Review Film Ananta : Antara Cinta, Karsa, dan Karya

Candra Kartiko | Ruslan Abdul Munir
Review Film Ananta : Antara Cinta, Karsa, dan Karya
Film ini dibintangi oleh Michelle Ziudith, Fero Walandouw, dan Nino Fernandez sebagai pemeran utama (Youtube/KLIPFILM Trailers/ ruslanyogaswara)

Film ini mengisahkan sosok perempuan bernama Tania yang memiliki sifat emosional, agresif dan terkesan aneh di mata teman-teman bahkan keluarganya sekalipun. Kecintaannya terhadap seni, ia tuangkan dalam lukisan-lukisan yang ia buat setiap saat melalui imajinasi liarnya yang tidak bisa orang lain tebak.

Kehidupannya hampir berubah 180 derajat ketikan ia dipertemukan dengan seorang pria udik namun baik bernama Ananta. Gaya bicaranya yang khas menunjukan bahwa Ananta adalah orang berdarah sunda. "Teh Tatan" itulah panggilan hormat Ananta pada Tania, yang terkadang membuat Tania risih dengan panggilan tersebut.

Tania tak menyangka Ananta akan hadir dalam kehidupannya. Dia begitu sabar menghadapi sikapnya yang terkesan selalu menjajah Ananta dengan segala ocehan dan tindakannya yang tidak pernah mengenakkan pada Ananta.  Ananta selalu berusaha memahami kondisi, sifat hingga kepribadian Tania. Hingga suatu saat Nasi Kerak yang ia berikan kepada Tania menjadi penyambung hubungan baik antara dia dengan Tania. 

Seiring berjalannya waktu, Tania mulai menyadari bahwa Ananta adalah orang kedua yang bisa memahami dirinya setelah Ayahnya yang telah lama meninggal dunia. Ia menyadari hidupnya kian berwarna dengan hadirnya Ananta dalam kehidupannya.

Namun hubungan mereka hanyalah sebatas teman biasa karena diawal mereka telah menulis sebuah surat perjanjian bermatraikan darah yang isinya hubungan mereka adalah sebatas hubungan pekerjaan tidak lebih dari itu. Tetapi ternyata ada sebuah teka-teki dibalik kehadiran Ananta dalam kehidupannya. Penasaran kan?...yang belum nonton  pastikan harus nonton dan cari tahu jawabannya !

Setiap Orang Punya Potensi

Dalam film ini menunjukan bahwa seseorang memiliki potensi dan kemampuan masing-masing. Sosok Tania yang diperankan oleh Michaelle Ziudhith dalam film tersebut merupakan orang yang bisa dibilang introvert, sering menyendiri dan cenderung anti sosial. Namun siapa sangka dibalik sosoknya itu tersimpan potensi yang sangat besar dalam dirinya.

Imajinasinya yang sangat kuat, terkadang ia tuangkan dalam goresan-goresan karya yang ia buat dalam kertas atau kanvas. Dari film ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam berkarya atau berprestasi kita tidak akan lepas dari yang namanya kolaborasi.

Kehadiran Ananta yang dipernankan oleh Fero Walandouw dalam kehidupan Tania secara tidak langsung membangkitkan semangat Tania dalam menuangkan imajinasinya lebih dalam hingga menghasilkan karya-karya lukisan yang berhasil dipamerkan dalam sebuah galeri pameran lukisa terkenal di Yogyakarta  milik Pieere yang diperankan oleh Nino Fernandez.

Saling Memahami Orang Lain

Berkaca pada tokoh Ananta, meskipun Tania awalnya  tidak pernah suka dan tidak berharap dirinya masuk kedalam  kehidupannya, Ananta tetap berusaha untuk tidak membenci Tania. Justru ia sangat begitu sabar dan pemaaf meski perlakuan Tania tidak sebaik perbuatannya. Karena  bagaimanapun suatu keburukan janganlah dibalas dengan keburukan pula. Hendaklah balas dengan kebaikan agar keburukan itu dapat kita reda seiring berjalannya waktu.

Alur Cerita Sangat Menarik

Film ini memiliki alur cerita yang menarik serta dikemas secara apik sehingga seakan-akan memabawa penonton merasakan setiap adegan yang ditampilkan. Alur cerita yang sedikit mengagetkan tentu menjadi poin tersendiri bagi film ini. Alur ceritanya yang berhasil mencampuradukan perasaan mulai dari senang, lucu, romantis, haru tergambar dari setiap adegan cerita yang ditampilkannya.

 Tetapi memang ada sedikit ketidakjelasan dalam beberapa plot cerita yang terkesan dipotong, namun tidak menjadi masalah karena bisa tertutupi oleh kulitas aransemen musik dan visualnya yang sangat menarik. Terlebih akting dari para pemainnya yang sangat begitu natural dan menjiwai karakter masing-masing tokohnya.

Terhanyut dalam Cerita

Sedikit kecewa karena durasinya kurang panjang, tetapi memang dengan durasi yang sangat singkat itu memeberikan kesan tersendiri . Dalam beberapa adegan memang ada yang membuat penonton begitu terbawa suasana. Terlebih ketikan Tania menangis di pundak Ananta setelah ia melempar-lempar lukisannya karena ia merasa kecewa dan merasa disebut sebagai seorang pelukis plagiat oleh salah seorang pembeli di galeri miliknya.

Seketika itu memberi sentuhan manis dalam ceritanya. Andai saja waktu itu Ananta membalasnya dengan pelukan hangat. Tetapi ia ingat hubungannya dengan Tania adalah sebatas rekan kerja biasa

Aku Bertanya-Tanya

Setelah mengetahui bahwa film ini diadaptasi dari sebuah novel,  yaitu novel yang berjudul "Ananta Prahadi" karya Risa Saraswati. Pertama, dalan novel itu disebutkan bahwa sosok Ananta memang sebagai seorang pria udik dan kampungan. Namun, dalam film tersebut kesan udik dan kampungan masih belum terlalu diperlihatkan khususnya dari segi penampilan atau kostum yang dikenakan Ananta sehari-hari.  

Kedua, memang ada beberapa alur cerita yang dalam novel tersebut tidak ditampilkan bahkan ada perubahan dan itu sangat disayangkan. Memang sangat lumrah terjadi pada film-film yang diadaptasi dari sebuah novel.

Ketiga,  karakter Tania akan benar-benar berubah, terlebih pada momen ketika ia berhasil memamerkan karya-karya lukisannya pada salah satu galeri pameran terkenal di Yogyakarta milik Pieere. Namun ternyata tidak ada perubahan sikap yang signifikan.

Terlepas dari itu semua film ini patut mendapatkan apresiasi karena mampu menyajikan tontonan yang sangat menghibur. Terutama sangat mengapresiasi bagi para sutradara Indonesia yang dalam film ini yakni Rizki Balki  yang mampu  menggagas film ini dengan sebaik mungkin.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak