Pada waktu usia kehamilan mencapai empat bulan, di mana ruh mulai ditiupkan, maka ditentukanlah ajal, rezeki, serta bahagia dan sengsaranya.
Karena rezeki termasuk salah satu ketentuan Allah sebagaimana ajal, maka sesungguhnya kaya dan miskin adalah sama-sama ujian dari Allah. Jika kebanyakan manusia menyangka bahwa dirinya dimuliakan dan disayang Allah sebab diluaskan rezekinya, itu pendapat yang salah besar. Demikian pula sebaliknya. Jika berpendapat bahwa rezeki yang sempit adalah bukti kalau dirinya dibenci dan dihinakan, itu juga keliru.
Orang yang beriman, ketika dilapangkan rezeki, maka ia akan bersyukur kepada Allah dengan nikmat itu dan akan menggunakan harta tersebut untuk ladang beramal salih. Begitu pula dengan ia yang serba kekurangan, ia pun bersabar dan tidak menyangka yang bukan-bukan kepada Allah.
Berbincang tentang rezeki yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita, berikut dua macam atau jenis sebagaimana yang telah tercantum dalam al-Quran.
1. Rezeki kasbi (usaha)
Kasbi diperoleh dari sebuah usaha dan bekerja, terutama jika menyangkut kekayaan dunia. Rezeki dengan jenis ini tidak mensyaratkan kualitas keimanan penerimanya. Tidak sedikit kita jumpai orang yang ingkar kepada Allah tetapi hidupnya sukses.
Selain sebagai hasil usaha, karena rezeki kasbi memang berasal dari sifat Rahman atau pemberian Allah. Rumusnya, siapa yang mau berusaha, dia akan dapat. Oleh karena itu, rezeki berupa kekayaan dunia tidak selalu mencerminkan cinta Allah kepada pemiliknya. Juga karena kekayaan harta memang tidak bernilai di hadapan Allah.
2. Rezeki wahbi (hadiah)
Rezeki wahbi datangnya dari hal yang tidak diduga oleh manuisa. Kadang malah tidak memerlukan jerih payah. Petani saja bisa menjadi miliader dengan harta yang melimpah. Kiai desa yang miskin mendadak mendapatkan biaya haji dari pemerintah. Itulah rezeki wahbi yang perolehannya lebih sebab sifat Rahman atau kasih sayang Allah.
Yang paling berpotensi untuk mendapatkan rezeki wahdi adalah manusia yang bertakwa kepada Allah. Kesuksesan orang bertakwa itu lebih ditentukan oleh kualitas keimanannya daripada profesinya.
Jadi, rezeki tidak harus berwujud harta. Namun, rezeki itu pula bisa berwujud dengan jauhnya kita dari kemaksiatan, tingginya gairah beribadah, tingginya semangat bekerja, kemudahan menyerap ilmu pengetehuan, keluarga yang menyenangkan, keluarga yang menentramkan ketika kita pulang ke rumah usai bekerja. Semua itu adalah rezeki.
Inilah dua jenis rezeki yang perlu kita ketahui bersama. Semongga bermanfaat!