Ulasan Novel Olez: Terburu-buru itu Tidak Baik

Hernawan | Rizky Melinda Sari
Ulasan Novel Olez: Terburu-buru itu Tidak Baik
Potret cover novel Olez (Koleksi pribadi/Rizky Melinda Sari)

Bagaimana jadinya jika ada seseorang yang mengajak orang lain untuk menikah padahal baru bertemu 3 hari yang lalu, itu pun bertemu di negeri asing? Itulah yang Wanda lakukan. Saat perjalanan pulang di dalam pesawat dari Vienna menuju Indonesia, ia tanpa pikir panjang langsung mengajak Sidhi untuk menikah!

Identitas Novel

Judul buku: Olez

Penulis: Kusumastuti Fischer

Penerbit: Ufuk Fiction

Jumlah halaman: 225 halaman

Cetakan I: Juli 2012

Ulasan lengkap

Wanda adalah definisi dari orang yang menerapkan prinsip sat-set-sat-set. Baru tiga hari bertemu dengan Sidhi dan Alex di halte di Vienna, ia sudah berani mengajak Sidhi menikah ketika dalam perjalanan menuju Indonesia.

Siapa yang tidak kaget dan heran mendengar orang yang baru bertemu tiga hari, tetapi langsung memutuskan untuk menikah dan membangun rumah tangga? Begitu pula yang dirasakan oleh Alex, sahabat Sidhi, serta keluarganya. Namun, Sidhi berhasil meyakinkan mereka bahwa Wanda adalah wanita yang selama ini Sidhi cari.

Membaca kisah tentang kehidupan rumah tangga Wanda dan Sidhi, tentang ambisi Wanda yang seakan tidak ada habisnya, tentang kesabaran Sidhi saat Wanda lebih mementingkan bisnisnya daripada anak dan dirinya, membuat perasaanku campur aduk seperti naik roller coaster.

Ambisi yang terlalu berlebihan akan membawa dampak yang tidak baik. Wanda tidak pernah merasa puas dengan pencapaian yang berhasil ia raih. Meskipun sudah memiliki bisnis kue sendiri yang ia beri nama Olez, serta beberapa outlet hingga mancanegara, ia masih belum merasa puas. Hingga lahirnya ambisinya tersebut justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri dan kehidupan rumah tangganya.

Bahasa yang cukup lugas dan mudah dimengerti, serta penokohan yang cukup kuat dengan karakter khas masing-masing, membuat buku ini cukup menyenangkan untuk dibaca, walaupun beberapa tokoh sperti Asti dan Bu Rosy cukup menguras emosi. Penggambaran tokoh utama wanita yaitu Wanda sendiri cukup membuat pembaca merasa greget dengan tingkahnya yang terlalu menggampangkan segala urusan. 

Satu hal yang perlu kita renungkan dari cerita ini, jangan asal sat-set-sat-set, apalagi menyangkut masa depan. Pikirkan dan pertimbangkan dengan matang. Melalui tokoh Wanda, Sidhi, dan Alex, kita bisa belajar bahwa ambisi itu perlu dibatasi, rasa cinta yang tulus tidak selalu harus diucapkan, dan cinta juga punya kadar batasnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak