Setiap manusia rentan berbuat kekhilafan, kesalahan, dan sederet kemaksiatan. Yang paling penting digarisbawahi ialah: ketika manusia terjerat kemaksiatan, bersegeralah kembali kepada jalan lurus-Nya. Lalu segera menyesali, berjanji tak mengulangi, dan memohon ampunan (taubat) pada-Nya. Jangan lupa memohon ampunan kepada sesama manusia bila kita pernah berbuat salah pada mereka.
Menyucikan perilaku serta hati dari beragam kemaksiatan adalah hal yang mestinya selalu diupayakan. Ada penjelasan menarik dalam buku Jaddid Hayatak! Segarkan Hidupmu, bahwa Allah ingin agar hamba-hamban-Nya selalu menyucikan hati dari setiap tipu daya, menjaganya dari setiap kotoran, dan memeliharanya dari semua tipuan setan. Caranya ialah menjaga kesadaran, mengikhlaskan amal, dan meneguhkan perhatian kepada Allah. Dalam Al-Qur’an terdapat satu surah yang menyeru manusia agar menjaga diri dari bisikan-bisikan palsu dan sesat dengan tujuan agar hati mereka tetap terpelihara dalam keadaan jernih dan suci:
“Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia” (An-naas: 1-6).
Ketika manusia bertingkah melampaui batas dan jiwanya selalu diliputi keraguan, bisikan setan akan mudah masuk mempengaruhi mereka dengan beragam keburukan dan kenistaan. Namun, jika hati dan keimanan mereka teguh, setan akan sulit menyentuh jiwa mereka meskipun setan mengerahkan segala upaya dan godaan yang paling kuat (Jaddid Hayatak! Segarkan Hidupmu, halaman 254).
Syekh Muhammad al-Ghazali menjelaskan, memperbaiki jiwa tidak cukup hanya dengan mengabaikan cacatnya atau menutupinya. Memperindah jiwa tidak bisa dengan memberinya polesan bagus tetapi di baliknya tersimpan tabiat nista dan syahwat hina. Kebagusan yang dicintai harus meliputi sisi lahir sekaligus sisi batin; gerak batinnya tulus dan perilakunya lurus.
Setiap orang penting untuk mengetahui bahwa nafsu adalah penyebab kesalahan dan menentang nafsu dapat melindungi diri dari dosa. Hawa nafsu adalah budak di hati, belenggu di leher, dan rantai di kaki. Mengikuti nafsu berarti menjadi tawanannya (Jaddid Hayatak! Segarkan Hidupmu, halaman 259-260).
Banyak cara untuk menjaga diri dari hawa nafsu yang mengajak manusia menuju kemaksiatan yang merugikan. Salah satunya ialah membaca buku yang dapat memperkaya wawasan tentang keilmuan keagamaan. Buku Jaddid Hayatak! Segarkan Hidupmu karya Syekh Muhammad al-Ghazali ini misalnya, bisa dijadikan sebagai bacaan renungan penggugah jiwa. Selamat membaca.