'Lebih Senyap dari Bisikan' adalah novel yang mengangkat isu pernikahan, kehamilan, dan tekanan sosial terhadap perempuan dengan cara yang subtil namun mengena.
Andina Dwifatma menghadirkan kisah Amara dan Baron, pasangan yang telah delapan tahun menikah dan menghadapi berbagai ekspektasi dari lingkungan sekitar, terutama terkait anak.
Kisah ini tidak hanya berkutat pada upaya Amara untuk hamil, tetapi juga membahas tekanan sosial yang sering kali hanya dibebankan kepada perempuan.
Mengapa pertanyaan "sudah isi belum?" selalu diarahkan ke istri, bukan ke suami? Novel ini menggambarkan bagaimana perempuan sering kali menjadi pihak yang paling terbebani oleh ekspektasi keluarga dan masyarakat.
Namun, konflik tidak berhenti ketika Amara akhirnya hamil. Novel ini juga mengeksplorasi kecemasan seorang calon ibu, perubahan yang terjadi dalam pernikahan, serta realitas menjadi orang tua yang jauh dari bayangan ideal.
Salah satu kekuatan utama novel ini adalah gaya penceritaan Andina Dwifatma yang cerdas dan tidak bertele-tele.
Tempo cerita terasa pas, tidak ada bagian yang terasa terlalu panjang atau membosankan. Penulis tahu kapan harus mengakhiri sebuah plot dan membawa pembaca ke konflik berikutnya dengan mulus.
Selain itu, penggunaan sudut pandang pertama membuat pembaca lebih dekat dengan emosi dan kegelisahan Amara. Kita bisa merasakan perjuangan, ketidakpastian, dan kekhawatiran yang dialaminya seiring berjalannya waktu.
Bumbu satir dalam novel ini juga menjadi nilai tambah yang menarik. Kejenakaan yang diselipkan dalam narasi memberikan keseimbangan antara tema yang berat dengan penyampaian yang lebih ringan dan menyegarkan.
Hal ini membuat novel tetap terasa reflektif tanpa menjadi terlalu muram atau depresif.
Novel ini sangat berhasil menggambarkan kompleksitas rumah tangga dan tekanan sosial yang banyak dialami pasangan suami istri di dunia nyata.
Tidak ada bagian yang terasa terlalu panjang atau tidak perlu, sehingga novel ini mudah dinikmati tanpa terasa bertele-tele.
Dalam novel ini, Amara digambarkan sebagai tokoh yang sangat realistis, dengan segala kegundahan dan kegetiran yang bisa dirasakan banyak perempuan di dunia nyata.
Hal ini mampu memberikan perspektif yang lebih tajam terhadap realitas sosial tanpa terasa menggurui.
Karena novel ini diceritakan dari sudut pandang Amara, ada beberapa hal yang terasa kurang tergali dari sudut pandang Baron atau karakter lain.
Meskipun diceritakan dengan ringan, tema tentang tekanan sosial terhadap perempuan dan kegelisahan menjadi ibu mungkin terasa terlalu emosional bagi sebagian pembaca.
'Lebih Senyap dari Bisikan' adalah novel yang menyajikan potret pernikahan dan kehamilan dengan cara yang jujur, reflektif, dan penuh ironi.
Novel ini layak dibaca oleh siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang ekspektasi dalam rumah tangga dan beban yang sering kali hanya ditanggung oleh perempuan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS