengusaha karena ia disuguhi “uang pelican” untuk kasusnya.
Disadur dari sinarharapan.co.id, Panda Nababan mengatakan Katik Saroso menasihati ia untuk tidak mewawancarai Hoegeng dulu, karena ia sedang marah besar. Kemudian, Hoegeng pun bercerita kepadanya bahwa pengusaha tersebut mau memberikan sejumlah uang untuk kasus itu.
Memilih buat grup musik The Hawaiian Seniors ketimbang ditugaskan ke Belgia
Dua tahun sebelum masa jabatannya berakhir, Hoegeng "digusur" Soeharto. Banyak yang mengaitkan pencopotan ini dengan terbongkarnya kasus Robby Tjahjadi dan kegigihannya menguak kasus pemerkosaan Sum Kuning. Ia diganti Mohammad Hasan yang usianya lebih tua dari Hoegeng. Hoegeng ditawari tugas baru, didubeskan ke Belgia. Namun, ia menolak dan lebih memilih buat grup musik The Hawaiian Seniors.
Perlawanan Hoegeng terhadap orde baru tidak berhenti di situ. Pada Mei 1980, Hoegeng bersama 49 tokoh nasional lainnya menandatangani Petisi 50, yakni surat protes menggugat Presiden Soeharto yang dianggap anti-kritik dan telah menyalahgunakan Pancasila.
Demi mengabdikan kejujuran dan integritasnya, Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) pernah memberi usulan agar Hoegeng menjadi pahlawan nasional. Ketua MPR Bambang Soesatyo juga menyinggung soal ini pada acara ‘Bedah Buku 100 Tahun Hoegeng’, 26 Oktober 2021 lalu. Disadur dari timesindonesia.co.id, Bambang Soesatyo mengatakan usulan itu patut diperjuangkan bersama.
Hal tersebut dikarenakan Hoegeng bukan hanya milik Jawa Tengah dan bukan milik Polri saja. Terlebih, karena begitu kuatnya integritas Hoegeng, almarhum Gus Dur pernah mengatakan cuma ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng.