Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia sebagai alat untuk komunikasi dengan makhluk sosial lainnya dengan menggunakan tanda, seperti kata dan gerakan. Dalam kajian ilmiah bahasa disebut juga ilmu linguistik
Dalam retorika interpersonal, pragmatik membutuhkan prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan menurut Wijana (91996:55) berhubungan dengan dua peserta percakapan yakni terdiri diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur dan orang ketiga dibicarakan penutur dan lawan tutur.
Sebagai anggota masyarakat bahasa, penutur tidak hanya terikat dengan hal-hal yang bersifat tekstual, yaitu bagaimana kita membuat tuturan yang mudah dipahami oleh lawan tuturnya. Untuk itu, penutur harus menyusun tuturannya agar lawan tuturnya merasa diperlakukan dengan santun. Teori kesopanan Leech dengan beberapa maksimnya memberitahukan tentang bagaimana kita dapat bertutur secara sopan.
Maksim dalam prinsip kesopanan terbagi dua yaitu maksim dua kutub dan maksim satu kutub. Dalam prinsip kesopanan ini, digunakan dalam bentuk ujaran untuk mengekspresikan kesopanan. Yakni bentuk ujaran secara impositif, komisif, ekspresif, dan asertif.
Ujaran impositif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan perintah atau menyuruh. Ujaran komisif, berfungsi menyatakan janji atau penawaran. Ujaran ekspresif, dapat digunakan untuk menyampaikan sikap psikologis pembicara terhadap keadaan tertentu. Ujaran asertif, bisa digunakan untuk menyatakan kebenaran tegantung kepada keadaanya lalu bisa diungkapkan.
1. Maksim Berskala Dua Kutub
Maksim bersekala dua kutub adalah maksim yang berhubungan dengan keuntungan atau kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Maksim ini terbagi dua. Pertama, maksim yang berpusat pada lawan tutur, terdiri dari maksim kebijaksanaan dan kemurahan. Kedua, maksim yang berpusat pada diri sendiri. Terdiri atas maksim penerimaan dan maksim kerendahan hati.
Macam-macam maksim bersekla dua kutub
1. Maksim Kebijaksanaan
Maksim ini diungkapkan dengan tutuan impositif dan komisif. Mewajibkan peserta tindak tutur untuk memperkecil kerugian orang lain atau menyempurnakan keuntungan orang lain.
Leech (dalam wijana (1996:56) membuat contoh tuturan yang tingkat kesopanannya berbeda:
A. Can you answer the phone?
B. Would you answering the phone?
Contoh maksimum kebijaksanaan dalam bahasa indonesia menurut, Wijana yang tidak sopan dan sopan:
A: Datang ke rumah saya!
B: Datanglah ke rumah saya!
A: Sudahlah mending anda antarkan saya sekarang
B: Kalau tidak keberatan, bisakah anda antarkan saya pulang kerumah.
2. Maksim Penerimaan
Maksim ini diutarakan dengan komisif dan impositif. Mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk menyempurnakan kerugian pada diri sendiri dan meperkecil keuntungan kepada diri sendiri.
Contoh maksimum yang di anggap kurang sopan karena penutur berusaha memaksimalkan keuntungan dirinya dengan menyulitkan orang lain dalam kehidupan sehari-hari:
A: Anda harus meminjamkan saya uang sekarang juga
B: Saya akan tinggal di rumahmu mulai malam ini.
Lalu contoh maksim yang meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan kerugian diri sendiri:
A: Dengan senang hati saya akan mengundang anda sekalian untuk makan malam di rumah saya
B: Datanglah saja kerumah saya, lalu akan saya pinjamkan anda uang.
3. Maksim Kemurahan
Maksim kerendahan hati di lakukan dengan menggunakan kalimat ekspresif dan kalimat asertif. Dengan demikian tidak hanya dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang harus berperilaku sopan, akan tetapi di dalam mengungkapkan perasaan dan menyatakan pendapat pun harus selalu bersikap sopan.
Contoh maksimum kemurahan dalam kehidupan sehari-hari:
Wah permainan futsalmu sangat bagus.
4. Maksim Kerendahan Hati
Maksim kerendahan hati diungkapkan dengan menggunakan kalaimat ekspresif dan asertif. Bedanya dengan maksim kemurahan yaitu, maksim ini berpusat pada diri sendiri. Sementara maksim kemurahan berpusat pada lawan tutur.
Contoh maksimum kerendahan hati dalam kehidupan sehari-hari:
A: Kau sangat pandai dalam membobol gawang lawan.
B: Tidak, biasa aja mungkin itu hanya kebetulan. (menyempurnakan ketidak hormatan pada diri sendiri dan memperkecil rasa hormat kepada diri sendiri)
2. Maksim Berskala Satu Kutub
Maksim berskala satu kutub adalah maksim yang berhubungan dengan penilaian terhadap sikap penutur pada dirinya sendiri dan orang lain.
Macam-macam maksim bersekala satu kutub:
1. Maksim Kecocokan
Maksim ini diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Maksim ini menggaris bawahi agar setiap penutur dan lawan tutur untuk saling menyempurnakan kecocokan di antara keduanya dan memperkecil rasa ketidakcocokan diantara mereka.
Contoh:
A: Mata pelajaran matematika sulit ya?
B: Siapa bilang, mudah kok.
2. Maksim Kesimpatian
Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim ini mewajibkan setiap peserta pertuturan harus menempurnakan rasa simpatinya dan memperkecil rasa tidak peduli kepada lawan tuturnya. Jika lawan tutur mengalami kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur terkena masalah atau musibah, penurut wjib ikut berduka cita atau mengucapkan ucapan belasungkawa sebagai rasa peduli.
Contoh maksim yang memberikan ucapan selamat dalam kehidupan sehari-hari:
A: Aku lolos tes dan di terima jadi anggota TNI, Jon.
B: Alhamdulillah, selamat ya semoga kedepannya bisa sukses!
A: Bibi baru saja mengalami kecelakaan di jalan tol dan mengalami luka yang cukup parah.
B: Inalillahi, aku turut berduka cita.
Contoh maksim yang memberikan rasa simpati dalam kehidupan sehari-hari:
A: Aku gagal tes dan di tolak Jadi anggota TNI, jon..
B: Jangan sedih ya. Mungkin hari ini bukan rezekinya kamu
A: Bibi baru saja mengalami kecelakaan di jalan tol dan mengalami luka yang cukup parah.
B: Sabar ya, semoga aja doker bisa menanganinya.
Jika di Bandingkan dengan contoh berikut yang melanggar maksim kesimpatian.
A: Aku gagal tes dan di tolak Jadi anggota TNI, jon..
B: Wah, pintar sekali kamu. Selamat ya!
A: Bibi baru saja mengalami kecelakaan di jalan tol dan mengalami luka yang cukup parah.
B: hmmm aku ikut senang dengan kabar tersebut.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, bahasa sebagai media komunikasi yang begitu penting dalam berinteraksi atau bersosial satu dengan yang lainnya. Ternyata juga memiliki beberapa macam/aturan di dalamnya.
Seperti yang di jelaskan pada teori Leech tentang kesopanan atau kesantunan berhasa terbagi menjadi dua macam yakni maksim berskala dua kutub dan maksim yang berskala satu kutub. Dengan demikian kita dapat menjadi manusia yang adaptif dalam menentukan bahasa yang selama ini kita gunakan.