Tanjung Lesung menjadi salah satu 10 Bali baru yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Pemilihan Tanjung Lesung bukan tanpa alasan, ia dilihat dari potensi pariwisatanya yang sangat besar terkait dengan keindahan alam dan keberagaman budayanya. Tanjung Lesung diharapkan dapat mengikuti kesuksesan kawasan Nusa Dua di Bali.
Pengembangan Tanjung Lesung diajukan dengan skema kawasan ekonomi khusus (KEK) oleh pemerintah dengan tujuan agar dapat meningkatkan pendapatan asli daerah dan terutama menjadi penyumbang devisa bagi negara. Dan, memang benar pesona Tanjung Lesung seperti tidak ada habisnya sehingga terus dapat menarik wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara.
Lalu, bagaimana perkembangan Kawasan Wisata Tanjung Lesung sekarang setelah sempat ditutup karena bencana alam Tsunami dan PPKM Jawa - Bali level 4?
Jalan Raya Menuju Tanjung Lesung
Bukan hanya hotel, resort, dan rumah-rumah warga yang mengalami kerusakan, tapi beberapa ruas jalan mulai dari Kecamatan Penimbang menuju Kawasan Wisata Tanjung Lesung juga mengalami kerusakan yang cukup parah. Mungkin karena gelombang Tsunami yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau ini cukup kuat mengikis jalanan aspal.
Tiga tahun berlalu, bencana alam Tsunami yang terjadi pada tanggal 22 Desember 2018, sudah tidak terlihat lagi sisa-sisanya. Malah, sekarang jalanan menuju Tanjung Lesung sudah lebih bagus dan lebar lagi. Mulai dari Kecamatan Labuan, kemudian melewati Pasar Panimbang, tempat pelelangan ikan Citeureup, dan tiba di Kawasan Wisata Tanjung Lesung jalan rayanya sudah di cor beton dengan rapi dan jembatan dibangun lebih kokoh lagi.
Perjalanan kamu tidak akan terhambat dengan jalanan yang rusak atau kemacetan karena jalanan yang sempit. Apalagi, kalau jalan Tol Serang - Penimbang sudah rampung dan diresmikan, waktu perjalanan bisa lebih dipersingkat lagi bagi kamu yang berasal dari luar daerah.
Kawasan Wisata Tanjung Lesung
Memasuki gerbang Kawasan Wisata Tanjung Lesung, suasana terasa sangat teduh dan hijau. Pohon-pohon Tanjung dan pohon-pohon berdaun lebat lainnya yang ditanam di sepanjang jalan masuk pantai membuat kamu akan merasa seperti tidak berada di area pantai, malah seperti di alam perbukitan dan pedesaan. Mereka menaungi jalanan sehingga suasana menjadi lebih rimbun dan hijau.
Di loket pembayaran Lalassa Beach Club, kamu harus membayar tiket masuk sebesar Rp30.000 untuk satu orang, sedangkan untuk tiket parkir kendaraan tidak dikenakan biaya. Karcis tiketnya nanti bisa ditukar dengan satu botol minuman ringan di Restoran Candini yang ada di dalam.
Sekarang, area taman di Lalassa Beach Club terlihat lebih luas. Pohon-pohon terlihat lebih jarang, jadi pemandangan lepas pantai terlihat lebih jelas. Disediakan juga banyak bangku taman agar kamu yang tidak menginap di Villa Kali'caa tidak bingung untuk mencari tempat beristirahat.
Tersedia banyak spot foto dan dekorasi yang menarik dan berwarna-warni juga. Jadi, kamu yang tidak berencana untuk berenang, masih bisa menikmati keindahan taman dan bisa mengeksplorasi beberapa spot foto, seperti sayap kupu-kupu, ayunan di taman dan pantai, bajaj yang dihiasi warna cerah, beberapa motor ATV, dan landmark "Tanjung Lesung" itu sendiri.
Snorkeling di Lalassa Beach Club
Sayangnya, dermaga yang menjadi tempat favorit wisatawan belum dibangun lagi. Ia biasanya menjadi tempat untuk melihat terumbu karang dan ikan-ikan laut. Juga, untuk melihat pemandangan pantai dan area beach club dengan lebih jelas lagi.
Walaupun begitu, kamu masih bisa snorkeling untuk melihat konservasi terumbu karang di pantai ini dengan cara menaiki perahu boat ke tengah lautan. Atau, kamu juga bisa snorkeling di sekitar pantai. Malah sekarang terumbu karangnya terlihat lebih sehat dan di area pantai mulai tumbuh tumbuhan dan rumput laut. Pokoknya, pantai di Lalassa Beach Club Tanjung Lesung masih pantas disebut sebagai pantai terbaik di banten dan pulau Jawa.
Mungkin, kesuburan tanaman laut dan terumbu karang karena sebelumnya tidak adanya aktivitas wisatawan saat diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali mulai bulan Juli 2021 yang lalu. Jadi, kawasan wisata Tanjung Lesung sempat mengalami penurunan wisatawan, terutama di villa dan beach club-nya.
Saat itu, di beberapa wilayah di Banten masuk ke dalam aturan PPKM level 4. Jadi, harus mengurangi kapasitas pengunjung dan harus melakukan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Walaupun begitu, sepertinya masyarakat lebih memilih untuk tetap dirumah saja guna mencegah penyebaran virus Corona.
Area Beach Club Tertata lebih rapi
Sekarang, Kawasan Wisata Tanjung Lesung terutama di beach club-nya sudah jauh lebih bagus dan cantik, serta lebih bersih. Tempatnya sudah lebih teratur dan terawat dengan baik. Fasilitas-fasilitas umum seperti musala, toilet, dan restoran dibangun dengan lebih artistik dan ditempatkan di lokasi yang strategis.
Tidak banyak wisatawan yang berkumpul di satu titik yang dapat menghalangi wisatawan lain. Tapi, mereka sudah tersebar di bangku-bangku taman dan pantai, dan duduk-duduk di area pasir dan rerumputan. Area camping ground-nya juga dapat terlihat dengan jelas, jadi bisa menarik wisatawan untuk mencoba camping supaya lebih berbaur dengan alam.
Untuk mencicipi beraneka ragam masakan seafood, di sini ada Restoran Candini dengan view pantai. Ia dibangun lebih besar dan megah lagi dengan beberapa furnitur yang terbuat dari kayu. Suasananya tenang dan nyaman. Restoran ini menyajikan minuman dan seafood segar yang dimasak langsung oleh koki yang sudah berpengalaman, seperti masakan berbahan dasar udang, cumi-cumi, kepiting, ikan, dan scallop. Harganya dimulai dari Rp25.000 untuk satu porsi.
Nah, itulah perkembangan dari Kawasan Wisata Tanjung Lesung, terutama di area Lalassa Beach Club-nya, semenjak terjadi bencana alam Tsunami dan pemberlakuan PPKM Jawa-Bali. Semoga kawasan wisata yang berada di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten ini lebih terawat dan berkembang supaya bisa menarik wisatawan lebih banyak lagi.